Aora kembali ke kelas. Tubuhnya masih lemas. Kini kelas tampak kosong, mungkin karena sedang ada tugas praktik di Laboratorium.
Perlahan Aora meletakkan kepalanya di meja. Kepalanya masih terasa pening.
Langkah-langkah kaki mulai terdengar jelas di telinga Aora. Tampaknya teman-temannya telah kembali dari Laboratorium.
Saat sampai di depan pintu kelas, Revan melihat Aora yang sedang tertidur. Ide jahil dari otaknya mulai bermunculan.
"Rasain lo," ucap Revan dalam hati, lalu berjalan menuju Aora.
"RA! BANGUN! LO DI PANGGIL PAK HASYIM!"
Sontak Aora terbangun. Dia sangat kaget mendengar teriakan Revan.
Deg...
Revan terpaku melihat wajah Aora yang pucat. Apa Aora sedang sakit?
Aora langsung berdiri meninggalkan bangkunya, hendak pergi ke ruang guru untuk menemui Pak Hasyim.
Tapi langkahnya di cegat oleh Revan dengan cepat.
"Minggir Revan, Aora mau nyamperin Pak Hasyim."
"Ih malah diem. Minggir atuh, ntar keburu Aora di hukum lagi," ucap Aora lemas. Wajahnya pucat.
Seketika Revan merasa bersalah. Tapi ia tidak tahu harus mengakhir candaan bodohnya ini dengan kalimat apa.
"Lo sakit Ra?"
"Agak pusing aja, tapi Aora gak apa-apa kok."
"Hmm.. Lo gak di cariin Pak Hasyim Ra, gue cuma bercanda."
"Ih Revan! Aora gak suka bercandaan Revan. Aora lagi sakit, Aora cuma butuh tidur bentar, tapi kenapa Revan malah bercandain Aora?" seperti biasa. Aora kini menangis. Air matanya terasa hangat, mungkin karena suhu badannya yang tinggi.
"Gue gak bermaksud."
"Besok kalo Aora masih sakit gimana Revan? Aora tuh gak mau ketinggalan pelajaran."
"Biar gue yang ngajarin lo," ucap Revan dengan penuh rasa bersalah.
"Gak mau! Tadi waktu Aora minta ajarin aja Revan malah bilang Aora bego."
Deg!!
Kini Revan benar-benar tidak tahu harus mengatakan apa. Perempuan di depannya telah membuatnya skakmat.
"Kan! Revan bisanya cuma diem. Udahlah Aora mau pulang!" Aora membentak. Tangannya beralih pada ransel miliknya lalu segera membawanya pulang.
---
Aora ingin segera pulang ke rumah untuk beristirahat. Tapi mengapa sedari tadi tidak ada taksi yang melewati sekolahnya?
Tin tin!!
Klakson motor Revan berbunyi nyaring.
"Naik."
"Aora masih nunggu taksi," perempuan itu mengalihkan pandangannya.
"Gue bilang naik."
"Naik atau besok-besok gue bakal tetep gangguin lo?" Revan memberikan tatapan mengintimidasi.
Mau tidak mau Aora harus rela diantar pulang oleh Revan. Ia lebih memilih jalan ini dari pada hari-hari esok Revan akan mengusiknya.
Tidak. Itu hanya pikiran di otak Aora saja. Sebenernya di dalam hati Aora sangat senang. Senang melebihi apa pun.
Bagaimana tidak? Anak baru yang dingin dan jutek itu mengajaknya pulang bersama.
Rejeki tidak boleh ditolak bukan?
"Rumah lo dimana?"
"Rumah Aora deket sini kok."
"Ok."
---
"Makasi ya Revan."
"Ya," ucap Revan cuek. Lalu langsung melesat pergi entah kemana.
"Emm Revan baik juga atuh," Aora memasuki rumahnya sambil senyum-senyum salah tingkah.
"Assalamualaikum. Papa, mama, Aora pulang," Aora membuka pintu rumahnya.
"Waalaikumsalam. Sini Ra. Papa sama mama lagi di ruang makan," teriak mama Aora dari dalam rumah.
"Iya ma," balas Aora sembari berjalan menghampiri kedua orangtuanya.
"Udah pulang Ra? Pulang sama siapa tadi?" tanya Dedi, papa Aora kepada anak tunggalnya itu.
"Sama temen. Murid baru pa. Ganteeengnya kebangetan, sayangnya judes banget ih."
"Wih wih!! Kapan-kapan kenalin ke mama donggg," sahut Rini dengan excited.
"Siaaap bu bos. Maa, Aora mau makan yang banyakk, tadi Aora pingsan gara-gara maag kambuh."
"Tapi kamu gak apa-apa kan?"
"Gak apa-apa kok. Udah mendingan."
"Ya udah, mama ambilin nasi. Nih kamu makan, udah mama masakin banyak tuh."
"Yey!! Makasih ibu negara!!"
"Makan yang banyak ya Ra," ucap Dedi sambil mengelus rambut Aora.
"Siap pak bos."
![](https://img.wattpad.com/cover/250456712-288-k668971.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby Girl (Completed)
Teen FictionBIASAKAN FOLLOW SEBELUM BACA YA!! Jgn lupa vote jugaaa!!! SEQUEL DI PUBLISH JIKA TEMBUS 500K VIEWERS <><><><><><><><><><><> Kesalahan yang Revan dan Aora perbuat menyebabkan mereka terjerumus ke dalam pernikahan. Tapi tunggu dulu! Saat mereka menjal...