23 : Worry

647 106 21
                                    

"Tapi ngga seharusnya mereka diemin gue kaya gini, Ho!"

Teriakan Yeosang memenuhi lantai koridor sekolah. Kepalanya sudah terasa panas akibat menahan rasa kesal dan khawatir yang bercampur sejak tadi pagi. Jongho jatuh terduduk kemudian mengusap kepalanya. Tangannya terangkat memperlihatkan arloji perak yang menunjukkan pukul 11.20 siang. Ia beralih menatap Yeosang yang juga sedang menatapnya.

Sejak dari bangun tidur tadi suasana diantara mereka memanas. Yeosang yang sangat khawatir dengan keadaan Wooyoung serta San jadi sedikit sensitif dan sering memainkan handphone sehingga kegiatan belajar nya terganggu, dan guru yang mengajar terpaksa mengambilnya. Jongho yang mendengar kabar bahwa handphone Yeosang disita langsung berlari menyusulnya ke lantai atas, tempat kelas 12 berada. Dari jam istirahat mereka selalu berdebat tentang keadaan kedua temannya di Ibukota tersebut. Jongho menganggap Yeosang terlalu cemas yang malah dapat mempengaruhi kinerja Wooyoung disana.

"Hari ini dia tampil, Ho.. dan gue belum dikabarin.." Yeosang ikut terduduk disamping Jongho dengan kepala menunduk. Ia mungkin sudah mengatakan kalimat yang sama lebih dari 20 kali.

Bohong jika Jongho tidak kesal dengan Yeosang. Bahkan sekarang ia lebih menghawatirkan Yeosang daripada San ataupun Wooyoung.

"Justru karena Wooyoung hari ini tampil jadi mereka ngga punya waktu buat nelfon lu, Sang. Jadi please jangan berlebihan kaya gini. Mereka baik-baik aja" Jongho berusaha meredam rasa kesal dan menjelaskannya secara perlahan kepada Yeosang.

Namun, lawan bicaranya malah menunjukkan reaksi yang diluar dugaan..

Ia menatap Jongho tajam. "Apa lo bilang? Apa gue salah khawatir dengan sahabat gue sendiri? Apa gue salah selalu mikirin keadaan mereka? Apa gue sesalah itu sampai lo bisa nganggep gue berlebihan? Bahkan gue yakin kalau lo ada di posisi gue, lo pasti udah melakukan hal yang sama!"

Jongho mengacak rambutnya dan menggeram pelan. Yeosang benar-benar menguras habis emosinya. Menghadapi pemuda Kang yang sedang sensitif memang tidaklah mudah. Salah bicara sedikit saja bisa langsung menyulut amarahnya.

"Jangan bicara omong kosong, Sang. Gue udah capek ngomongin ini dari tadi pagi. Iya lo berlebihan sehingga malah bikin semuanya jadi kacau. Sampai kebawa mimpi tadi malem contohnya. Kita jadi berantem sejak pagi, waktu belajar lo jadi gak efektif, makan pun gak nafsu, sampai sampai handphone lu disita. Gimana kalau ternyata Wooyoung nelpon pas handphone nya ada di guru?" Jongho mencondongkan badannya menghadap Yeosang dan menatapnya lekat.

"Lo boleh khawatir sama mereka, bahkan gue juga khawatir, itu pasti! Tapi disisi lain gue percaya sama mereka, gue percaya sama guru-guru yang jagain mereka. Apa lo gak kasian sama Yunho yang udah berusaha nenangin dan jagain lo dari tadi? Atau Mingi yang udah nawarin banyak makanan pas istirahat tapi lo tolak? Terus apa lo juga ga kasian sama gue yang udah berusaha bikin semuanya jadi lebih baik dan memastikan keadaan selalu terkontrol? Pikirin itu semua, Sang"

Jongho diam sejenak, memberikan waktu Yeosang untuk mencerna semua perkataannya.

"Mereka bakal baik-baik aja dan Wooyoung pasti lancar lombanya. Kita cukup do'ain yang terbaik buat mereka dari sini"

Tanpa Jongho sadari kristal bening Yeosang telah jatuh membasahi pipi kanannya dari tadi. Perkataan Jongho ada benarnya juga. Tidak seharusnya Yeosang terlalu khawatir pada mereka yang malah membuat semuanya jadi berantakan. Yeosang salah, dan dia mengakuinya. Segukan kecil yang berasal dari tangisannya mulai terdengar. Jongho yang sadar langsung menarik tangan kanan Yeosang lalu menaruh kepalanya di bahu Jongho.

Disinilah akhirnya Yeosang bisa menangis dan mengeluarkan semua air mata yang sempat ia tahan sejak tadi. Jongho pun berusaha menenangkan Yeosang dengan mengelus surai serta punggungnya.

TREASURE || jongsang✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang