Di bagian part ini sebenarnya judulnya itu 'valentine day' tapi ku ubah karena takut ada kesalahpahaman 🙏
dari cara berdoa Aleona juga udah ku ubah ya guys, so nikmati aja alur ceritanya sampe tamatt🫂💟.
–oOo–
"Kau sudah bangun?"
"Ayah?" gumam Aleona yang masih setengah sadar. Sayu ia memandang Raynold yang duduk di sebelahnya dengan sebuah senyuman manis bak madu.
"Kau harus bangun, mandi, dan sarapan," ujar Raynold seraya menyibakkan selimut yang masih menutupi anak itu. Lalu, Raynold menggendongnya ke dalam kamar mandi. Raynold mengisi bathub dengan air hangat.
"Sudah? Kemari!" titah Raynold mengulurkan tangannya dan di sambut baik oleh Aleona. Anak itu dengan bahagianya di mandikan oleh sang ayah.
Semua beban pikiran seketika hilang jika sudah bersama.
Apalagi ketika Aleona dengan senangnya menyiram sang ayah hingga basah padahal Raynold sendiri sudah mandi. Pria itu tampak kesal tetapi detik berikutnya ia ikut tertawa dan balas menyiram Aleona. Mereka berdua tawa lepas. Hal kecil yang bisa menjadi besar, bahagia.
* * *
Aleona mengendap-endap memasuki ruang kerja sang ayah. Anak itu menyembunyikan sebuah kotak di belakang tubuhnya.
Perlahan tangan mungilnya menggenggam handle pintu lalu memutarnya pelan supaya tidak menimbulkan suara sehingga sang ayah tahu keberadaannya.
Aleona merangkum sosok sang ayah yang tengah bekerja. Bekerja di hari Minggu sangatlah menyebalkan. Hari Minggu adalah hari bagi para orang-orang untuk mengistirahatkan tubuh dan pikiran. Namun, tidak dengan Raynold Julio yang masih berkutat dengan laptopnya sedari pagi.
Anak kecil itu menghela nafas heran, lalu tanpa menimbulkan suara sedikit pun ia mendekati sang ayah, yang mungkin tidak menyadarinya.
Dengan santainya Aleona berdiri di depan sang ayah dengan meja sebagai penghalang. Pun, Raynold belum menyadarinya. Terlihat dari cara pria itu yang masih belum mengalihkan tatapannya dari laptop tersebut. Aleona merengut kesal, apa ayahnya ini tidak bisa melihat dirinya sebesar itu?
Di saat anak itu buka suara, Raynold terlebih dahulu berbicara, membuat anak itu kaget, "Ale?" ternyata Raynold terlebih dahulu menyadarinya tanpa melirik.
"Aishh, Ayah! aku kaget, tahu?" omel Aleona dengan raut kesal.
"Niatmu ingin mengagetkan Ayah, kan? Tetapi, kau yang lebih dulu kaget," ujar Raynold dengan kekehan di ujung. Pria itu sesekali melirik sang putri yang masih terlihat kesal dan itu adalah hal yang membuat Raynold gemas.
"Ayah yang seharusnya kaget! Ih, kenapa harus aku yang kaget? Ada-ada saja," gumam Aleona yang merutuki dirinya. Yang seharusnya ia tidak kaget tapi apalah daya sudah terlanjur.
Pria itu terkekeh lagi, lalu menghentikan aktivitasnya di laptop dan kembali memandang sang putri yang berada di hadapannya, "Maaf-maaf, tuan putri Ayah mau apa datang kemari? Kau tidak ada teman?" tanya Raynold dan dengan polosnya Aleona mengangguk seraya mengerucutkan bibirnya, gemas.
"Sepi.." kata Aleona manja dan itu mengundang kadar kemanisan pada anak itu.
"Maafkan Ayah karena masih bekerja, sayang. Pekerjaan Ayah sangat banyak hari ini," ujar Raynold merasa bersalah. Kenapa ia tidak bisa meluangkan waktu sedikit saja untuk sang putri? Tentu saja ia sedih.
"Tidak apa-apa, Ayah." Aleona mendekati pria itu dengan tangan yang masih setia di belakang tubuh, menyembunyikan sesuatu di dalam kotak.
"Dan, Ayah harus di hukum karena telah melupakan hari spesial ini," kata Aleona lagi. Pria itu tersenyum seraya mengerutkan dahinya tanda bingung. Hari spesial?
"Ulang tahunmu sudah lewat, 'kan?" jawab Raynold dengan santai.
Aleona menepuk jidatnya menanggapi jawaban sang ayah, anak itu semakin mendapat hingga mengikis jarak di antara keduanya. Aleona mulai menunjukkan kotak yang sudah ia hias dengan sangat indah kepada sang ayah. Pria itu masih tetap bingung, ia belum mengerti hari spesial apa hari ini.
"Apa ini? Untuk apa? Seharusnya Ayah yang memberikanmu hadiah seperti di ulang tahunmu kemarin. Tapi, hari spesial itu sudah lewat, kan?" cecar Raynold merasa bingung tetapi ia tetap menerima kotak tersebut dari tangan sang putri.
"Ayah pikir hari spesial itu hanya hari ulang tahun ku? Tidak mungkin Ayah tidak ingat hari spesial hari ini"
"Ayah sungguh tidak tahu, sayang!"
"Baiklah, baiklah, sekarang tutup mata Ayah!" titah Aleona mengerahkan tangan Raynold agar pria itu menutup mata. Raynold masih sempat berpikir untuk apa tetapi karena desakan Aleona, pria itu menutup matanya setelah meletakkan kadonya di atas meja.
Setelah Raynold menutup matanya, Aleona naik ke pangkuan sang ayah lalu duduk menghadap.
Detik berikutnya, Raynold merasakan benda kenyal nan basah pada pipinya. Ia tahu bahwa sang anak menciumnya. Sangat lembut dan penuh cinta. Walau Raynold belum melihatnya tetapi ia sangat tersentuh dengan itu. Ia merasa sangat tenang dan sedih di saat bersamaan.
"Selamat ulang tahun, Ayah!" bisik Aleona tepat di telinga pria itu dan di saat itu Raynold membuka matanya. Aleona langsung berhambur memeluk lelaki itu dan Raynold juga membalasnya sangat erat. Raynold juga sedikit terkejut lantaran sama sekali tidak ingat bahwa hari ini adalah hari ulang tahunnya.
Bahagianya adalah sang anak.
"Wah, kau mengingatnya? Ayah bahkan lupa dengan hari spesial ini," balas Raynold dengan mencium pipi anak itu berkali-kali dan juga kening putrinya. Membuat sang anak tersenyum bahagia.
Mereka baru pertama kalinya saling merayakan hari ulang tahun mereka. Tahun-tahun sebelumnya hari-hari itu berlalu begitu saja tanpa ada sebuah rasa manis. Semuanya berlalu dengan hampa dan dingin.
Sekarang, untuk pertama kalinya mereka merasakan momen kebahagiaan seraya berbagi kasih sayang.
Cukup lama kedua makhluk beda generasi itu berpelukan, menyalurkan kerinduan dan kasih sayang satu sama lain. Raynold melepaskan pelukannya dan menatap wajah sang putri dengan teduh, senyumannya mengembang berbentuk kotak membuatnya begitu menawan.
"Terimakasih, sayang. Lalu, apa isi kotak ini?"
"Buka saja," jawab Aleona memberikan kotak tersebut kepada sang ayah. Lalu, tanpa berlama-lama Raynold membukanya dan mendapatkan cokelat sebagai hadiah. Pria itu kembali tersenyum dan mencium pipi Aleona sambil berkata, "terimakasih."
"Aku menyayangi Ayah, titik!!"
"Ayah juga menyayangimu, titik! Ayah mencintaimu, jangan tinggalkan Ayah!"
Raynold teringat kembali pasal hak asuh yang Rebecca inginkan. Raynold belum memberitahunya kepada Aleona, takut anak itu sedih atau bahkan memilih Rebecca.
Raynold akan gila jika Aleona lebih memilih Rebecca di banding dirinya.
"Aku juga mencintai Ayah. Aku ingin menjadi kekasih Ayah supaya aku selalu bersama Ayah," Aleona tertawa setelah berkata demikian. Raynold tertawa sumbang, ia sebenarnya sangat sedih.
"Baiklah, maukah kau menjadi kekasih Ayah?"
"Iya. Aku mau, aku mau, aku bersedia," sahut Aleona dengan girang.
Tawa keduanya menggema di seluruh ruangan, tawa bahagia di hari spesial ini. Ini adalah awal dari segalanya. Mereka akan saling mencintai layaknya cinta ayah dan anak. Selamanya, tidak akan ada yang bisa menggantikan itu.
–oOo–
Ihh lucu bgt plis, ga kuatt😭
Hug jauh untuk Aleonaa 🫂💟
Dan bapaknya heheStay tune, terus kawal cerita ini sampe end yo!
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dad!
General FictionGadis kecil yang menginginkan kasih sayang dari ayahnya, mengharapkan cinta dari sang ayah. Ia terlahir sebagai anak perempuan cantik dengan senyumannya yang manis. Namun, ia di takdirkan sebagai anak broken home yang menjadi korban dari suatu perm...