32. Penculik Baik Hati?

944 41 3
                                    

haiii!! udah lama ga update nih cerita yaa wkwk

hampir mutusin buat hiatus dulu dari kepenulisan, eh tiba² muncul ide buat next bab ini 😭🙏

semoga kalian ga lupa sama alur sebelumnya, walaupun aku sendiri juga  lupa² ingat :)

•  •  •

Senin berangin. Ranting tangkai mawar meranggas layu, mengetuk jendela kaca dengan kuyu. Angin semi membawa sisa beku musim lalu, menitip sisa embun pada dinding batu yang berkawan karib dengan minus suhu.

Pagi-pagi sekali, Shareen sudah dibuat kesal sampai ubun-ubun. Ritual paginya berendam dalam bathtub air hangat harus diakhiri lebih awal. Ini semua karena suara dering teleponnya yang berulang kali terdengar.

Saat Shareen menuruni tangga, tiba-tiba ia mendengar jika pintu depan diketuk seseorang berkali-kali. Pikirnya, pasti itu pembantu di rumahnya yang baru saja datang kemari.

Ia pun segera membuka pintu.

"Tumben sekali kau--"

"Halo."

Perempuan itu mematung saat mendengar suara yang sudah tak asing lagi baginya. Shareen bahkan tak mengira jika pria itu bisa tahu alamat rumahnya yang sekarang, setelah pindah dari Singapura.

"Kau tahu alamat rumahku?" tanya Shareen.

"Pak Leo yang memberitahuku." Shareen sedikit tertegun mendengar jawaban itu.

"Pak Leo? Bagaimana bisa--"

"Kenapa? Apa ada masalah jika aku datang kemari?" Raynold berhasil memotong kalimat Shareen barusan. Membuat wanita itu tertegun sekali lagi.

"Apa aku sekarang dibolehkan masuk?" ujar Raynold lagi. Jelas itu mengundang rasa penasaran Shareen.

Shareen tampak sedikit kebingungan. Ia mengangguk pelan disertai dengan senyuman kikuk. Sesekali dirinya memainkan jari-jari tangannya guna menghilangkan rasa gugupnya yang melanda seketika.

Bagaimana tidak, Raynold yang secara tiba-tiba datang kemari di pagi-pagi buta seperti ini. Shareen tampak risau.

"Apa dia sudah membaca isi surat itu?" pikir Shareen saat ini seraya menatap lamat Raynold yang berjalan di sampingnya.

Shareen mempersilahkan Raynold untuk duduk dan kini mereka saling berhadapan satu sama lain. Suasana tiba-tiba saja terasa hening sesaat. Hal itu membuat Shareen merasa gugup dan seolah terintimidasi oleh Raynold yang menatapnya lamat.

"Aleona ingin bertemu denganmu."

Shareen mengernyit kebingungan. "Kau menceritakan tentang ku kepadanya?"

"Tunggu, kau tahu semua itu dari Pak Leo?" sambungnya lagi setelah tak mendapatkan respon dari pria yang dihadapannya itu.

Tampak Raynold mengangguk sebagai respon. "Iya, dan kau mencoba menutupi itu dari ku."

Shareen kembali menoleh, alisnya terangkat kebingungan tatkala menyaksikan Raynold yang malah terkekeh pelan.

"Kau takut jika aku menuntut mu soal penculikan anakku, bukan? Jadi kau berusaha menutupi itu semua dan pindah ke rumah barumu ini?" Raynold berhasil membuat Shareen bungkam. Ia diam seribu bahasa.

"Berkat Pak Leo, aku tahu semua yang kau sembunyikan dariku."

Shareen berdiri dari duduknya. "Aku melakukan itu karena ada alasannya. Kau harus tahu itu."

Hi, Dad! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang