Tepat satu jam setelah aku mengatakan aku akan menikah dengan tuan Mew, tuan Joong memberikan semua dokumen yang harus aku tandatangani, setelah aku menandatangani semua berkas itu, tuan Joong sendiri yang mengantarku ke Brussel menggunakan pesawat pribadinya untuk menemui adikku.
Gulf saat ini berusia 15 tahun, sejak kedua orang tuaku meninggal, Gulf tinggal bersama dengan kakek dan nenekku. Jarak usiaku dengan Gulf 5 tahun, membuat kami sangat dekat. Dan yang membuat aku belajar banyak tentang braile, tak lain karena Gulf buta ... Gulf tidak buta sejak lahir ... tapi Gulf mulai buta karena bullyan teman – teman sekolahnya saat Gulf berusia 7 tahun, saat kedua orang tua kami meninggal.
Pukulan salah satu temannya, mengenai saraf optic milik Gulf dan membuat Gulf menjadi buta. Karena kondisi keuangan kakek dan nenek yang seadanya, akhirnya membuat kami pasrah dengan keadaan yang dialami oleh Gulf. Sekalipun Gulf tidak pernah mengeluh kenapa dia buta, kenapa semua teman – temannya membullynya.
Saat ini, aku sudah berada disamping tempat tidurnya, memandang wajah adikku yang tertidur karena pengaruh obat bius setelah melakukan tindakan operasi kecil karena sayatan pisau di kedua pahanya. Aku sebagai seorang kakak sangat kecewa pada diriku sendiri, dilema aku rasakan ... aku tidak bisa menjaga Gulf dengan baik... jika aku kembali ke Brussel dan mencari pekerjaan disini, aku tidak akan bisa membiayai pengobatan kakek yang saat ini sudah renta dan membutuhkan banyak biaya, aku juga tidak mungkin bisa menabung untuk menyiapkan biaya operasi mata untuk Gulf.
Seminggu sudah aku berada di Brussel dan Gulf sudah mulai bisa berjalan. Hari ini kami kembali ke rumah kakek dan nenek. Nenek yang sudah berusia 70 tahun, masih segar melayani kebutuhan kakek yang sudah sering sakit – sakitan.
"Grace .... Apa tidak sebaiknya kamu sudah mulai memikirkan dirimu sendiri?" kata nenek di suatu sore saat aku sedang memandang ke langit biru mencari bayangan wajah kedua orang tuaku ..
Aku melihat ke nenek yang duduk disampingku dan ikut melihat ke langit biru.
"Aku bahagia seperti ini nek ... bekerja, walau jauh dari nenek, kakek dan Gulf ... tapi dengan seperti ini, aku bisa membiayai semuanya nek ..."
"Gulf sudah 15 tahun Grace .... Nenek tau Gulf sudah tidak ingin sekolah ...."
"Nek ... Gulf laki – laki ... Gulf harus sekolah setinggi – tingginya ..... "
"Tapi bagaimana kalau Gulf nya sendiri sudah tidak mau?"
"Aku akan berbicara dengannya nek .... karena suatu saat ... aku akan menggantungkan hidupku pada Gulf nek .... Gulf satu – satunya tempatku bersandar ... aku ingin Gulf lebih kuat dari sekarang nek ..."
"Nenek tau kamu sangat menyayangi Gulf ... kamu memikirkan masa depan Gulf ... tapi bisakah kamu membiarkan Gulf memilih apa yang terbaik untuknya?"
"Nek ... Gulf boleh memilih semua yang dia inginkan ... tapi nanti ... paling tidak ... setelah Gulf selesai sekolahnya ... sampai dia meraih gelar master nya ... disaat itu ... aku akan memberikan kebebasan yang Gulf mau nek ...."
"Kamu harus tau derita yang dialami Gulf selama ini Grace ... dia tersiksa dengan keadaan ini ..."
"Kalau kedua mata Grace ini bisa menggantikan mata Gulf ... sudah Grace lakukan sejak dulu nek ..."
"Bukan itu maksud nenek Grace ... kamu harus tau .. kalau Gulf ... lelah dengan semua hinaan dan bullyan teman – temannya ...."
"Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan nek ... agar anak – anak itu berhenti membully atau menyakiti Gulf ... kita bukan orang yang memiliki harta kekayaan berlimpah seperti mereka nek ... andai bisa mataku menggantikan milik Gulf ... dengan senang hati akan aku lakukan nek ... " Aku menghapus air mata yang jatuh di pipiku, masih melihat ke langit biru membayangkan wajah kedua orang tuaku dan nenek yang sekarang menepuk – nepuk punggung tanganku.
Hampir satu bulan sudah aku menemani dan merawat Gulf, kakek dan nenek di Brussel. Aku melihat duka di sorot mata Gulf yang tampak memandang kosong ke arahku.
"Gulf ...." Aku mengelus wajahnya dan melihatnya tersenyum.
"Apa kakak akan kembali bekerja?" katanya dengan penuh senyuman.
"Gulf ... besok kakak akan kembali bekerja dan meninggalkan kalian ... apa kamu mengijinkannya Gulf?"
"Tentu ... kakak boleh kembali bekerja ... Gulf sudah tidak sakit kak ..."
"Aku tau kamu sudah sembuh Gulf ... tapi disini ..." aku memegang dada letak jantung Gulf berdegup lalu meneruskan "Apakah masih sakit ...."
Gulf menggeleng dan tersenyum ..
"Luka disini akan cepat menghilang kak .... percaya sama Gulf ... Gulf akan belajar dengan giat ... tidak akan membuat kakak kawatir .... saat Gulf dewasa nanti ... Gulf yang akan menjaga kakak .... Jangan kawatir yaa ... Gulf akan baik – baik saja ...."
Senyum Gulf adalah sumber kekuatanku dan kebahagiaanku.
"Gulf ...."
"Kak .... Gulf cuman ingin kakak tau .... Gulf memang lelah kak .... Tapi lelah yang Gulf alami ... tidak seberat apa yang kakak alami .... aku akan baik – baik saja kak ... percaya sama Gulf .... kali ini ... Gulf tidak akan pernah merasa lelah ...."
"Gulf ..... kamu tahu kalau kakak sangat mencintaimu bukan?"
"Gulf tau kak .... dan Gulf juga sangat mencintai kakak ...."
Aku memeluk Gulf dan merasa bersyukur karena Gulf menjadi dewasa sebelum saatnya, terluka tapi tetap memberikanku senyumnya, karena dia tau ... senyumnya adalah segalanya untukku.
Sebulan setelah pernikahanku dengan tuan Mew ... jangan dikira dia akan berlaku dingin atau manis padaku ... jangankan bersikap dingin ... selama satu bulan penuh setelah pernikahan kami .. aku tidak pernah melihat wajah Mew lagi ... baik itu di kantor atau dirumah.
Saat ini, aku tinggal di apartmen yang diberikan oleh tuan Joong agar kami tempati, tapi pada kenyataannya, yang tinggal di apartemen itu hanya aku dan seorang asisten yang bernama bi April, bibi yang sudah bekerja dengan tuan Joong sejak Mew, suamiku berusia 4 tahun.
Aneh bukan ... sepanjang aku mengenalnya .. aku memanggilnya tuan Mew, dan sekarang dia menjadi suamiku tapi aku tidak pernah merasa memiliki seorang suami. Dia ada dimana saat ini aku tidak mengetahuinya. Bahkan saat aku datang ke panti asuhan, Cattarina masih bersikap biasa padaku tidak ada perubahan perilaku apapun padaku, bahkan setelah tau aku menikah dengan kekasihnya ... lebih tepatnya .... kakak kandungnya.
Selesai pernikahan di gereja dan resepsi selesai, tuan Joong mengajakku dan Mew duduk disebuah ruangan disebelah aula gereja.
"Mew ... alasan kenapa papa tidak menyetujui hubunganmu dengan Cattarina ... adalah ini ...." Tuan Joong, salah ... papa memberikan sebuah amplop coklat tebal dan kemudian Mew membuka amplop itu dan membelakkan kedua matanya.
"Ini tidak mungkin kan pa ...." Mata Mew berkaca – kaca tidak percaya, sedangkan aku bingung melihat ayah dan anak ini ...
"Cattarina ... adalah adik kandung mu Mew .... Mama mu ... meninggalkanmu saat kamu berusia 4 tahun ... karena diperkosa oleh beberapa preman setelah mengantarmu ke sekolah atas permintaanmu ... papa berusaha sekuat tenaga mencari keberadaan mamamu dan papa menemukan mamamu sudah dalam keadaan hamil besar. Mamamu meminta papa untuk merahasiakan ini padamu ... karena mamamu tidak ingin kamu terluka jika tau yang sebenarnya terjadi ... itulah kenapa ... papa mengatakan kalau mama ... telah meninggal dunia ...."
"Kenapa papa tega ....."
"Setelah mamamu melahirkan bayi itu .... Rain, sepupu mamamu mengadopsinya dan memberi nama Cattarina dan membesarkan seperti anak sendiri. Sedangkan mamamu mengalami depresi yang membuatnya harus dirawat di salah satu rumah sakit milik kita ..."
"Apa mama masih hidup pa?"
"Masih .... tapi kondisi masih sama ...."
"Dimana mama pa ..."
"Rumah Sakit Gloria ... milik oma ..."
Sejak pertemuan itu ... aku tidak pernah melihat Mew lagi ...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Wife's Brother
Fanfiction"Kamu .. aku beri 1 permintaan dan kamu memintaku menjadi kakak buat adikmu?" "Iya tuan ... kenapa? Apa salah saya meminta itu?" "Padahal kamu bisa memintaku untuk berlaku sebagai suamimu ..." "Ayolah tuan ... kita berdua sama - sama tau kalau kita...