Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika saja mereka mengetahui.
_Q.S Al-Ankabut ayat 64_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Aulia duduk termenung di taman belakang rumah. Rintik gerimis dan dinginnya udara yang memaksa masuk hingga ke tulang tak menyurutkan aktivitas Aulia duduk bersila di atas rerumputan.
Air mata tak berhenti keluar dari kelopak matanya yang telah membengkak. Khadijah telah dimakamkan satu jam setelah salat idain, tepat di samping makam Abdurrahman.
"Umi kenapa ninggalin Lia?" tanyanya sambil memeluk erat tasbih milik Khadijah.
Aulia tak berkutik tatkala sebuah tangan besar melingkar di bahunya.
"Lia, kita masuk, yuk. Gerimis, nanti kamu sakit," bujuk Yusuf untuk kesekian kalinya. Aulia hanya menggeleng pelan membuat Yusuf mengembuskan pelan napasnya.
Karena takut Sang Istri jatuh sakit, Yusuf mengangkat tubuh Aulia dan membimbingnya masuk ke dalam rumah. Yusuf tersenyum kecil saat Aulia tak memberontak saat ia membawanya.
Aulia menghentikan langkah kakinya saat ia mendengar pembicaraan Faisal dan Aida.
"Umi, kenapa Jiddah dibungkus-bungkus? Kenapa juga Jiddah ditimbun tanah?" tanya Faisal sambil menangis.
"Sayang, Jiddah mau ketemu sama Jadd," jawab Aida mencoba menahan sesuatu yang hendak keluar dari kelopak matanya.
"Kenapa ketemunya enggak di rumah aja? Isal kalau mau ketemu temennya Isal enggak kayak gitu."
"Faisal, Jiddah nggak cuma ketemu Jadd, Jiddah juga ketemu sama Allah."
"Ketemu sama Allah? Terus Jiddah kapan pulangnya?"
"Jiddah nggak pulang, Sayang. Tapi, suatu saat, kita pasti akan ketemu sama Jiddah."
Mendengar itu, Faisal menangis histeris. Ia memeluk erat Sang Ibu dan menangis dipangkuannya. Tanpa sadar, Aulia meneteskan deras air matanya. Kepalanya ia senderkan di dada bidang suaminya dan menangis di sana.
"Kita ke kamar aja, ya."
Yusuf membawa Aulia ke kamar dan mendudukkan wanita itu di ranjang kamar.
"Don't cry. Aku ada di sini buat kamu," ucapnya sambil menyeka air mata Aulia yang membasahi pipi.
Karena tangisan Aulia tak kunjung berhenti, Yusuf kembali memeluk erat tubuh Sang Istri dan mengusap lembut puncak kepalanya.
"Kamu tau?" tanya Yusuf membuat Aulia menggelengkan pelan kepalanya.
"Rasulullah menerima wahyu terakhir, yaitu Surah Al-Maidah ayat tiga, 'Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu menjadi agama bagi kalian'. Para umat Islam waktu itu sangat bahagia, kecuali Abu Bakar. Abu Bakar menangis, sehingga para sahabat bertanya, 'wahai Abu Bakar, kenapa engkau bersedih padahal Allah telah menyempurnakan Islam sebagai agama kita?', maka Abu Bakar menjawab, 'sesungguhnya turunnya wahyu terakhir itu adalah pertanda kita akan segera berpisah dengan Nabi'. Mendengar itu, sahabat-sahabat yang lainnya pun ikut menangis."
Aulia mendongak menatap Yusuf sambil menyeka air mata yang ada di pipinya. Yusuf tersenyum lalu mencubit pelan hidung Aulia.
"Rasulullah wafat pada tanggal dua belas Rabiul Awal tahun sepuluh Hijriah, karena sakit selama tiga hari setelah melaksanakan Haji Wada'. Umar bin Khattab merasa terguncang dan melarang siapa pun memandikan jasad Rasulullah. Beliau menganggap bahwa Rasulullah tidak meninggal, melainkan hanya terpisah dengan ruhnya dan suatu saat ruh itu akan kembali lagi. Kemudian datanglah Abu Bakar dan menyatakan bahwa, 'Barang siapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barang siapa menyembah Allah, lah selalu hidup dan tak pernah mati'. Kemudian, Abu Bakar membaca Qur'an Surah Ali-Imran ayat seratus empat puluh empat, 'Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan madharat kepada Allah sedikit pun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur'. Umar bin Khattab lantas menyerah dan menbiarkan persiapan penguburan jasad Rasulullah dikebumikan. "
Suasana hening selama beberapa saat. Aulia masih lekat menatap Yusuf menunggu ucapan Sang Suami selanjutnya.
"'Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan hanya senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, jika saja mereka mengetahui'," ucap Yusuf memeluk kembai tubuh Sang Istri.
"Ali bin Abi Thalib berkata, 'kesabaran itu ada dua macam, sabar atas segala sesuatu yang tak kau ingini dan sabar menahan diri dari sesuatu yang kau ingini'."
Aulia membalas pelukan Yusuf tak kalah erat. Ia merasa saat ini, kebahagiaannya telah bergantung kepada suaminya. Aulia berjanji kepada dirinya sendiri, ia akan selalu mengingat dan melaksanakan nasehat terakhir dari ibunya.
Lia janji, Umi.
.
.
.
.
.
Gimana part ini?
Author merasa jadi ustazah dadakan, nih. 😂
Jangan malu untuk tinggalkan vote yah.
Yang vote semoga menjadi pahala tersendiri buat kalian.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Teen Fiction🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...