Haloo!!
wih udh lama bgt ga update, notif numpuk ga sempet aku bacain satu² guyss maaf huhuu😔makasii yg msh stay nungguin cerita aku, ya walaupun up nya lama bgt smpe lumutan nungguinnya, lopee dehh😭💛
btw, aku ga up² itu karena lagi ada masalah guys jadi ga sempet nulis+cari ide juga. mana mudah badmood kalo lgi nulis :( jadi harap dimaklumi aja yo
skuy skuyy mari dibaca💛
* * *
"Bagaimana jika surat itu memang diberikan untukmu?"Sejenak mereka saling menatap satu sama lain. Raynold yang mencoba kembali mencerna pertanyaan barusan dan si wanita masih menatap lekat yang sulit diartikan.
Wanita itu menghembuskan napas pelan, sebelum akhirnya membuka suara lagi. "Maksudku, kau belum membukanya, kan? Bagaimana bisa kau meyakini bahwa aku yang mengirim nya kemari?"
Raynold berdeham pelan. "Mungkin saja, kan?" tuturnya.
"Jika kau ingin mengetahuinya, maka bukalah, dan baca isi surat itu."
Raynold tampak diam sejenak. Ia mengernyitkan dahinya, "kau benar, mungkin surat ini memang diberikan untukku," final nya.
Wanita itu tersenyum tipis. Raynold menunduk, kedua tangannya dengan cekatan membuka surat tersebut. Namun, wanita itu memegang tangannya, seolah memberikan tanda untuk berhenti membukanya.
"Jangan disini, ini tempat umum. Lihat, masih ada orang di sekitar ini, lebih baik kau buka saat di rumah saja," cegah wanita itu.
Raynold mendongakkan kepalanya lagi. "Apa maksudmu?" tanya pria itu yang belum paham.
"Sudahlah. Aku pulang sekarang, sampai nanti, Ray," pamitnya yang langsung melangkahkan kakinya meninggalkan area parkiran tanpa menunggu respon dari Raynold dulu.
Pria itu hanya menatap punggung wanita itu yang mulai menjauh dan sampai akhirnya menghilang karena jarak di antara mereka. Tangannya masih setia memegang surat itu yang entah apa isi di dalamnya.
* * *
"Aleona, kau ingin mandi sekarang?"
"Hmm.. iya, pakai air hangat ya, Ayah!" sahut Aleona sedikit menaikkan nada suaranya agar Raynold bisa mendengar nya dari dapur.
Pria itu kini tengah memasak untuk makan malam nanti. Sedikit trauma dengan respon Aleona saat mencicipi masakannya yang tidak enak tempo hari, jadi Raynold melihat ponsel pintar nya untuk belajar dari video tutorial.
Aleona yang sejak tadi menonton televisi di ruang tamu, baru menyadari aroma sedap dari makanan yang seolah masuk ke indera penciumannya.
Dengan langkah riang, anak itu berlari kecil menuju ke dapur guna mengetahui makanan apa yang tersaji di meja makan kali ini.
Aleona mengernyitkan alisnya saat mendapati sang ayah tengah memotong sesuatu sembari sesegukan, seperti habis menangis. Takut ada apa-apa yang tidak diingankan, gadis kecil itu berlari menghampiri Raynold.
"Ayah?"
"Ayah menangis?" tanya nya dengan mendongakkan kepalanya guna melihat mata sang ayah yang mulai tampak sembab.
Sudut matanya menangkap ke salah satu objek. Ponsel yang disandarkan di samping tumbler untuk menopang benda pipih itu supaya tegak. Layar ponsel yang menyala, menampilkan seorang wanita yang tengah memasak juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hi, Dad!
Fiction généraleGadis kecil yang menginginkan kasih sayang dari ayahnya, mengharapkan cinta dari sang ayah. Ia terlahir sebagai anak perempuan cantik dengan senyumannya yang manis. Namun, ia di takdirkan sebagai anak broken home yang menjadi korban dari suatu perm...