❃ P r o l o g ❃

47.1K 3.1K 149
                                    

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah.

_Q.S Adz-Dzariyat ayat 49_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Mentari mulai turun menampakkan sinarnya yang semakin indah. Ufuk barat adalah tempat singgasananya saat ini, bersiap-siap untuk meninggalkan dunia sementara waktu dan digantikan tugasnya oleh sang rembulan.

Angin berembus pelan menerbangkan kain panjang yang menutup kepala dan setengah badan seorang gadis yang tengah ragu-ragu melangkahkan kakinya untuk memasuki rumahnya.

Aulia Izzatunnisa, nama yang berarti wanita yang utama, penuh cinta, dan mulia. Gadis cantik dengan kulit kuning langsat, hidung mancung, serta bulu mata yang panjang dan lentik membingkai matanya yang indah. Senyumnya yang menenangkan hati mampu membuat siapa pun terpesona padanya. Tubuhnya yang tinggi semampai tertutup sempurna oleh gamis yang dipasangkan dengan jilbab panjang dan besar.

Samar-samar, ia mendengar tiga orang wanita paruh baya berbicara mengenai dirinya.

"Itu Aulia putrinya Almarhum Ustaz Abdurrahman, kan?" tanya salah seorang ibu-ibu yang sedang membawa belanjaan.

"Cantik, ya. Udah pinter, salehah, rajin, manis pula. Cocok buat jadiin menantu," sambung ibu-ibu yang lainnya.

"Iya, sih cantik. Tapi sampai sekarang belum ada yang melamar, jadi perawat tua, deh. Mungkin itu karma karena dulu waktu usia delapan belas tahun, dia nolak lamaran dari pemuda-pemuda, termasuk anak saya. Jodohnya udah diambil sama Tuhan."

Gadis itu mengabaikan pembicaraan ibu-ibu desa dan memantapkan niatnya untuk masuk ke dalam rumahnya, disertai dengan senyuman tipis di bibirnya.

"Assalamu'alaikum, Umi," ucap Aulia sesaat setelah menutup pintu rumah.

"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Udah pulang, Nak?"

Aulia beralih mencium punggung tangan ibunya yang mulai mengeriput.

"Iya, Umi."

Aulia duduk di kursi yang disediakan di ruang tamu. Matanya menatap kosong gelas yang ibunya suguhkan beberapa menit yang lalu.

"Lia, kamu kenapa, Nak?" tanya Khadijah, ibunya Aulia.

"Nggak papa, Umi," jawabnya sambil tersenyum.

"Kamu nggak biasanya gini, Nak."

Khadijah sangat hafal dengan sikap putri keduanya itu. Dia adalah sosok gadis yang ceria, mudah tersenyum, dan ramah. Jadi, pasti ada sesuatu yang sedang mengganjal hati Aulia saat ini.

Aulia tersenyum menatap ibunya. Gadis itu memindahkan tubuhnya dari sofa single menuju ke sofa panjang yang sedang diduduki oleh ibunya.

"Tadi orang-orang ada yang bilang kalau Lia itu perawan tua, nggak punya jodoh. Apa iya, Mi Lia nggak punya jodoh?" tanya Lia menatap lemas ke arah ibunya.

"Nabi Muhammad telah bersabda, 'kataballahu maqaadiral kholaiqihi qabla an-yahluqas-samaawati wal-ardha bikhomsiina alfa sanatin' yang artinya, 'Allah mencatat takdir setiap makhluk lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi', Hadis Riwayat Muslim. Jadi, jodoh itu telah menjadi ketetapan takdir dan telah ditulis oleh Allah, Sayang."

Aulia mengangguk. Gadis itu menopang dagu dengan tangan kanannya, sambil membungkukkan badannya dan menatap ke arah jendela yang menampakkan pemandangan matahari terbenam.

"'Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah', Qur'an Surah Adz-Dzariyat ayat empat puluh sembilan," sambung Khadijah saat melihat keterdiaman putrinya.

Aulia tersenyum menatap ibunya. Hatinya tentram ketika ibunya mampu menjawab apa pun yang ia tanyakan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an.

Khadijah mengusap lembut puncak kepala Aulia yang terbalut dengan jilbab.

"Kamu hanya perlu berdoa. Ingat, doa adalah senjatanya orang-orang muslim. Apalagi, sebentar lagi adalah bulan Ramadan, bulannya umat Islam. Apapun yang kamu inginkan, insyaallah menjadi berkah di bulan Ramadan."

"Iya, Umi."

"Umi ke dapur dulu, ya."

Aulia memandang punggung ibunya yang mengecil dan hilang terhalang oleh tembok dapur. Atensinya beralih menatap foto seorang laki-laki paruh baya yang memakai baju putih dan peci putih.

Suara azan berkumandang dengan merdunya mengisi keheningan senja, membuat jangkrik-jangkrik yang tadinya bernyanyi memenuhi gendang telinga menjadi terdiam seakan mengerti panggilan dari Sang Pencipta.

Aulia memejamkan matanya menikmati suara kumandang azan dan menjawabnya.

"'Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan dari kalangan kami sebagai pemenang hati'," doa Aulia menggunakan Qur'an Surah Al-Furqan ayat tujuh puluh empat  sesaat setelah melafalkan doa ba'da azan.

Matanya kembali tersenyum menatap foto ayahnya yang berada di atas meja. Tangannya terulur menyentuh foto itu dan membelainya.

"Aulia ingin jodoh yang ketakwaannya seperti Abi, Ya Allah."


.

.

.

.

.

Assalamu'alaikum, maaf prolognya sedikit. Semoga suka ya.

Cerita ini nggak cuma aku titik beratkan pada cerita seorang gadis yang menanti jodoh dari Tuhan, ya. Karena emang temanya adalah bulan Ramadhan, jadi nantinya akan banyak hal tentang Ramadhan.

Yang pastinya banyak konflik yang menanti.

Penasaran? Cus pantau terus ceritanya, jangan lupa follow akun author. Back? DM aja.

Ini ceritanya aku lagi ikut Festival Menulis bareng Nezhapublisher. Doakan semoga menang ya. Aamiin.

Salam

Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang