L I M A

9.5K 661 19
                                    

Sejak kejadian tadi, suasana di bangku Aora dan Revan terasa berbeda.

Ralat, di antara mereka berdua hanya Revan yang merasa tidak enak hati.

Revan merasakan perasaan yang campur aduk. Antara rasa bersalah dan ingin tetap bersikap tak acuh saja.

Dengan sikap hati-hati, Revan perlahan melirik pergelangan tangan Aora agar tidak ketahuan siapa pun.

Revan berusaha mengecek tangan Aora masih merah atau sudah pulih.

Sial!

"Tangan dia masih merah anjir. Apa gue kekerasan tadi?"

Revan memang tidak menyukai perempuan dikarenakan rasa traumanya. Tapi ia juga tidak bisa membiarkan perempuan itu kesakitan. Ada sedikit rasa bersalah di hati Revan.

"Ra?" panggil Revan pelan.

"Paan?" sahut Aora dengan nada ketus.

"Yang tadi merah?"

"Yaiyalah, Revan pake nanya lagi. Liat sendiri nih tangan Aora," ucap Aora sambil menunjukkan pergelangan tangannya.

Setelah melihat pergelangan tangan Aora, Revan langsung bangkit dari duduknya.

"Revan mau kemanaaa?!" teriak Aora dengan kencang, namun tidak digubris.

"Huft aneh bener Revan mah. Untung ganteng," kata Aora menyabarkan diru sembari mengelus dada.

Tidak sampai 10 menit, Revan datang sambil membawa lap dingin.

"Nih kompres ke yang merah tadi," ucap Revan dengan nada datar.

"Kompresin dong Revan."

"Manja banget sih duh," mau tidak mau Revan harus membantu mengompres tangan Aora, karena semua itu juga disebabkan karena ulah dirinya.

"Nah makasih babang tamvan. Kalo kayak gini Aora gak jadi marah deh," Aora terkekeh sendiri.

"Berisik. Bisa diem gak sih?"

"Ih iya iya. Aora kunci nih mulut Aora."

---

Pada jam istirahat, Aora memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.

Bukannya untuk membaca buku pelajaran, tapi Aora ingin membaca novel bergenre teen fiction.

Akibat sering membaca berbagai novel anak SMA, Aora menjadi suka mengkhayal, baper sendiri, dan yang pasti senyum-senyum sendiri.

Dulu Aora pernah bermimpi untuk mendapatkan pacar yang ganteng, pinter, baik hati, dan cuek. Pokoknya tipe lelaki yang ada di wattpad-wattpad lah.

Tetapi bukan cuek terhadap Aora, namun cuek kepada perempuan lain yang mendekatinya.

Jika Aora pikir-pikir, mempunyai pacar cuek itu ada untung dan rugi. Ruginya adalah pasti Aora akan terkena dampak kecuekan pacarnya, dan untungnya adalah lelaki cuek biasanya akan menjaga hati pacarnya, alias akan menolak mentah-mentah wanita lain.

"Hei," sapa pelan seorang lelaki yang tiba-tiba duduk di sebelah Aora.

"Astaghfirullah!!!" Aora terkejut bukan main.

"Ssttt jangan berisik, ini perpus," spontan Vraska menutup mulut Aora.

"Ih Vraska! Aora kaget!"

"Hehe mon maap."

"Lo sendiri Ra?" tanya Vraska.

"Iya. Nih lagi baca novel paporit Aora."

"Yaudah, gue tinggal ya, gak mau ganggu."

"Gak ganggu kok, santai kayak di pantai aja huahahah," Aora tertawa sangat kecang, dengan cepat ia menutup mulutnya rapat-rapat dan menyuruh Vraska pergi sebelum kegilaan dirinya semakin parah.

---

Jam istirahat hampir selesai, Aora segera kembali ke kelas.

Saat sampai, kelas masih sepi. Disana hanya ada Revan yang sedang mendengarkan musik menggunakan headshet.

"Uhuuu babang tamvan," batin Aora dengan sudut bibirnya yang terangkat.

"Hmm dengerin apa sih?" kata Aora sambil mengambil salah satu headshet di telinga Revan.

Saat Aora mengambil headshet di telinga Revan, Revan langsung menatap mata perempuan di sebelahnya itu dengan tajam.

Otomatis tatapan elang itu membuat Aora bergidik ngeri.

Revan marah?

Dia mau ngucapin kata kasar ke Aora?

Revan ngeri ih, Aora takut.

Tatapan tajam Revan membuat Aora memikirkan beberapa kalimat beruntun.

"Lo bisa gak sih gak usah ganggu gue sehari aja?"

"M-ma-maaf Revan. Aora cuma mau dengerin musik bareng Revan," ucap Aora dengan gugup.

"Lo punya hp kan? Dengerin sendiri bisa?"

"Bisa atuh. Tapi Aora mau dengerin musiknya bareng-bareng sama Revan."

"Ribet amat sih idup lo anjirrr."

---

Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Kali ini Aora ingin pulang lebih cepat.

"Hm, susah banget sih Aora deketin Revan. Aora kurang apa sih? Kurang cantik?" dumel Aora dengan wajah cemberut.

"Gak kok, lo cantik banget. Pake banget malah. Bagi gue, lo udah sempurna Ra. Jadi jangan sekali-kali ngerasa kalo diri lo itu kurang," ucap Vraska yang tiba-tiba muncul dari belakang Aora.

"Ya ampun Vraska. Dari tadi Vraska muncul tiba-tiba terus ih. Untung kali ini Aora gak kaget."

"Hehehe maaf. Lagian gue liat muka lo ditekuk mulu sih."

"Aora lagi kesel sama seseorang."

"Seseorang? Doi Ra?" tanya Vraska dengan nada penasaran.

"Hm calon suami sih lebih tepatnya huahahah."

Calon suami?

Baby Girl (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang