35. The Regret

22.5K 2.6K 865
                                    

________

Pukul delapan tepat usai makan malam, Namjoon bergegas ke kamar sebab ada panggilan dari ponselnya. Ia langsung menghela napas saat mendengar jawaban dari orang yang menghubunginya itu.

"Kubiarkan dia datang, maaf."

Namjoon duduk di tepi ranjang, memijat keningnya sebelum lanjut berbicara dengan Yoongi, "Sekarang dia di mana? Kau membiarkannya masuk ke kamar Jihan—"

"Percuma." Yoongi memotong perkataan Namjoon, "Mereka butuh waktu untuk membicarakan masalah mereka berdua, seharusnya kita tidak seperti ini. Kita menghambat."

Namjoon meremat ponsel di samping telinganya lebih kuat. "Apa ada masalah tadi?" Suara Yoongi terdengar menyesal, sangat mengundang tanya.

Laki-laki Min itu menarik napasnya pelan, tentu saja ada masalah. Sekarang bahkan Yoongi khawatir dengan keadaan Jihan di dalam sana, walau ia tahu Jungkook tidak akan sampai main tangan menyelesaikan masalah dengan Jihan. Coba saja jika Jungkook tidak semurka itu ketika melihat apa yang belum tentu benar di pikirannya, Yoongi tak akan sekhawatir ini.

"Iya, ada masalah sedikit. Tapi sekarang sudah selesai." Namjoon di sana tidak boleh tahu apa yang sebelumnya terjadi di sini, Yoongi bahkan tak bisa menebak apakah Jihan di dalam lebih tenang setelah bertemu dengan kekasihnya.

"Bisakah kau terus mengawasi Jihan selama ia di sana?"

"Kenapa? Malah kupikir, semakin kau melarang Jihan, ia akan semakin tak bisa melepas pria itu." Yoongi membuka jendela kamarnya, melihat pintu kamar Jihan yang masih tertutup rapat pun lampu kamarnya masih menyala, "Aku merasa aneh saja mengawasi Jihan dari orang yang ia cintai."

Perkataan Yoongi dari sana membuat Namjoon membisu, Jihan bukan sedih karena Jungkook, tapi karenanya. Karena Namjoon yang terlalu menahan Jihan, ia seakan membatasi adiknya untuk bahagia. Juga Yoongi, yang Namjoon terka masih memiliki perasaan dengan adiknya, hingga laki-laki itu seolah tak mau untuk dekat dengan Jihan yang sudah memiliki kekasih sampai dibela-bela.

"Maaf Yoongi, aku melibatkanmu." Namjoon menatap kosong lantai kamarnya, "Aku tidak bermaksud membuatmu berada di posisi ini, aku hanya ... bingung."

"Tak apa-apa, aku paham. Tenangkan dirimu Hyung, Jihan di sini baik-baik saja." Iya mungkin, Yoongi harap begitu.

***

Detik jarum jam di atas meja belajar menemani suara tangis Jihan yang sekarang meringkuk dililiti selimut untuk menutupi tubuhnya. Sudah hampir setengah jam Jihan seperti itu, menghadap ke arah dinding dan tak berani menoleh usai digauli dengan paksa.

Mengingat bagaimana perlakuan kekasihnya malam ini membuat Jihan menyesal. Menyesal dengan keputusannya. Ia kira, pulang ke sini dan menemui pria Jeon itu semua akan baik-baik saja. Tapi tidak, Jihan yang sudah hancur malah semakin dihancurkan.

Jungkook duduk di sisi ranjang membelakangi Jihan. Dengan tubuh yang setengah telanjang dan masih memakai celana panjang ia menunduk menatap ke arah lantai kamar.

Pria itu menangis dalam diam, tangannya terkepal merasa bersalah dengan perlakuannya terhadap Jihan. Ia tadi seakan bukan menjadi dirinya sendiri, dikabuti oleh rasa kesal dan cemburu membuatnya menjadi seperti itu.

Setiap kali ia mendengar Jihan terisak, Jungkook merasa sakit. Karena tahu penyebab gadisnya jadi sepilu ini adalah dirinya. Salah Jungkook.

"Jihan pikir dengan balik ke sini semua akan lebih baik ..." Gadis yang mengeratkan tubuhnya di balik selimut itu bergumam dengan suara bergetar. Masih menangis.

Sport ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang