13•Orang ketiga?

8.2K 469 33
                                    

Typo bertebaran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Typo bertebaran...

-

-

-

Askara menarik tangan Aurora dan ikut bersama pria itu. Keduanya kini berdiri di depan pondasi tingginya sekitar 3meter.
"Ngapain?" tanya Aurora.

"Ngamen."

"Serius ngapain kesini, lo mau ngajak gue bolos ya?" tuduh Aurora. Askara mengacak rambutnya frustasi "Jadi cewek tu bawel banget si. Cepetan naik." Askara membungkukan badannya di depan pondasi itu. "Nggak mau," tolak Aurora.

"Bacot amat si Ra, buruan naik ke punggung gue, Udah pegel pundak gua ayo naik."

"Baju lo nanti kotor, lo marah."

"Kan gue yang nawarin. Cepetan naik,"

Aurora dengan gugup kaki bergemetar ia menginjak punggung Askara dari pada ia banyak omong, makin telat dan Askara makin banyak dumelan. Aurora pun memutuskan ikuti perintah suaminya itu.

"Jangan ngintip."

"Geer lo. Mana bisa gue ngintip lo aja di atas gue."

Askara pelahan meninggi hingga Aurora kini sudah ada di puncak pondasi.
"Sekarang lo lompat."

"Nggak mau gue nanti jatoh gimana."

"Ribet bener jadi orang, lo jatuh bangun sendiri lah gak peduli gue."

"Bisa nggak jangan kasar" celetuk Aurora tak terima.

"Bacot. Ayo lompat, pundak gue pegel."

"Nunduk, lo pasti ngintip."

Askara pun nunduk, dari pada Aurora mengoceh terus. Aurora melompat dari pondasi tinggi itu. "Awsh...lutut gue." Aurora meringis sakit.

"Ra!? Masih hidup kan lo?"

"Katanya nggak peduli!,"

"Nanya doang." Timpal Askara

Askara memundurkan langkahnya. Ia melihat ketinggian pondasi itu lalu berlari sedikit dengan kencang kemudian memanjat. Dan sekarang dia ada di puncak pondasi . Askara nengkring seperti orang mau buang air besar dia memperhatikan Aurora di bawah sana. "Kenapa lo?" tanya nya.

"Kaki gue sakit," jawab Aurora sembari mengusap-usap lututnya.

"Baru segitu aja udah alay lebay. Jadi perempuan itu yang kuat gak boleh lemah."

"Gue kuat batin sama lo" batin Aurora.

"Awas Ra minggir sana, gue mau lompat."

"Sabar... dikira nggak sakit apa." gurutu Aurora, sambil berdiri dari jatuhnya
Entah dorongan apa yang membuat Askara jatuh tampa aba-aba sehingga dirinya menubruk Aurora dan membuat Aurora menjerit kaget. Jatuhnya secara tiba-tiba dengan gaya posisi yang menjijikan bagi keduanya. Bayangkan saja Aurora di bawah, dan Askara di atasnya. Kedua nya saling menatap, Nafas Askara sedikit tidak teratur Aurora pun sama, lebih malah. Dia merasakan detak jantungnya seperti akan meledak karna denyut nya sangat kencang dan memburu. Satu detik... dua detik... Tiga detik... mereka masih saling bertatapan dengan hati yang tegang.

ASKARA AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang