Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
_QS. An-Nahl ayat 97_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Bau obat-obatan menyeruak masuk di indra penciuman Yusuf. Sedari tadi, kakinya tak berhenti mondar-mandir di depan ruang pemeriksaan. Mulutnya juga tak henti melafalkan doa untuk keselamatan sang istri.
Orang-orang yang berlalu lalang di klinik menatap heran ke arah Yusuf. Bagaimana tidak? Laki-laki itu mondar-mandir, dengan mulut yang tak berhenti komat-kamit, belum lagi penampilan Yusuf yang berantakan. Rambut yang tak tertata, baju yang kusut, serta tanah makam yang tak sedikit menempel di wajah dan bajunya.
Di mana Aisyah? Wanita itu memutuskan untuk kembali ke Jakarta, karena di kabari oleh pihak rumah sakit kalau suaminya akan dipindahkan ke ruang rawat inap.
Yusuf menghentikan aksinya saat pintu ruangan terbuka menampilkan sosok wanita paruh baya yang memakai jas berwarna putih, dengan stetoskop yang menggantung di lehernya.
"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Yusuf mendekati dokter itu.
"Silakan masuk, Pak."
Yusuf memandangi wajah Aulia yang sedikit pucat. Perasaan bersalah muncul karena ia tak bisa menjaga istrinya.
Umi, maafin Yusuf belum bisa jagain Aulia dengan baik, batin Yusuf.
"Istri Bapak, tidak apa-apa. Mungkin, karena kecapekan dan...," ucap dokter bernama Yani menggantungkan kalimatnya.
"Dan kenapa, Dok?" tanya Yusuf membuat Dokter Yani tersenyum.
"Selamat, Bu Aulia sedang mengandung. Usia kandungannya memasuki dua bulan. Jadi, mohon dijaga kesehatan, pola makan, dan aktivitasnya. Pada fase-fase ini, kandungan masih sangat lemah dan rentan," jawab Dokter Yani membuat jantung Yusuf berdetak tak karuan.
"H—hamil, Dok?"
"Iya, sekali lagi, selamat. Saya akan buatkan resep vitaminnya, untuk bisa Bapak tebus nanti di apotek. Saya permisi."
Yusuf masih diam mematung selama beberapa saat. Menjadi seorang ayah? Tak pernah ia bayangkan sebelumnya, tetapi ia sangat bahagia. Dengan cepat, Yusuf sujud syukur di lantai ruangan.
Yusuf duduk di kursi dekat dengan ranjang rumah sakit. Matanya tak berhenti menatap perut Aulia yang masih rata, membuat seulas senyum lebar terpatri di bibirnya.
Dengan pelan, ia menyentuh perut itu. Perut yang di dalamnya terdapat malaikat kecilnya, buah hatinya.
"Nak, sehat-sehat di dalem, ya. Abi janji bakal jagain kamu sama Umi."
Mata Aulia yang semua terpejam perlahan mulai terbuka. Kepalanya sangat pusing dan ia merasa sangat lemas.
"Mas," lirih Aulia membuat Yusuf mengalihkan atensinya dari perut Aulia ke wajah cantik istrinya.
"Iya ada apa, Sayang. Ada yang sakit?" tanya Yusuf membuat Aulia menggelengkan pelan kepalanya.
"Makasih, ya."
"Makasih buat?"
"Makasih udah melengkapi hidup aku dengan adanya malaikat kecil di perut kamu." Aulia mengerutkan kening tak mengerti.
"Maksudnya?"
"Kamu hamil, Sayang. Usianya udah dua bulan."
"H—hamil?" tanya Aulia membuat Yusuf menganggukkan kepalanya.
"Ini beneran, Mas?"
"Iya, Lia. Di sini, ada anak kita. Aku janji bakal jagain kamu dan calon anak kita," ucap Yusuf mengusap lembut perut Aulia.
Jangan ditanya perasaan Aulia saat ini. Bahagia? Sudah pasti. Wanita mana yang tidak bahagia jika tahu akan memiliki anak.
**✿❀ J B R ❀✿**
Aulia dan Yusuf kembali ke rumah mereka di malam hari, karena tadi Aulia meminta Yusuf untuk bersedekah dengan memberikan nasi bungkus dan sejumlah uang kepada anak-anak jalanan, sebagai ungkapan rasa syukur mereka atas nyawa yang Allah titipkan di perut Aulia.
Aulia mengernyit heran saat rumahnya sangat gelap. Di mana pembantunya?
"Mas, kok gelap?"
Merasa tak mendapatkan jawaban dari Yusuf, Aulia mengarahkan tangannya ke samping tempat tadi Yusuf berjalan di sampingnya.
"Mas, kamu ke mana?"
Tiba-tiba, lampu menyala dengan sangat terang. Ruang keluarganya telah disulap menjadi ruangan yang indah, dengan banyak balon-balon dan bunga yang menghiasinya.
"Barakallahu fi umrik, My wife," ucap Yusuf dengan membawa kue ulang tahun.
"Aku? Ulang tahun?"
"Selamat tambah usia, mantunya Umi," ucap Asma memeluk singkat Aulia.
"Semoga panjang umur, sehat selalu, dan calon cucu Abi juga sehat," ucap Umar mendekat ke arah Aulia.
"Umi sama Abi tau?" tanya Aulia membuat Asma dan Umar tersenyum menatap Yusuf.
"Make a wish dulu, setelah itu tiup lilin."
Aulia memejamkan matanya dan berdoa kepada Allah. Ia sangat bahagia dengan keluarganya saat ini.
Umi, sekarang Lia bahagia.
Aulia meniup lilin membuat Yusuf mencium keningnya erat. Entah berapa banyak Yusuf mengucapkan terima kasih di telinga Aulia.
"'Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan'."
Janji Allah selalu benar. Sesuai dengan Qur'an Surah Al-Insyirah ayat lima dan enam, 'maka, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan'.
Aulia sungguh bahagia. Kehidupannya kini akan segera lengkap dengan datangnya sang buah hati.
Terima kasih, Allah.
.
.
.
.
.
Jangan pelit vote.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Novela Juvenil🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...