9•Satu kamar lagi...

9.5K 570 8
                                    

---

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-
-
-

Askara memaki ponselnya kala mendapatkan panggilan masuk dari Wilona berkali-kali. Jujur Askara tidak suka seperti ini, ini sangat mengganggu.

Askara mematikan daya ponselnya lalu melemparnya ke atas kasur, dan keluar dari kamar nya menuju ke ruangan makanan untuk sarapan pagi.

Duduk di kursinya dan Aurora melayani cowok itu mulai dari menuangkan nasi, sayur mayur dan lauk pauk nya. Askara memperhatikan gadis itu datar "Kenapa semalam masih tidur di gudang?" tanya Askara.

Aurora selesai menyiapkan makannya. Ia duduk di kursi menghelakan nafas nya kasar "Gue nggak mau masuk kamar, tanpa se izin tuan Askara Airlangga Mahesa."

"Malam lo pindah. Hukuman lo udah gue cabut" Askara menyuap makan nya ke mulutnya "Hm..." Aurora bergumam.

Keduanya sarapan pagi bersama. Setelah sarapan mereka siap-siap pergi ke sekolah.
"Ini." Aurora sedang mengikat sepatunya mendongkak menatap Askara di depanya.

Askara memberikan uang berwarna merah kepada Aurora "Ongkos." ucap Askara.

"Nggak, nggak usah gue mau di jemput kok sama temen gue." ujar Aurora.

"Jangan bilang yang jemput lo Fajar? atau cowok yang malam itu gue liat." tuduh Askara. Aurora berdecak sebal kala mendengar ucapan Askara yang asal tebak asal ceplas-ceplos.

Askara meremas uang di tangannya.
"Di jemput Jenita, Askara." ujar Aurora.

"Oh." Askara pergi dari hadapan Aurora.

"Askara kenapa si, kadang galak kadang baik bingung aneh gitu gue sama dia. Ada ya cowok kaya dia. Terus juga Aska jadi curigaan terus sama gue. " gumam Aurora.

_________

"Rega!" teriak Jenita.

"Apa say?" sahut Rega sambil menghampiri Jenita di dekat ring basket.

"Kenapa si geng nya Askara tu pada fuck boy semua." cibir seorang gadis. Rega mendengarnya tapi ia biasa saja anggap saja itu hanya angin lalu.

"Apa?" tanya Rega.

"Reg. Jujur deh sama gue, kemaren lo kenapa bisa di hukum bu Dev? Tawuran lagi?"

"Ck. Bukan itu, kemaren gue sama yang lain kagak ikutin perlajaran. Lo kan tau,"

"Ih..., bu Devi takut bohong, waktu itu aja hukum persis kaya kemaren, padahal lo berempat habis tawuran."

Rega tercengir, "Lo suka ya sama gue?" tanya Rega membuat Jenita pelongo.

"Apa si Rega, geer pedean banget pula." Rega tercengir lagi.

"Bercanda," lirih Rega.

"Jentong." suara itu membuat Jenita dan Rega menatap kearah sumber suara. Jentong adalah panggilan tak asing dari Aurora dan Friska untuk Jenita.

ASKARA AURORA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang