3•Pencitraan

11.2K 772 28
                                    


-
-
-

Askara
Ra ke rooftop. lo keluar duluan gue nanti nyusul, biar gak ada yang curiga.

Aurora
Iya

Aurora mematikan ponselnya. dekilas ia melihat kearah meja Askara di sebrang sana Askara sedang memainkan ponselnya Aurora melirik Jenita di sebelahnya.

"Jen, gue keluar dulu ya ke toilet bentar." Jenita mengangguk, Aurora bangkit dari duduknya keluar dari kelas.

Selang waktu beberapa detik, Askara pun keluar dari kelasnya.

Di depan teman di depan orang banyak, mungkin Askara baik, menunjukan sikap manis. pada kenyataannya, itu seolah pencitraan saja. Aurora yang merasakan semuanya ia pernah merasaka sedih, tersiksa dengan sikap di balik kebohongan Askara.

•rooftop

Askara berdiri di samping Aurora sedikit berjarak, tak terlalu berdekatan.

"Ada apa?" tanya Aurora.

Askara melirik Aurora "Gue butuh pendamping baru. gue butuh wanita yang bener-bener gue cintai. gue mau cari yang baru." entah kenapa saat mendengar ucapan Askara barusan, Aurora merasa sesak.

"Lo udah punya gue Askara, gue gak mau di duain."

Askara melangkah  selangkah, berhadapan dengan Aurora.

"Ngaca dong. lo tu harusnya sadar, sadar kalo lo bukan orang yang penting dalam kehidupan gue." Hati Aurora seperti teriris pisau sakit sekali mendengar ini.

"Kalo gitu, lebih baik kita gak ada hubungan apa-apa lagi. dari pada gue harus menderita dan di duain lebih baik gue nyerah." Aurora pasrah dan mengalah.

Plak!

Dengan enteng nya Askara melayangkan tamparan kepada Aurora. Aurora menyentuh bekas tamparan Askara di pipinya.

"Maksud lo apa! Apa Aurora!" bentak Askara.

Aurora sudah tak bisa menahan tangis. tampran itu sangat keras hingga Auora merasa perih. di tambah Askara membentak nya, itu semakin membuat Aurora hancur.

"Sadar diri Aurora sadar! gue gak pernah cinta sama lo! semakin hari semakin benci gue sama lo." Aurora tak bisa berkata apa-apa. ini menyakitkan, sungguh Aurora ingin pergi saja dari dunia ini.

"Sampe kapan pun, gak akan pisah Aurora. Ingat itu dengar baik-baik, gak akan pisah."

"Bertahan justru aku sakit Askara." batin Aurora.

"Jangan nangis, jangan cengeng. hapus air mata lo, jangan sampe gue liat lo di kelas nangis kaya gini. gue tambahi siksaan gue buat lo." Askara melangkah pergi dari hadapan Aurora.

Aurora menyeka air matanya. Aurora bersikap seolah tak terjadi apa-apa Padahal ia habis menangis.
*******

Bu Devi tengah asik menerangkan materi tiba tiba...
Aurora keluar dari bangkunya.

"Ada apa nak?" tanya bu Devi--guru biologi yang sedang mengajar di kelas Aurora.

"Bu, saya izin ke kamar mandi. sebentar kok bu, gak lama."

"Baik, sebentar ya jangan lama."

"Ya bu." Aurora mengelang pergi menuju kamar mandi.

"Aurora sekarang kaya menghidar sama kita, gak kaya dulu lagi." kata Friska.

"iya gue rasa juga gitu, kita harus tanya ini sama Aurora."

"hm." Friska bergumam.

Keduanya saling berbicara dengan was-was sesekali menatap bu Devi yang sedang menulis di depan.

ASKARA AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang