07. Hadiah Tetaplah Hadiah Walau Terlambat

11K 775 9
                                    

Wiih lagi semangat banget kek nya up wkw
harus dong! dripada kena block writer lagi😭

Cuss langsung bacaa👇

–oOo–

"Hai, Ayah!"

"Oh, hai," balas Raynold seraya tersenyum canggung. Ini adalah sapaan pertama Aleona ia jawab. Ia melihat gadis kecil itu tersenyum bahagia karena sapaannya disahut. Raynold berpikir hal sekecil itu bisa membuat Aleona bahagia.

Mendadak Raynold bersedih mengingat kelakuannya selama ini. Walau ia sudah membuka hati dan perhatian pada Aleona tetapi perbuatannya akan selalu menghantuinya sampai kapan pun.

"Tumben Ayah menjemputku?"

"Kau tidak suka Ayah jemput? Ah, baiklah, mulai besok kau jalan kaki saja seperti biasa," jawab Raynold membuat tampang kesal.

Aleona segera menggeleng dan meraih lengan Raynold, "ah, tidak! Aahh! Aku tidak mau, aku tidak mau, Ayah tega sekali!"

Raynold menunduk menatap Aleona lalu berujar, "itu yang kau inginkan, bukan?"

"Tidak. Ayah ini bagaimana? Aku sangat senang jika Ayah menjemput ku. Hanya saja Ayah kan, tidak pernah mau menjemputku."

Raynold menghela nafas, "mulai sekarang Ayah akan menjemputmu. Kau tidak senang?"

"Yeayy!! Aku senang sekali! Janji, ya, Ayah?" Aleona mengangkat jari kelingking nya tepat di depan Raynold, ingin membuat simbol perjanjian diantara mereka.

Raynold bahkan tak sungkan untuk melingkarkan kelingkingnya tersebut pada kelingking sang putri. Dengan menarik sudut bibirnya membentuk senyuman tulus, membuat Aleona menampilkan senyuman bahagia saat ini.

* * *


"Kenapa Ayah mengajakku ke sini?"

Raynold mensejajarkan tubuhnya dengan Aleona, menekan bahu gadis kecil itu dengan lembut lalu berkata, "kau tahu, Al? Ayah sangat menyesal karena sudah mengabaikanmu selama ini dan sampai kapanpun Ayah akan terus merasa bersalah. Jadi, Ayah ingin menebusnya mulai saat ini. Kemarin kau minta kado ulang tahunmu, kan?"

"Sekarang kau boleh beli apa saja yang kau inginkan sebagai hadiahmu. Ini memang sudah terlambat tetapi tidak ada salahnya, kan?" Raynold menatap teduh Aleona yang terdiam seraya membalas menatapnya.

"Semua?" tanya Aleona dan Raynold mengangguk.

"Semuanya," ulang Raynold lagi.

Aleona tersenyum tipis seraya beralih memeluk Raynold. Ia meletakkan dagunya di bahu sang Ayah. Sangat erat. Raynold juga membalas pelukan itu dengan tulus.

"Tidak, Ayah," ucap Aleona pelan membuat Raynold mengurai pelukannya dan menatap Aleona penuh tanya.

"Kenapa? Kau marah karena semuanya sudah terlambat?" tanya Raynold lalu menghela nafas lembut. Wajar jika Aleona kecewa dan menolak. Raynold mengerti itu.

"Aku tidak marah dan juga kecewa. Aku ingin.. Ayah yang membelikanku hadiah. Aku tidak butuh sebanyak itu, aku hanya butuh satu dan Ayah yang pilihkan untukku. Aku ingin terkejut melihat hadiahnya, seperti orang-orang ketika mendapat hadiah dari orang tuanya!" Aleona terkekeh dan kembali memeluk Raynold. Memeluk Raynold akan menjadi candu baginya.

"Ayah merasa jadi yang paling jahat di sini. Baiklah." Raynold lalu bangkit dan menggandeng lengan Aleona, membawa gadis kecil itu masuk kedalam Mall mewah yang sekarang menjadi tujuan mereka.

Hi, Dad! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang