35 : Protect

596 89 44
                                    

"YEOSAANGG!!!!!" Jongho berteriak kencang saat melihat tubuh lelaki kesayangannya itu lemas tepat di tengah air terjun.

Yang diteriaki sudah tidak sadarkan diri. Bibirnya membiru karena kedinginan. Terlihat banyak lebam di bagian sudut pipi, lengan, serta bawah matanya. Jongho jatuh terduduk. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Kau telah kalah, anak muda"

Jongho mengenalnya. Ia kenal suara bariton itu, sangat kenal.

"Apa salahnya?! Kenapa kau menjadikannya korban seperti ini? Kenapa kau selalu ingin merenggut nyawa orang-orang yang aku sayangi?" Tanya nya lirih. Berenang menuju tengah sungai dan air terjun itu sama saja bunuh diri. Airnya sangat dingin dan arusnya juga kencang. Ia bisa-bisa mati tenggelam bahkan sebelum bisa menyelamatkan Yeosang terlebih dahulu.

Entah bagaimana caranya orang itu bisa membawa Yeosang tepat ke tengah air terjun. Mengikat tangannya pada dua tiang bambu yang terpasang. Membiarkan badannya lemas tak berdaya. Bahkan untuk mengangkat kepala pun mungkin Yeosang sudah tidak bisa.

"Nyawa harus dibayar dengan nyawa. Kau mungkin tahu kalau ibu mu meninggal karena ayahmu, bukan? Tapi itu semua salah. Dialah penyebabnya! Keluarganya lah yang telah merenggut nyawa ibumu! Dan nyawanya lah yang harus ia gunakan untuk membayar semuanya" Orang itu berkata lantang sambil menunjuk kearah Yeosang.

Jongho mengangkat tangannya---memohon pada pria yang menawan Yeosang agar Yeosang bisa dibebaskan. Tapi pria itu malah tertawa kencang sebelum tangannya mengeluarkan sebuah benda dari sakunya.

Gawat,

Itu pistol!

"TURUNKAN SENJATAMU, TUAN. AKU MOHONN" Jongho masih mencoba memohon dan membujuknya. Lagi-lagi pria itu hanya menghiraukannya. Bahkan sekarang algojonya ikut turun dan mencengkeram lengan Jongho dengan kuat---mengunci pergerakannya.

Pria yang membawa pistol itu mengambil ancang-ancang. Ia mengarahkan pistol hitamnya tepat ke arah jantung Yeosang.

"Lepaskan aku. Aku harus menyelamatkannya! Aku harus menyelamatkan Yeosang!!" Jongho memberontak. Ribuan cara sudah ia gunakan untuk melepaskan diri dari dua algojo ini.

Tenaganya perlahan habis. Ia hanya bisa menangis dan masih tetap memohon pada pria itu.

"Kumohon lepaskan dia" Ucapnya lirih.

"Hahahah hanya segini kemampuanmu, hum? Ucapkan selamat tinggal pada Kang Yeosang mu itu, Jongho" Ucapnya sambil tertawa. Ia juga mulai menghitung mundur sekarang.

"Satu.."

Jongho kembali memberontak. Sedangkan jauh di sana, Yeosang yang sudah sadar ternyata sudah mendengar semuanya, tapi ia masih tidak kuat untuk mengangkat kepalanya. Ia sudah menyerah. Ia hanya bisa pasrah.

"Dua.."

Pria itu semakin yakin dengan ancang-ancangnya. Perlahan pelatuk pistol itu mulai ditarik. Dan..

"TIGA.."

DOR!

Bersamaan dengan hitungan terakhir itu peluru pun mulai melesat keluar. Jongho menangis dan berteriak dengan kencang. Algojo itu melepaskan cengkramannya dan tepat setelah itu Jongho langsung jatuh tersungkur. Badannya lemas, kakinya mati rasa.

Namun siapa sangka, sepersekian detik sebelum peluru itu mengenai Yeosang, terlihat sekelebat cahaya putih datang lebih dahulu.

Tunggu,

Itu apa?

--------

"JONGHO!"

"Yak! Dia bangun! SAN CEPET AMBILIN AIR!"

"Ho, lo baik-baik aja?"

Jongho perlahan mengerjapkan matanya. Berusaha menerima cahaya matahari yang seolah langsung menusuk netranya. Peluh mengucur deras dari seluruh badannya. Kepalanya juga mendadak pusing.

"Y-yeosang?" Jongho mengucek matanya tak percaya. Yeosang ada disebelahnya, dengan wajahnya yang masih putih bersih tidak ada lebam sama sekali. Terlihat muka Yeosang lah yang malah khawatir dengan keadaan Jongho sekarang.

Benar sekali.

Itu semua... hanyalah mimpi buruk.

"Iya, Ho gue disini"

Jongho langsung duduk dan memeluk Yeosang erat. Mimpi itu terasa sangat nyata!

"Yeosang..." Ucapnya lirih. Yeosang yang mendengar itu langsung mendekap Jongho lebih dalam dan berusaha menenangkannya.

"Itu cuma mimpi buruk. Udah udah, gue disini. Gue baik-baik aja"

Yeosang menangkup pipi Jongho dan mengusap air matanya yang sempat keluar. Lelaki di depannya ini terlihat sangat berantakan. Entah peristiwa dalam mimpi apa yang dialaminya tadi, nampaknya itu sangat menakutkan.

Beberapa saat kemudian, San datang dengan segelas air segar dan langsung meminumkannya pada Jongho.

"Gimana keadaanmu sekarang?" San bertanya. Jongho masih diam, ia berusaha untuk mencerna semua yang baru saja ia alami.

"Dia masih syok, San. Mending kita keluar aja nyiapin sarapan. Biar Yeosang yang nenangin Jongho disini" Wooyoung langsung menarik tangan San keluar. Jongho sendiri masih ada di dekapan Yeosang sedari tadi.

Jongho mendongak untuk melihat muka Yeosang dengan lebih teliti. "Lo jangan tinggalin gue ya, Sang"

Yeosang mengangguk. Itu pasti. Ia tidak akan mungkin meninggalkan Jongho sendirian.

"Sekarang lo tenangin diri dulu ya, abis itu kita sarapan terus beres-beres. Jam 9 nanti kita harus udah ngelanjutin perjalanan ke air terjun" Ucapnya lembut. Jongho mengangguk kemudian langsung mengambil handuk untuk mengelap keringatnya.

Sementara itu, di lain tempat terdapat sebuah rombongan sedang bersiap-siap menuju tempat Yeosang dan Jongho berada.

"Taehyung! Jangan lupa bawa peluru cadangan, kita mungkin saja akan berperang sore ini"

Yang dipanggil Taehyung itu langsung mengangguk kemudian mengecek perlengkapan yang lainnya di ransel. Sekitar 10 anggota ikut dalam perjalanan mereka, ditambah 5 anggota lain yang sudah berjaga di lokasi, termasuk untuk memata-matai calon korban mereka.

"Kita harus bergegas. Aku tidak sabar ingin membalaskan dendamku pada keluarga sialan itu"

TREASURE || jongsang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang