35. Si Penculik Baik Hati Itu

1.5K 67 1
                                    

Busett ni author lama amat up nya dah😭
Maapp udah bikin kalian nunggu smpe lumutan 🙏🙏

ide kosong + ga sempet nulis hehe
Kebiasaan bgt ya up nya malem² :D

cuss langsung baca ajaa!! 💟

-oOo-

Beberapa menit yang lalu, mereka sudah disambut Lucio dan ibunya di depan pintu. Tampaknya, mereka sudah menanti kehadiran Aleona cukup lama.

Senyuman Lucio mengembang, begitu juga Aleona. Baru bertemu saja, mereka langsung menunjukkan mainannya masing-masing.

Aleona menunjukkan boneka kambingnya yang baru dibelikan oleh Rebecca tempo hari yang lalu, sedangkan Lucio menunjukkan mainan robot canggihnya yang bisa berubah sendiri.

Gina dan Ibunya Lucio yang melihat itu, terkekeh pelan menyaksikan tingkah menggemaskan dari kedua anak itu. Tak lama setelahnya, terjadi keheningan sesaat. Lucio sudah membawa Aleona untuk masuk kedalam, tak sabar ingin bermain bersama.

"Jadi, Raynold sudah dua hari tak kembali ke rumah?" tanya ibunya Lucio dengan tiba-tiba. Namun, sama sekali tak mengindahkan pandangannya sedikit pun.

Gina menganggukkan kepalanya walau sedikit agak ragu. "Iya, benar, Bu. Aku tidak tega melihat Aleona seharian mengurung diri di kamar," timpalnya.

"Kalau boleh tahu, kau ini siapanya Raynold?" Wanita itu menoleh kearah Gina. Ia menautkan kedua alisnya.

"Asisten rumah tangga, Pak Raynold membutuhkan seorang ART untuk bersih-bersih di rumah sekaligus menjaga putrinya, Aleona," papar Gina.

"Baiklah, ayo masuk. Bagaimanapun, kau juga adalah tamu kami," ujar wanita itu seraya mempersilahkan Gina untuk ikut masuk ke dalam.

Gina hanya tersenyum, lalu setelah itu ia menganggukkan kepalanya. Rumah besar ini membuatnya berdecak kagum. Walau jalan menuju kesini tidak terlalu lebar, membuat rumah ini tak nampak jika dilihat dari jauh.

Di ruang tamu, sudah banyak koleksi mainan milik Lucio. Ia dengan antusiasnya menunjukkan benda-benda yang ia punya kepada Aleona. Sayangnya, gadis kecil itu hanya membawa satu bonekanya saja.

Suasana semakin ramai karena kehadiran Aleona disini. Lucio tak hentinya tertawa riang, begitu pula Aleona.

"Ayo, minum susu dulu. Aku telah membuatkan susu paling enak untuk kalian," ujar wanita itu sembari membawa nampak berisikan dua gelas susu putih di atasnya.

Lucio bersorak kegirangan dan dengan cepat mengambil gelasnya. Melihat Aleona hanya diam saja dan belum mengambil gelasnya tersebut, wanita itu berujar, "ayo ambil, kau pasti menyukainya."

Aleona mengulurkan tangannya, mengambil segelas susu yang telah disuguhkan untuknya.

"Tunggu sebentar, aku akan mengambil biskuit coklat untuk cemilannya," ujar wanita itu dengan tersenyum simpul.

"Biar aku saja yang mengambilnya," sahut Gina yang langsung berdiri dari duduknya.

"Kau tamu kami disini, jadi tidak perlu repot-repot membantu. Duduklah saja."

Gina yang tadinya hendak melangkah pun mengurungkan niatnya saat mendengar penuturan dari wanita itu barusan. Ia tersenyum kikuk lalu setelahnya duduk kembali seperti yang dikatakan wanita itu.

Wanita itu lantas berdiri dari duduknya, tampak terlihat senyuman tipis terukir di bibirnya. Gina mengangguk pelan seraya tersenyum, sedikit kebingungan dengan sikap wanita itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hi, Dad! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang