T U J U H

7.3K 510 24
                                    

Pergelangan tangan Aora ditarik paksa oleh Vraska. Otomatis langkah kakinya terus berjalan mengikuti lelaki itu.

Akibat ulah Vraska, Aora otomatis jadi tidak punya kesempatan untuk berpamitan kepada orangtuanya dan Vania terlebih dahulu.

Dari lubuk hati yang paling dalam, sebenarnya Aora tidak mau pergi bersama Vraska.

Memang, Vraska itu ganteng, primadona sekolah, dan kesukaan ciwi-ciwi, tapi perasaan Aora tidak bisa di bohongi. Ya, Aora tidak menyukai Vraska. Hanya ada rasa kagum saja di hatinya.

Selain alasan itu, Aora juga sangat menjaga hati Vania. Aora tidak mau hubungan persahabatannya hancur gara-gara dirinya.

"Kok lo ngelamun sih Ra?"

"Eh, he'em."

"Ya udah atuh safety belt nya dipake. Malam mingguan ini kita ke kuburan," ucap Vraska sembari menahan tawa.

"Hah? Ke kuburan? Vraska setan ya?"

"Ih gemes banget sih, bercanda atuh," Vraska mencubit gemas pipi Aora karena kepolosan perempuan di sebelahnya itu.

"Serius Vraska? Kita ke kuburan?" terbaca jelas jika wajah Aora sangat ketakutan.

"Nggak lah cantik. Mana mau gue malmingan ke kuburan, dah gile apa gue."

"Huft untung. Aora kira beneran."

"Lo mau kita kemana malem ini?" tanya Vraska.

"Lah. Kan yang ngajak Vraska. Kok jadi tanya Aora?"

"Hehehe. Biasanya cewek kan gitu ya kan. Kalo gue liat-liat orang yang pacaran tuh si cewek nya yang nentuin pergi. Ya gak?"

"Aora mah gak gitu. Kalo menurut Aora, Aora terserah mau diajak kemana aja. Yang penting jangan ke kuburan ya hehehe," Aora terkekeh.

"Hahaha iya Ra. Ya udah kita ke taman deket sini ya. Biar gak kejauhan juga."

"Iya Vraska, terserah."

---

Cahaya-cahaya lampion menyinari seluruh sudut taman Anggreni.

Bunga-bunga tumbuh dengan cantik serta berkembang dengan baik.

Vraska mengajak Aora untuk membeli cotton candy, lalu duduk di salah satu fasilitas kursi yang telah disediakan.

"Dingin ya Ra?" tanya Vraska saat melihat Aora menggosok-gosokkan telapak tangannya.

"Iya dingin Vraska. Beberapa hari ini emang dingin banget udaranya."

"Nih pake jaket gue."

"Serius Vraska? Vraska nya gak kedinginan?"

"Mending gue yang kedinginan Ra. Lo jangan."

"Makasih Vras-"

"EH REVANNN!!" teriak Aora saat tidak sengaja melihat Revan yang sedang makan di salah satu warung.

Revan mendengar ada orang yang memanggil namanya, sontak membuat dirinya langsung menoleh ke pusat suara tersebut.

"SINIIIIII!!!" teriak Aora dengan nada mengajak.

"Shit. Nih anak ngapa disini," dumel Revan dalam hati.

Revan sudah mati gaya. Mau tidak mau dirinya harus menghampiri Aora. Revan tahu betul jika dirinya kabur, Aora akan berteriak memanggil nama Revan dan akan membuat malu di depan banyak orang.

Secara kan Aora gak tau malu.

"Apaan?" tanya Revan singkat.

"Duduk sinii," ajak Aora dengan nada anak kecil.

"Ogah banget. Gue belum selesai makan anjir."

"Ih sinii Revann," pinta Aora sekali lagi.

"Bentar aja. Cepet!"

"Hmm Revan disini sendiri?"

"Ya."

"Sial. Gue jadi nyamuk," kata Vraska dalam hati.

Di lain sisi Aora terus mencari topik untuk mengajak Revan mengobrol. Dan Vraska sama sekali tidak digubris oleh Aora.

"GOBLOK! BAKSO GUE UDAH DIBERESIN SAMA ABANGNYA. DIA KIRA GUE UDAH SELESAI MAKAN WOI. GARA-GARA LO SIH RA!" bentak Revan kepada Aora saat melihat baksonya telah dibereskan.

"Lah serius Aora yang salah?"

"Ya iyalah. Bego apa gimana sih lo?"

"Weh, biasa aja dong ngomongnya," senggol Vraska saat mendengarkan obrolan Aora dan Revan.

"Ikut campur lo ya," Revan menatap mata Vraska dengan tajam.

"Lagian lo sih. Cuma gara-gara masalah bakso aja ribet amat. Anak baru kan lo?"

"Kalo gue anak baru emang kenapa hah?" Revan terpancing emosi. Dia mendobrakkan meja dan langsung berdiri tegak. Rahangnya mengeras.

"Emosian lo."

"Aduh apaan sih Revan sama Vraska nih. Berantemin apa sih gak jelas banget. Aora bingung atuh," kata Aora sambil menatap kedua lelaki di hadapannya.

"Lolot lo Ra," ucap Revan lalu pergi meninggalkan Aora dan Vraska.

"Anjir. Si Revan gangguin acara malming gue sama Aora," pikir Vraska dalam hati.

---

Vania sangat kebingungan. Bukan kah Aora hanya pamit untuk melihat tamu di lantai bawah?

Tapi mengapa lama sekali? Bahkan ini hampir larut malam.

Akhirnya Vania memutuskan untuk ke bawah dan mencari keberadaan sahabatnya itu.

Vania mencari dari sudut ke sudut, tapi tidak kunjung menemukan Aora.

Kebetulan di ruangan keluarga, Vania melihat mama Aora yang sedang bersantai menonton tv.

"Tante," panggil Aora.

"Eh iya Van?"

"Aora kemana ya tan?" tanya Vania kepada Rini.

"Kata papanya Aora, tadi Aora keluar sama cowok."

"Cowok te? Tante tau namanya?"

"Emm siapa ya tadi, tante lupa," Rini berusaha mengingat nama lelaki yang pergi bersama Aora.

"Eh eh pa, tadi Aora keluar sama siapa?" tanya Rini saat melihat suaminya keluar dari kamar mandi.

"Kalo gak salah namanya Vraska ma."

Deg!!

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang