Dan adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal mereka.
_Q.S An-Nazi'at ayat 40-41_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Tepukan pelan di pipinya sukses membuat Aulia membuka perlahan matanya. Sinar lampu yang menyilaukan mata menjadikan matanya berkedip menyesuaikan cahaya yang masuk ke retina matanya.
Saat matanya terbuka sempurna, ia disuguhkan dengan pemandangan wajah tampan suaminya yang tersenyum ke arahnya. Bau wangi sabun mandi yang menyeruak masuk ke dalam indra penciumannya membuat Aulia menarik panjang napasnya dan menikmati aroma itu lama.
"Bangun, Sayang. Mandi, kita salat tahajud, setelah itu sahur."
Aulia mengambil handuk yang ada di tangan Yusuf dan menyampirkannya di lehernya.
"Males, Mas. Dingin mau mandi," rengek Aulia menyenderkan kepalanya di bahu Sang Suami.
"Emangnya besok nggak mau puasa?" tanya Yusuf mengusap lembut surai panjang milik Aulia.
"Mau, tapi males mau mandi. Lia nggak biasa mandi jam segini," jawab Aulia hendak memejamkan kembali matanya.
"Mulai sekarang, harus dibiasain, dong. Mau mandi sendiri, apa mau aku mandiin?" tanya Yusuf menggoda membuat Aulia memelototkan matanya dan berlari menuju ke kamar mandi.
Yusuf menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah menggemaskan wanitanya. Yusuf bangkit dari duduknya lalu mengambilkan baju untuk Aulia yang sedang mandi.
Dirasa menemukan baju yang cocok, Yusuf langsung masuk ke dalam kamar mandi yang tak dikunci pintunya oleh Aulia.
"Mas Yusuf ngapain?!" seru Lia sambil berteriak menutupi bagian dada atasnya yang tak tertutup oleh handuk.
"Mau ... Apa, ya?" tanya Yusuf menatap menggoda Aulia.
"Mas Yusuf kalau nggak mau keluar, Lia siram pakek air dingin," ancam Aulia menodongkan gayung yang berisi air dingin.
"Enggak, ini aku bawain kamu baju ganti. Beneran, nggak mau ngapa-ngapain."
Aulia menerima baju yang diulurkan oleh Yusuf dengan pipi yang bersemu merah. Pasalnya, Yusuf tak hanya mengambilkannya baju, tetapi juga dalaman yang akan ia gunakan.
"Ya udah, Mas Yusuf keluar sana," ucap Aulia mendorong tubuh Yusuf hingga keluar kamar mandi. Sebelum Aulia benar-benar menutup pintunya, Yusuf mengucapkan kata-kata yang membuat Aulia ingin marah, malu, serta kesal secara bersamaan.
"Kamu sexy, Honey."
"MAS YUSUF!" seru Aulia membanting pintu kamar mandi membuat Yusuf tertawa terbahak-bahak.
Tak membutuhkan waktu lama, Aulia telah keluar dari kamar mandi. Matanya menangkap sosok Sang Suami yang terduduk di depan Kitab Suci Al-Qur'an. Dalam hati, sebenarnya ia masih sangat kesal dengan suaminya itu. Namun, entah mengapa, bacaan Al-Qur'an yang dilantunkan indah oleh Sang Suami membuat hatinya luluh.
Yusuf mengakhiri bacaannya saat dirasa seseorang duduk di belakangnya.
"Udah selesai, Dek?"
"Dek?" beo Aulia.
"Iya. Kamu manggil aku 'Mas' jadi, aku manggil kamu 'Dek', gimana?"
"Terserah Mas aja, sih."
Mereka salat tahajud berjamaah selama lima belas menit. Setelah melakukan salat sunnah itu, mereka keluar kamar menuju ke ruang makan untuk melaksanakan makan sahur. Kondisi ruang makan sangat ramai karena orang tua Musa dan Yusuf meginap di sana, sedangkan sanak saudara yang lain menyewa penginapan terdekat karena kamar di rumah Aulia telah penuh ditempati.
"Assalamu'alaikum," sapa Aulia dan Yusuf bersamaan.
"Wa'alaikumasalam," jawab serempak mereka yang ada di sana.
"Eh, Ibu Ustazah udah bangun," ucap Khadijah membuat pipi Aulia bersemu merah.
"Umi apa-apaan, sih."
"Gimana, Lia? Yusuf main kasar nggak?" tanya Musa ambigu membuat Aida menggeplak lengan suaminya.
"Sakit, Dek!"
Aida memelototi Musa membuat sang empu memberengut kesal.
"Kan cuma nanya."
"Umi, maksud Abi kalau Khosuf main kasar itu apa?" tanya Faisal yang duduk di sebelah Aida.
"Em, itu ... Khosuf main kasar cari nyamuk, iya cari nyamuk," jawab Musa gelagapan.
"Emang di kamar Khaul ada nyamuk?"
"Em, Isal, Khosuf itu apa?" tanya Aida mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Khosuf itu, Khool Yusuf," jawab Faisal sambil memakan coklat batangan.
Aulia dan Yusuf berdiri canggung karena pembicaraan itu. Aulia berpura-pura menggaruk pipinya yang tak gatal, sedangkan Yusuf memijat tengkuknya yang tak pegal.
"Kalian ngapain berdiri? Ayo makan, keburu imsak."
Mereka makan sahur dengan diam. Hanya ada suara jangkrik yang menemani kesunyian mereka.
"Lia, nanti siap-siap, ya. Kita pulang ke rumah suami kamu," ucap Asma, ibu mertua Aulia setelah mereka selesai makan sahur.
"Pulang?" cicit Aulia menatap Asma dan Khadijah bergantian.
"Iya. Ke rumah yang udah Yusuf siapin buat kalian," jawab Umar, ayah mertua Aulia dengan tersenyum.
"Tapi, Umi," ujar Aulia menatap ke arah ibunya yang sedang tersenyum.
"Lia, Allah telah berfirman dalam Qur'an Surah Ath-Thalaq ayat enam, 'dan tempatkanlah mereka (para istri) di mana kamu (suami) bertempat tinggal menurut kemampuan kamu'. Jadi, Lia harus ikut suami Lia," ucap Khadijah sambil tersenyum.
"Umi di sini sama Kakak, Dek," ujar Aida membuat Aulia mengangguk pasrah. Berat baginya jauh dari Sang Ibu. Ia belum pernah sekali pun berjauhan dengan orang yang telah berjasa melahirkannya ke dunia.
"'Dan adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal mereka'," ucap Yusuf mengusap lembut kepala Aulia.
.
.
.
.
.
Gimana part ini?
Jangan lupa Vote ya.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Dla nastolatków🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...