Epilog

15.1K 1.6K 485
                                        

____________

Sehari sebelum hari pernikahannya, Jungkook memutuskan datang ke rumah Namjoon pagi-pagi untuk mengambil keperluan Jihan yang tersisa agar dibawa ke rumahnya. Tentu saja setelah menikah, Jihan akan terus tinggal di rumahnya jadi semua barang Jihan akan diangkut semua.

Kedatangannya itu disambut pertama kali oleh Naya yang sedang bermain di teras rumah. Bocah itu menarik Jungkook untuk segera dibawa ke ruang tengah, Jihan yang berada di dapur itu sontak tergelak melihat kedatangan kekasihnya.

Namjoon yang turun dari tangga itu melihat bagaimana anak perempuannya merentangkan tangan pada Jungkook meminta untuk digendong. Pria Kim itu menggeleng heran dengan tingkah Naya. "Hei, itu Paman Jungkook datang ke sini untuk menemui Bibi Jihan, bukan Naya."

Bocah itu langsung beringsut usai diberitahu ayahnya, tangannya kian erat melingkar di leher Jungkook. Mata sipitnya menatap Jungkook dan Namjoon bergantian, "Paman Ukie datang ke sini untuk menemui Naya apa Aunty Jihan?"

Tatapan sedih keponakan Jihan yang merasa bersalah usai mendengar ayahnya melarang ini membuat Jungkook menahan tawa, ia berseru senang sembari menggoyangkan Naya yang sudah tidak ringan itu di gendongannya. "Bertemu Naya, dong!"

"Tuh, Daddy! Paman Ukie mau bersama Naya dulu, nanti giliran Aunty Jihan." serunya pada Namjoon.

Seyoung dan Jihan yang mendengar protesan Naya pada ayahnya itu tertawa, Jungkook diajak bermain plastisin di ruang tengah bahkan bocah perempuan itu menunjukkan mainan yang baru dibelikan pada Jungkook.

"Seyoung aku sudah memutuskan agar nanti Naya disekolahkan di asrama putri." Namjoon menghampiri istrinya ke dapur terlihat pasrah, "Sudah nampak bibit genitnya sejak dini."

Seyoung tak terima anaknya dikatakan seperti itu, ia pun menimpali. "Bibit genitnya, 'kan, dari daddynya sendiri. Bagaimana, sih?"

"Aku tidak segenit itu, ya dulu." Namjoon tidak mau kalah.

"Kau mana sadar, Joon. Naya dan Noru adalah bukti dari kegenitanmu."
Jihan tertawa mendengar perdebatan Namjoon dengan Seyoung, ia melerai. "Sudah biarkan saja Naya bersama Jungkook. Nanti dia akan jarang bertemu dengan Jungkook, biarkan dia menghabiskan waktunya dulu." Jihan melirik ke arah Jungkook yang nampak berbaur dengan Naya. "Lagipula Jungkook terlihat senang mengasuh Naya."

Hampir saja Seyoung hendak menyeletuk 'Jungkook sudah siap jadi ayah' untung saja ia bisa menahan kalimat itu keluar. Pembahasan ini cukup sensitif bagi Jihan, jadi lebih baik jangan dulu membahas hal-hal tentang anak di depan Jihan. Gadis Kim itu gampang terbawa perasaan soalnya.

Jungkook diajak menikmati sarapan bersama di sana selepas bermain dengan Naya. Setelah sarapan, pria itu segera menarik lengan Jihan untuk diajak ke halaman belakang.

"Ada apa?" tanya Jihan setelah didudukkan. Ia lihat wajah Jungkook terlampau senang.

"Aku ingin lakukan tes dulu padamu." Jungkook menatap Jihan serius, "Coba panggil aku."

Jihan mengerjap bingung sebelum menuruti apa yang Jungkook mau. "Jeon Ssaem?"

"Nah! Yang ini harus diperbaiki." Jungkook menuding Jihan seolah ia melakukan hal salah. "Jangan panggil aku dengan nama itu lagi, Sayang."

Jihan langsung tersadar dan spontan memegang bibirnya, benar juga ia sudah mau menikah masih memanggil Jungkook dengan panggilan Ssaem. "Sepertinya sulit, Ssaem—eh Jungkook maksudnya."

Pria Jeon itu memanyun, "Panggil aku Jungkook-ah ..." contohnya, disertai nada suaranya yang dibuat manja.

"Jungkook-ah!" Namun Jihan memanggil dengan teriakan, membuat Jungkook semakin melengkungkan sudut bibirnya. Ini sih, seperti ibunya saja kalau memanggil Jungkook.

Sport ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang