13 : Survive

999 145 8
                                    

Suara bising roda bankar yang didorong terdengar memekakkan telinga. Tiga orang perawat berlari tergesa-gesa mendorong bankar yang mengangkut tubuh Yeosang yang sudah tak sadarkan diri dan membawanya ke ruang UGD, disusul Seonghwa, Hongjoong, dan Jongho. Mereka berlari berusaha memecah keramaian. Sesampainya di depan ruang UGD bankar langsung dibawa masuk dan pintu ditutup. Jongho bisa melihat dengan jelas melalui kaca bagaimana pakaian Yeosang dilucuti dan dipasangkan beberapa alat medis. Tangis Seonghwa masih terdengar samar samar. Dada Jongho terasa sesak, rasanya sakit sekali melihat keadaan Yeosang seperti itu. Ini semua salahnya, ia tidak bisa menjaga Yeosang dengan baik. Ia memukul sebelah kanan kepalanya dan menangis dalam diam lalu jatuh terduduk bersandarkan dinding.

"DIMANA YEOSANGG?!! DIMANA DIAA?!!" Teriak Wooyoung tiba-tiba. 15 menit lalu ia ditelpon Jongho yang mengabarkan keadaan Yeosang sekarang. Ia baru saja selesai mandi setelah latian dance seharian dan belum sempat makan. Setelah mendengar kabar itu ia langsung menelpon San dan berangkat bersama ke rumah sakit.

Tangis Wooyoung pecah saat melihat keadaan Yeosang melalui kaca. Kristal bening jatuh dengan sempurna membasahi kedua pipinya. Tubuhnya tiba-tiba lemas, kepalanya pusing, dan dadanya sesak. "Yeosaangg, maafin gue hiks hiks" isaknya sambil memegangi kaca UGD. San langsung memegang kedua bahunya dan membisikkan beberapa kata semangat untuk Wooyoung, meyakinkan bahwa Yeosang akan segera sadar.

Seonghwa dan Hongjoong beranjak dari duduknya. "Kalian jaga Yeosang dulu sebentar ya, kita ingin mengurus beberapa urusan sebentar." Ucap Hongjoong sambil merangkul tubuh Seonghwa yang lemas. San dan Jongho mengangguk pelan, lalu pandangannya kembali pada Yeosang.

--------

"BAGAIMANA BISA INI TERJADII!!" Teriak Tuan Kang sambil membanting beberapa barang dari meja kerjanya.

Hongjoong dan Seonghwa menundukkan kepalanya, tidak berani menatap wajah Tuan Kang. Setelah dari rumah sakit dan mengurus beberapa urusan, mereka berniat membicarakan ini dengan Tuan Kang di kantor.

"Seonghwa, katakan padaku kalau ini semua hanya omong kosong!" Ucap Tuan Kang dengan mulut bergetar. Seonghwa tetap bungkam dan menunduk.

"JAWABB?!!!" Bentak Tuan Kang. Air mata Seonghwa yang semula sudah kering kembali menetes lagi. Ia tidak kuat, sungguh.

"I- ini semua benar Tuan, maafkan kami" Kata Hongjoong mewakili Seonghwa.

Wajah Tuan Kang kembali memerah. Ia mengusap wajahnya dan memandangi jendela. Langit yang semula biru cerah sekarang menjadi gelap, seolah olah ikut bersedih atas semua yang terjadi.

"Siapa yang melakukan ini semua pada anakku? SIAPA YANG BERANI MELAKUKANNYA?!!" Teriaknya lantang. "aku tidak akan pernah mengampuni orang itu, akan kupatahkan lehernya kalau perlu" Ucapnya lagi.

Seonghwa menghapus air matanya. Tangannya mengepal. Ia sudah berjanji akan menjaga adiknya, dan sekarang ia melanggar janji itu. Siapapun yang melakukannya ia juga tidak bisa tinggal diam. Bagaimana bisa gedung kelas dua belas hampir terbakar seluruhnya hanya karena ledakan? Itu sangat tidak masuk akal. Apalagi saat ditemukannya beberapa jirigen bensin di ruang kelas. Pasti ada seseorang yang sengaja menuangkan bensin ke seluruh area gedung agar dampak ledakannya semakin besar.

"Menurutmu apa kita harus mengajukan ini ke jalur hukum, Tuan?" Tanya Hongjoong berusaha mengajak bicara dengan tenang.

"Huuhh entahlah, aku tidak bisa berpikir jernih sekarang. Tapi ku perintahkan padamu dan anak buah lainnya untuk menyelidiki kasus ini, dan segera luncurkan mata mata profesional kita . Jangan lupa untuk memeriksa keluarga mafia itu, kita juga perlu mencurigainya" Perintah Tuan Kang. Hongjoong mengangguk lalu pamit undur diri.

TREASURE || jongsang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang