Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.
_Q.S Asy-Syuara ayat 43_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Matahari telah naik kurang lebih tujuh hasta dari ujung timur bumi, menandakan telah memasuki waktu duha. Karena bosan, seorang wanita keluar dari kamarnya setelah melaksanakan salat duha.
Aulia menatap langit biru dari balkon kamarnya dengan menopang dagu. Tak ada kicauan burung yang terdengar merdu seperti pagi-pagi sebelumnya saat di desa, juga tak ada angin segar yang berembus menerpa wajahnya. Hanya ada suara kendaraan yang berlalu lalang serta klakson-klaksonnya yang berbunyi memekikkan telinga.
Jujur, ia rindu dengan desanya, rindu dengan murid-muridnya, juga rindu dengan ibunya.
Wanita itu tersenyum masam. Beberapa bulan yang lalu, ia masih bisa mendengar suara sang ibu dikala ia dirundung rindu. Namun, kini tak ada yang bisa ia lakukan saat merindukan ibunya.
Aulia merasa, kini hidupnya hampa dan sepi. Orang-orang yang ia sayangi meninggalkannya satu persatu. Pertama, ayahnya yang meninggal tujuh belas tahun yang lalu. Kedua, ibunya yang meninggal tiga bulan yang lalu. Ketiga, Yusuf yang kini mulai menjauh darinya.
Aulia mengalihkan atensinya saat ponsel yang ada di genggamannya berbunyi menandakan panggilan video masuk dari seseorang.
Nama Aida terpampang di layar ponsel membuat Aulia mengangkatnya.
"Assalamu'alaikum, Aulia," sapa seseorang di seberang sana.
"Wa'alaikumsalam, Kak," jawab Aulia sambil tersenyum.
"Gimana kabar kamu, Dek?"
"Alhamdulillah, Lia baik, Kak. Gimana Kakak sama bayi Kakak? Sehat, kan?"
"Alhamdulillah, sehat. Sebulan lagi perkiraan lahir. Doain semuanya lancar ya, Dek."
"Aamiin. Lia pasti doain yang terbaik buat Kakak."
"Gimana pernikahan kamu? Kakak Liat, muka kamu kusut banget."
Aulia diam sejenak. Memikirkan apa yang akan ia jawab. Ingin sekali ia bisa bercerita dengan Aida, tapi di sini ia sebagai istri Yusuf, istri yang harus menutupi aib suaminya.
"Kok diem?"
"L—Lia bahagia, kok, Kak," jawab Aulia memaksakan senyumnya.
"Kamu bohong, ya?"
Mata Aulia memanas. Cairan bening menumpuk di pelupuk matanya. Entah sejak kapan, air mata lolos begitu saja dan mengalir di pipinya.
"Hati Lia sakit, Kak," ucap Aulia menahan isak tangisnya. Badannya telah meluruh di lantai balkon.
"Mas Yusuf ... selingkuh," ucap Aulia dengan nada bergetar. Aida membulatkan matanya tak percaya.
"Nggak mungkin, Lia! Selama beberapa tahun aja dia selalu perhatiin kamu dari jauh, dia juga yang selalu jagain kamu dari jauh," ucap Aida membuat Aulia menghentikan isakan dan tangisnya.
Apa benar? tanya Aulia dalam hati.
"Tapi banyak bukti yang menunjukkan kalau Mas Yusuf selingkuh, Kak."
"Terus kamu mau gimana?" tanya Aida menghela berat napasnya.
"Nggak tau, Kak. Lia lelah," jawabnya sambil menyeka air mata yang ada di pipinya.
"Mengapa lelah? Sementara Allah selalu menyemangati dengan hayya 'alash-shalah dan hayya 'alal-falah, bahwa jarak kemenangan hanya berkisar antara kening dan sajadah. Sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Qur'an Surah Asy-Syuara ayat empat puluh tiga, 'tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan'."
Aulia diam mencoba mencerna nasehat Aida. Kalaupun memang Allah menakdirkan Yusuf ditakdirkan untuknya, ke mana pun Yusuf berlayar, akan berlabuh kembali lagi kepada Aulia.
"Kak, Lia mohon jangan bilang masalah ini ke siapa-siapa, ya. Lia nggak mau jadi istri durhaka karena nyebarin aib suami."
"Insyaallah, Kakak janji."
"Ya udah, Kak. Lia mau cuci baju dulu. Assalamu'alaikum," ucap Aulia menutup panggilan itu.
Sudah cukup! Ia akan mencoba tegar. Ia tak akan percaya apa pun sampai Yusuf sendiri yang mengatakannya.
Berat, memang. Tapi ia tak ingin sakit hati. Lebih baik ia menutup mata dan telinga, serta mencoba melupakan hal-hal itu.
"Bismillahir-rahmanir-rahim," ucapnya mengangkat sekeranjang tumpukan baju kotor untuk dicuci.
Sebelum memasukkannya ke dalam mesin cuci, ia merogoh saku-saku celana, baju, serta jas, takutnya jika ada alat elektronik seperti ponsel, jam, uang, atau barang berharga lainnya.
Saat merogoh saku jas berwarna hitam, Aulia menemukan sebuah kertas, yang sepertinya adalah foto.
Sebelum melihat foto itu, terlebih dahulu Aulia memasukkan jas itu ke mesin cuci, lalu menambahkan sabun dan detergen, serta menyalakan mesin.
Tubuh Aulia menegang saat melihat foto itu. Foto seorang perempuan cantik berkulit putih yang memakai baju gamis dan kerudung besar berwarna merah, dan berpose layaknya model dengan senyum yang sangat manis.
Air mata kembali mengucur deras dari mata Aulia. Bisa dikatakan, Aulia itu cengeng. Kenapa tidak? Entah berapa liter air mata yang ia tumpahkan hanya untuk hal seperti ini. Namun, jika kamu yang berada di posisi Aulia, mungkin kamu akan bertindak sama, bahkan lebih.
Bagaimana rasanya jika kita sangat mencintai seseorang, bahkan kamu merasa kebahagiaanmu hanya bergantung padanya. Namun, tiba-tiba kamu menemukan perubahan dari orang itu dan menemukan bukti-bukti yang mengarah jika ia mengkhianatimu. Sakit, bukan?
Hal itulah yang Aulia rasakan saat ini. Kedua tangannya menutup tak percaya mulutnya. Hidupnya kini seakan dipermainkan.
Apa ini Aisyah? Ya Allah, kenapa susah rasanya untuk percaya sama Mas Yusuf, lirih Aulia dalam hati.
.
.
.
.
.
Gimana part ini?
Jangan lupa vote.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Teen Fiction🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...