Revan menghampiri Aora di kelas dengan emosi yang masih membara.
"Ra, ikut gue."
"Mau kemana?" tanya Aora.
"Gue mau ngomong penting sama lo," Revan segera menarik tangan Aora sebelum gadis itu semakin banyak bicara.
"Mau ngomong apa Revan?" tanya Aora saat mereka berdua sudah berada di tempat sepi.
"Sore ini bokap gue bilang kalo dia bakal nganterin gue ke rumah lo."
"B-buat a-apa?" perasaan Aora mulai tidak enak.
"Gue bakal jujur tentang semuanya. Dan gue bakal nikahin lo."
Deg...
Jantung Aora berdetak kencang tak karuan. Bibirnya seperti disihir oleh es yang membuat tidak bisa berbicara secara mendadak.
"Gue dateng ke rumah lo sekitar jam enam sore. Bokap gue pulang, gue langsung berangkat," ucap Revan lalu pergi meninggalkan gadis yang masih terpaku itu.
"Debay, gimana ini bay? Bunbun takut bay," Aora mengelus perutnya dengan halus.
---
Setelah berbicara dengan Revan, wajah Aora tampak pucat. Pikirannya kosong. Sungguh dirinya takut Dedi dan Rini mengetahui semuanya.
"Ra, tadi gue papasan sama Vraska. Gue seneng banget huaa, tadi dia sempet ngelirik gue, pesonanya itu loh bikin gue meleleh," Vania lari ke dalam kelas lalu berbicara panjang kali lebar dengan heboh.
Sadar pembicaraannya tidak disahut oleh Aora, Vania segera menyadarkan sahabatnya itu.
"Aora, lo kenapa dah?" tanya Vania saat melihat Aora melamun.
"Ra, lo kenapa anjrot!" Vania terus mengguncang bahu Aora. Namun Aora masih diam seribu bahasa.
"AORAAA!!!" teriak Vania kencang.
Spontan Aora kaget dan merasakan telinganya sedikit berdengung.
"Aww!! Apa sih Vania?"
"Ipi sih Vinii," ia menirukan gaya berbicara Aora, namun huruf vokalnya ia ganti menjadi serba-i.
"Bisa-bisanya sih lo ngelamun disaat gue seneng kayak gini? Mikirin apa sih lo?"
"Hm-hm. A-aora gak m-mikirin apa-apa."
"Yakin?"
"Iya."
Kring.. kring..
Bel tanda pulang sekolah berbunyi, Aora segera menggendong tas nya lalu keluar dari kelas.
"Loh Raaa!! Kok lo ninggalin guee??!!"
---
Tadi pagi Sandy menyuruh Revan untuk menunggu di ruang tamu. Jadi saat Sandy datang, mereka berdua bisa langsung pergi ke rumah Aora.
Revan duduk sendiri di dengan perasaan yang bercampur aduk. Perutnya terasa mulas setiap kali ia merasa sangat gugup.
Tin.. Tin..
Klakson mobil Sandy terdengar sampai dalam rumah. Dengan cepat Revan menyusul papanya itu.
"Udah siap, Rev?" tanya Sandy, matanya tetap fokus menyetir mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl (Completed)
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM BACA YA!! Jgn lupa vote jugaaa!!! SEQUEL DI PUBLISH JIKA TEMBUS 500K VIEWERS <><><><><><><><><><><> Kesalahan yang Revan dan Aora perbuat menyebabkan mereka terjerumus ke dalam pernikahan. Tapi tunggu dulu! Saat mereka menjal...