38 : Destiny

643 80 109
                                    

Warning!
Blood, gunshot, death

Masih kaya part sebelumnya, part sekarang juga agak panjang jadi bacanya yang nyantai aja ya biar ngefeel.
Boleh sambil dengerin musik mellow juga biar dapet emosinya.
Sedia tisu kalau perlu :D
Happy reading!

********

Semua orang kecuali Wooyoung refleks menutup telinga dan kedua matanya saat mendengar suara tembakan itu mengenai seseorang. Bau amis langsung tercium dari darahnya yang mengalir keluar. Peluru tadi mengenai tepat di tengah perutnya.

Ia tidak berteriak kesakitan. Tidak juga mengerang. Ia malah tersenyum.

Semua orang perlahan berbalik dan membuka matanya. Alangkah terkejutnya mereka setelah mengetahui yang terkena peluru itu bukanlah Yeosang.

Melainkan Seonghwa yang langsung berlari dan mengorbankan nyawanya demi adiknya. Demi putra kebanggaan keluarga Kang.

Jongho yang melihat tubuh Seonghwa ambruk langsung berlari dan menahan kepalanya. Begitu juga dengan Tuan Kang dan Hongjoong. Sementara itu, San berlari berlawanan arah menuju Wooyoung yang sudah pingsan setelah menyaksikan Seonghwa ditembak dengan mata kepalanya sendiri.

"Anakku, Kang Seonghwa. Bertahan nak, jangan tinggalkan ayah sendirian" Tuan Kang memangku kepala Seonghwa dan menangis sejadi-jadinya. Tangan kanannya berada di perut putranya dan mengusap kemeja yang sudah bernodakan banyak darah itu.

"Ayah.." Seonghwa berucap lirih. Kedua sudut bibirnya itu membentuk senyum yang sangat tulus. Mungkin ini adalah senyum terakhir kali yang bisa ia lakukan. "Tolong selalu jaga kesehatan ayah ya. Maaf Seonghwa belum bisa memberikan yang terbaik selama ini. Tapi tidak dengan Yeosang, ia akan mewujudkan semua keinginan ayah. Ia akan memajukan perusahaan kita. Ia akan memimpin dengan baik. Anak se-berharga dia belum pantas mati sekarang" Lanjutnya. Ia benar-benar mengerahkan seluruh tenaganya untuk bisa mengucapkan pesan-pesan terakhir.

"Dan kau Hongjoong hyung. Selama ini hyung sudah kuanggap sebagai kakakku sendiri. Kau bisa melakukan apapun, semuanya! Mulai sekarang, tolong jaga Yeosang untukku ya. Bimbing dia ke jalan yang benar. Tuntun dia untuk selalu bersikap baik ke semua orang. Kuharap aku bisa mengandalkanmu, hyung" Hongjoong sudah tidak bisa membendung airmatanya lagi setelah mendengar penuturan Seonghwa barusan. Hongjoong mengangguk. Ia akan tetap melakukan semua kewajibannya, mengabdi kepada keluarga Kang sampai akhir hidupnya.

"Eumm sebentar. Akkhh!" Seonghwa merintih kesakitan saat ia berusaha mengambil sebuah benda dari saku celananya. "Jongho kemarilah.."

Yang dipanggil itu langsung mengusap air matanya dan berjongkok menghadap Seonghwa.

"Kau jagalah kalung ini. Rawat dengan sepenuh hati. Selama dua puluh tahun lebih aku menjaganya. Di hari mendatang, kau akan tahu betapa istimewa nya benda ini" Ia menyerahkan kalung emas itu kepada Jongho. "Aku juga menitipkan Yeosang padamu. Aku akan sangat bahagia diatas sana jika bisa melihatmu dan Yeosang hidup bahagia juga"

Jongho menggeleng. "Ngga kak, jangan bilang kaya gitu. Kakak harus bisa kuat buat Yeosang"

"Kakak yang harusnya bilang itu ke kamu, Ho. Baik baik disini" Seonghwa tersenyum lagi. "Salam buat ayah ya. Bilang kalau kakak bakal selalu sayang sama dia gimanapun keadannya. Makasih... buat semuanya"

Jongho sempat bingung dengan kalimat yang baru saja Seonghwa ucapkan. Bukannya ia bisa langsung bicara dengan Tuan Kang sendiri. Tapi mengapa harus Jongho yang mewakilkan?

TREASURE || jongsang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang