D U A M P U L U H E M P A T

5.6K 374 4
                                    

"Revan kok bisa luka kayak gini sih?" ucap Aora khawatir sambil memberi obat betadine pada tangan Revan.

"G-gue habis jatuh," Revan berusaha berbohong.

"Apaan sih Rev. Jangan bohong deh, mana mungkin Revan jatuh terus lukanya kayak luka sayatan gini?"

"Lo jangan banyak bacot. Mending lo obatin luka gue sekarang."

"Ish galak amat sih," dengan sengaja Aora menekan luka Revan.

"Argh sakit anjing!" Revan spontan berteriak, ia keceplosan berbicara kasar.

"EKHEM!! Ngomong apa tadi?" Dedi berdehem keras.

"Eh iya om maaf. Tadi saya ngatain diri saya sendiri, serius om."

"Awas macem-macem ya," Dedi mengancam.

"Iya om siap."

Spontan Aora tertawa melihat wajah Revan yang tampak gugup itu.

"Apa lo tawa-tawa?" tanya Revan sewot.

"Dih marahan Revan mah."

"Eh Revan, tadi Revan bilang ke papa apa? Aora mau denger lagi," Aora menaik turunkan alisnya sambil tersenyum gemas.

"Ngomong apaan sih?" Revan masih tidak paham.

"Untuk saat ini saya membutuhkan sandaran Aora," Aora mengubah suaranya menjadi suara Revan yang berat.

"H-hah apaan sih?" Revan terlihat salah tingkah.

"Ciee Revan saltingg," Aora tertawa.

"Dih gila lo ya?"

"Aora mah gak gila. Tapi Revan yang tergila-gila sama Aora. Yaa kan ngakuu," tuduh Aora asal.

"Apaan sih. Kaga jelas lo," Revan berusaha menyembunyikan wajahnya.

"Ciee ciee," Aora hendak berdiri, wajahnya terus mengejek Revan. Tapi karena tidak melihat jalan, na'asnya kaki Aora malah tersandung meja.

Brak...

Aora terjatuh tepat dalam pangkuan Revan. Kini wajah mereka sangat dekat, bahkan hanya berjarak 5 cm.

Tatapan demi tatapan yang mereka keluarkan mampu membuat keduanya saling diam terpaku.

Tiba-tiba ada suatu suara yang sangat mengganggu momen mereka berdua, "Ekhem!!" Dedi kembali mengeraskan suaranya.

"Papa apaan sih," mendengar suara itu, spontan Aora berdiri dari posisinya dan segera mengembalikan kotak P3K ke tempat semula.

"Inget kamu. Minggu lamaran. Awas kabur kamu, om cekek. Paham?!"

"Paham om."

"Ya udah sana," bola mata Dedi melirik pintu.

"Makasudnya om?" Revan menggeleng tanda tidak mengerti.

"Pulang sana," Dedi terus melirik pintu.

"Ooh, iya om. Ini saya mau pulang."

"Saya pamit ya om," tambah Revan.

"Iya sana cepetan," jawab Dedi, sesekali matanya melirik ke belakang, takut Aora akan mengetahui jika dirinya telah mengusir Revan.

---

"Loh pa? Revan mana?" tanya Aora bingung sembari membawa segelas minuman hangat.

"Revan? Oh Revan? Tadi dia pulang duluan. Banyak keperluan katanya," Dedi berbohong.

"Yah. Padahal Aora udah buatin susu anget."

"Susu anget? Boleh tuh. Sini buat papa aja."

"Ish papa mah," Aora cemberut. Lalu melangkah kembali ke kamarnya.

Aora merebahkan tubuhnya dan terdiam menatap langit-langit kamar. Gadis itu menatap perutnya, perut Aora belum membesar. Mungkin karena usia kandungannya masih sangat dan sangat muda.

Aora mengelus perutnya perlahan, ia terkekeh pelan karena merasa geli sendiri.

"Aaaa! Aora gabut ih. Chat Revan ah, rumah Revan kan deket, kayaknya dia udah sampe rumah."

Aora
Revan, Revan, sini dong tak kasih katok volong

Hahahaha

Revan
Lo ngapa dah njir

Aora
Revan mah kudet. Itu tuh lagu buat manggil setan

Eh typo, maksud Aora buat manggil orang

Read

Aora
Revan! Ngapa cuma di read sih?

Revan
Lo kaga jelas anjir

Aora
Fix Revan mah orangnya kagak asix

Read

Aora
Tau ah di read lagi. Revan ngeselin!!

Tiba-tiba darah di otak Aora seakan mengalir deras, Aora menemukan cara agar Revan mau membalas chatnya.

Aora
Revan, debay nya nendang-nendang minta Revan bales chat Aora

Aora terkekeh sendiri dengan bicaranya yang asal.

Revan
R

a, lo jangan ngadi-ngadi. Kandungan lo tuh baru berapa minggu njir, masa iya udah nendang-nendang?

Aora
Lah emang kenapa? Emang bener kok, ini debay nya nendang-nendang. Aora aja bisa dengar debay nya ngomong apa

Revan
Sumpah lo ya Ra. Lo ngidam jadi orang gila kali ya?

Aora
Revan jahat! Orang aora serius ih


Read


"Huft," Aora menghela nafas kasar.

Usahanya untuk membuat Revan menjadi orang yang asik seakan tidak ada gunanya.

Perlahan Aora memejamkan matanya lalu dengan cepat ia pergi ke alam mimpi.

Tiba-tiba dering pesan masuk di hp Aora, tapi sayangnya pesan itu tidak Aora jawab.


Revan
Besok gue jemput lo pagi-pagi Ra
Good night

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang