27 : A Plan

590 96 23
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu pun datang. Yeosang sudah mempersiapkan semuanya bahkan dari dua hari lalu. Ia juga sudah meminta ijin pada Ayah dan Kakaknya. Ya walaupun mereka sempat menolak. Tapi siapa memangnya yang bisa mengalahkan jurus rengekan Yeosang, apalagi jika sudah ditambah dengan pout atau puppy eyesnya.

Pagi ini mereka telah berencana untuk bertemu di rumah Yeosang yang nantinya akan diantar oleh Seonghwa sendiri.

"Kau harus berjanji untuk selalu mengirimku pesan, okay?" Itu adalah salah satu syarat yang diberikan oleh Seonghwa kemarin. Yeosang langsung mengangguk semangat.

Namun siapa kira, mereka sudah bersiap dengan segala kemungkinan.

"Ayah apa kita akan membiarkannya tinggal sendirian disana? Tanpa pengawasan? Tanpa ada satupun penjaga untuknya? Bahkan aku punya banyak bodyguard yang bisa menjaganya setiap waktu" Seonghwa bertanya panik. Ia tengah berdiskusi dengan Ayahnya di ruang kerja.

"Tentu saja tidak, Seonghwa. Walaupun ia tidak ingin penjaga tambahan tapi kita tetap harus mengarahkan beberapa pasukan. Aku juga sudah menyiapkan beberapa alat pelacak anti peluru" Tuan Kang berkata sambil memberikan kantung berisi bola-bola seperti kelereng berwarna hitam. "Berikan ini pada adikmu dan pastikan ia membawanya setiap saat. Kamera-kamera ini akan terhubung ke ruang cctv kantor kita, bungker, dan ruang bawah tanah rumah ini" Sambungnya.

Seonghwa mengangguk puas. "Berapa banyak pasukan yang akan Ayah kerahkan?"

"Itu akan jadi urusanku besok pagi. Kau bantulah dia mengemasi barang-barangnya. Dan suruh dia untuk menemuiku dikamar sehabis makan malam, mengerti?"

Seonghwa mengangguk untuk yang kedua kalinya. Ia menggenggam erat kantung berisi alat pelacak itu—seolah kantung ini memang harus selalu ada didekat Yeosang. Karena ini adalah satu-satunya cara ia dan Ayahnya bisa mengawasi Yeosang dari jauh.

Itu adalah percakapan mereka sehari sebelum keberangkatan Yeosang..

--------

"Wahh ini ide yang sangat brilian! Tak sia-sia aku menjadikanmu tangan kananku, Kim. Dan darimana kau bisa tau anakku akan pergi bersamanya hari ini?"

"Aku mendengarnya saat memata-matai kedua anakmu yang sedang menata koper mereka kemarin. Bahkan mereka hanya dengan kelompok kecil. Hanya empat orang anak ingusan liburan bersama di bukit, keluarga mafia itupun bahkan tidak mencoba mengirim penjaga terbaiknya. Persetan dengan rekor 2000 anak buah mereka, sekarang aku tidak akan mempercayainya HAHAHA"

"Kau jangan gegabah. Mereka mungkin saja menyiapkan rencana cadangan. Sayangnya anak buah kita kehilangan letak koordinat bungker mereka"

"Ya itulah satu-satunya masalah terbesar kita, Tuan. Entah teknologi baru apa yang sudah mereka gunakan. Akankah mungkin mereka akan membalas kita terlebih dahulu nantinya?"

"Aku tidak tahu. Tapi kita harus sebisa mungkin mencegahnya. Rencana kita harus berhasil. Kau harus berhati-hati, Kim karena jika meleset sedikit saja itu bisa menyebabkan kegagalan total. Kalian juga tidak bisa mengabaikan anak bungsu ku. Ia hampir setiap saat berada di dekat anak mafia itu"

"Ia menguasai teknik beladiri, bukan? Ini akan jadi masalah yang berat juga untuk kita"

"Apapun masalahnya kalian jangan sampai melukai kedua anakku juga. Nyawa kalian akan segera melayang walaupun kalian melukainya hanya segores saja, kau mengerti?!"

"Siap paham, Tuan. Aku akan menyampaikannya pada anak buah kita"

"Bagus. Sekali lagi ku ingatkan sangat penting untuk selalu berhati-hati. Ku dengar mereka baru saja pulang dari Malaysia, entah teknologi mutakhir apa yang mereka punya sekarang"

"Serahkan saja padaku, Tuan. Sebisa mungkin aku akan mencari tahu. Kita juga punya anak buah di negeri seberang. Walaupun jumlahnya tidak banyak tapi itu akan sangat berguna"

"Carilah informasi secepatnya. Aku mempercayaimu, Kim Taehyung. Terimakasih"

"Siap laksanakan, Tuan"

--------

"Kau yakin tidak membawa satu penjaga untuk ikut?" Tuan Kang bertanya pada Yeosang yang sedang menunggu Seonghwa menyiapkan mobil. Ia, Ayahnya, dan ketiga temannya sedang berbincang-bincang di teras sekarang.

"Tidak usah, Ayah. Yakinlah padaku. Aku sudah bukan Yeosang yang sering hilang di keramaian. Yeosang telah tumbuh menjadi anak dewasa" Ucapnya meyakinkan. Digenggamnya tangan Ayahnya itu agar rasa khawatirnya bisa sedikit hilang.

Tuan Kang tertawa hangat. "Anak Ayah sudah tumbuh besar, hum?"

Yeosang mengangguk sebagai jawaban sambil melirik kearah Seonghwa yang sudah siap dan sedang berdiri menunggu didepan pintu.

"Yeosang berangkat dulu, ya Yah" Gumamnya pelan sambil memeluk Ayahnya sebentar. Teman-teman nya yang lain juga bergantian menyalami Tuan Kang.

"Maaf sebelumnya, tapi Paman bisa mengandalkanku. Aku akan selalu ada bersama Yeosang dan tidak akan membiarkannya sendirian apalagi terluka" Jongho mengucapkannya dengan lantang saat gilirannya menyalami Ayah Yeosang.

"Aku tahu kau anak yang baik. Tolong jaga Yeosang ya"

Jongho mengangguk lalu masuk kedalam mobil menyusul mereka yang sudah naik terlebih dahulu.

Sekejap, mobil Seonghwa sudah bergabung dengan ramainya lalu lintas. Yang dimobil masih asyik memutar lagu dan menyanyi ria, tanpa sekalipun terlintas di benak mereka bahwa sesuatu yang buruk akan terjadi. Firasat-firasat itu perlahan akan datang tapi satupun dari mereka tidak ada yang menganggap serius.

Semoga keberuntungan memihak mereka kali ini. Karena sesungguhnya mereka tidak hanya dalam perjalanan untuk bersenang-senang, namun juga seperti mengikuti pertempuran—dengan air terjun sebagai ring tinjunya.

TREASURE || jongsang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang