T I G A P U L U H D E L A P A N

5.5K 312 14
                                    

"Alhamdulillah," ucap dokter, Sandy, Revan, Vraska, Aora, dan Vania secara bersamaan saat melihat denyut jantung Diana yang sudah berjalan normal. Entah mengapa yang merasa paling lega disana adalah Revan.

Diana membuka matanya pelan-pelan. Penglihatannya masih samar-samar. Pikirannya pun masih kosong.

Tiba-tiba Diana teringat pada kalimat bisikan yang tadi ia dengar. Satu bulan?

Dengan sekuat mungkin, Diana terus berusaha memikirkan bisikan tadi yang ia dengar.

Setelah sekiranya paham, Diana tersenyum tipis mengerti maksudnya.

"Bunda--" panggil Vraska dengan mata yang bengkak karena terus menerus menangis.

Merasa terpanggil, Diana langsung menoleh ke sumber suara. Ia menatap lelaki itu dengan penglihatan yang masih sedikit kabur.

Perlahan-lahan penglihatannya semakin jelas, "V-Vraska?"

"Iya bunda, ini Vraska."

"R-Revan mana?"

Sedikit sakit rasanya melihat Diana mencari Revan. Tetapi disaat seperti ini, ia tidak boleh egois. Vraska harus bisa mengerti keadaan bagaimana pun juga.

"Revan barusan keluar bun."

Diana termenung. Rasanya ia sangat sedih melihat putra satunya itu tidak menemaninya.

Melihat wajah Diana yang gelisah, Vraska langsung tersadar akan sesuatu. Dengan cekatan, ia cepat-cepat mengambil langkah.

"Bentar ya bun," pamit Vraska, lalu pergi meninggalkan ruangan.

---

Revan dan Aora duduk di bawah pohon yang rindang dalam keadaan sunyi. Keduanya masih diam seribu bahasa.

Aora yang merasa bosan dengan suasana itu spontan membuka pembicaraan terlebih dahulu.

"Suamiacuu--" panggil Aora sambil mengedipkan kedua matanya.

"Hm?"

"Suamiacuu--" panggil Aora lagi.

"Bisa gak, gak usah manggil gue kayak gitu? Alay banget sih," balas Revan dingin.

"G-gue?" Aora menirukan gaya bicara Revan.

"Kita udah sah dan Revan masih make gue-lo?!" Aora mendelik. Kali ini wajahnya terlihat seperti emak-emak yang mengamuk.

"Terus lo mau nya gimana?"

"Revan harus ngerubah gue-lo, jadi aku-kamu."

Revan meneguk ludahnya. Ini baru hari pertama dalam kehidupan pernikahan mereka, tetapi sudah ada babak baru yang membuat Revan menggeleng-gelengkan kepala.

Tapi jika dipikir-pikir lagi, Revan memang salah. Lagian status mereka kini sudah menjadi suami-istri, bukan lagi dalam masa-masa pacaran.

"Coba Revan bilang aku-kamu."

Sebenarnya Revan masih merasa awkward jika harus mengucapkan aku-kamu, tetali kali ini Revan benar-benar tidak bisa mengelak, mau tidak mau ia harus menuruti keinginan istrinya itu.

"A-aku s-sayang kamu," ucap Revan terbata-bata tidak percaya diri.

"Aww aww!! Aora baper niih!!" Aora menutup wajahnya malu-malu.

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang