__________
Baru kali ini Jihan tidak senang berada di kantin. Biasanya tempat ini jadi lokasi favoritnya ketika sedang merasa jenuh diam di sekolah.
Berulang kali Sera memanggilmya sekadar bertanya ingin diambilkan makan siang atau tidak, perempuan itu terdiam terus seperti orang sakit.
"Jihan, hei!"
Perempuan itu tergelak, "Y-ya?"
"Ada rasanya sepuluh kali kupanggil tidak direspon." Sera menghela napas, "Kau mau makan siang, tidak? Aku ambilkan."
"Mau."
Sera langsung berbalik kembali, lalu datang membawa dua nampan berisi makan siang untuknya dan Jihan. Seperti yang ia pikirkan, mungkin Jihan sedang sakit karena sedari tadi ketika baru sampai di sekolah perempuan itu selalu terdiam. Makanya Sera mau membawakannya makanan, kasihan temannya nampak kusut.
Siang itu Jihan nampak tak berselera makan, Sera sebenarnya sudah menyuruhnya untuk diam di UKS beristirahat kalau merasa tidak enak badan. Tapi Jihan bebal, tidak mau.
Jihan sebenarnya bukan tengah sakit, ia hanya merasa takut untuk bertemu dengan Jungkook karena kejadian kemarin. Waktu diantar pulang setelah membuatnya lemas itu, Jihan menangis sendirian di kamar mandi kost-nya.
Ia melihat ada sedikit bercak darah di celana dalamnya. Jihan yakin itu darahnya akibat masuknya telunjuk Jungkook yang menerobos ke dalam miliknya. Itu sudah sangat meyakinkan sekali kalau dirinya ini sudah tidak perawan karena Jungkook. Semalam suntuk Jihan memikirkan itu terus, bahkan menolak semua panggilan gurunya itu.
Sedih dan juga sakit kalau diingat-ingat. Sebisa mungkin saat di sekolah tadi ia tidak ingin melihat perawakan Jungkook. Entahlah, Jihan masih ragu dan takut mendekatinya.
Setelah selesai makan siang, Jihan dan Sera langsung menuju ke kelasnya lagi. Biasanya kalau sedang berdua begini, Jihan akan membuat topik pembicaraan dengan Sera entah apapun itu, agar ada saja yang mereka bicarakan.
Tapi Jihan nampak murung, Sera sudah tidak tahan kalau tidak berbicara banyak-banyak dengan Jihan. "Apa sih, yang kau pikirkan? Coba cerita,"
Beruntung Jihan punya teman yang mengerti, ah, bukan sebenarnya Jihan saja yang tak bisa menyembunyikan mimik wajah murungnya. "Tidak ada."
Perempuan berambut coklat itu menebak, "Apa kau dimarahi kakakmu karena menghilangkan botol minumnya waktu itu?"
"Bukan." Jihan menggeleng, "Aku hanya penasaran saja."
"Penasaran dengan apa?"
Menggigit bibir bawah merasa ragu, Jihan menelan ludah sebelum menjawab, "Dengan laki-laki." Jihan menyadari ekspresi temannya terlihat kebingungan lalu kembali menambahkan, "Maksudku, aku tidak mau menilai kalau semua laki-laki itu sama. Aku hanya penasaran, laki-laki itu sebenarnya ingin apa dari seorang perempuan."
Sera nampak memperhatikan mimik wajah Jihan, ia menangkap satu hal, "Kau sudah punya kekasih, ya?"
Reaksi Jihan nampak kaget, tebakan Sera tepat.
"Siapa, Jihan?" Sera tiba-tiba menunjuk Jihan dengan mata yang memicing, "Jangan bilang kau kembali dengan mantanmu yang dari Daegu itu."
"Bukan, untuk apa aku membahasnya." Jihan menyanggah.
"Lalu siapa?"
"Ada, jauh dari sini." Bisa berat urusannya jika sampai Sera tahu kalau kekasihnya adalah gurunya di sekolah. Jihan tidak mau dijauhi oleh Sera yang memang dari dulu adalah teman dekatnya. Apa-apa Sera yang akan membantunya di saat sedang kesusahan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sport ✔
FanfictionCOMPLETED | BOOK 2 TERSEDIA DALAM BENTUK EBOOK Jeon Ssaem mengajarkan dua jenis olahraga pada Jihan. Mau tahu? Start : 3 Mei 2020 Fin : 4 Februari 2022 ©Arriverdeci 2020