❃ Bab 4 ❃

20.1K 2.2K 41
                                    

Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu.

_Q.S Al-Isra ayat 54_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Aulia berdiri diam menatap pohon nyiur bergoyang-goyang, mengikuti irama angin yang berembus pelan. Kicauan merdu burung  beterbangan dari tangkai ke tangkai padi untuk mencari santapan sorenya pun menjadi alunan musik melodi alamiah yang memanjakan indra pendengaran.

Panjang bayangan tubuhnya lebih panjang daripada tubuh aslinya menandakan waktu salat asar telah berlalu.

Saat ini, Aulia sedang menunggu Aida yang tengah memandikan Faisal di dalam rumah. Mereka berencana pergi ke masjid untuk melaksanakan kebiasaan Aulia menjadi guru mengaji di sana.

"Ayo berangkat, Dek," ucap Aida membuat Aulia mendekat ke arah Aida dan mengambil alih tubuh Faisal yang ada digendongan kakaknya.

"Faisal, kok minta gendong Umi? Nanti dedek bayinya sakit, loh."

"Faisal lagi menjalankan mode hemat energi buat puasa besok, Khaul," elak Faisal membuat Aulia mengembuskan pelan napasnya. Diturunkannya Faisal dari gendongannya dan berlutut berniat menyamai tinggi anak itu.

"Kan puasanya masih besok. Isal besok pagi juga bisa sahur, kan? Faisal harus tau, semakin kita banyak melangkahkan kaki kita ke masjid, maka akan semakin banyak pahala yang akan kita terima," jelas Aulia mencubit pelan hidung Faisal.

"Jadi, isal harus jalan, Khaul?" tanya Faisal menatap dalam mata Aulia.

"Iya. Faisal bareng sama Nafika," ujar Aulia menunjuk ke arah Nafika yang sedang berdiri di depan rumahnya.

Nafika sebenarnya sedang menunggu Aulia. Gadis itu tak mau jika berangkat ke masjid dengan teman-temannya atau dengan kakaknya, Novi. Ia akan setia menunggu di depan rumahnya, bahkan acapkali menjemput Aulia di rumahnya.

Faisal berlari ke arah Nafika dan mengajak gadis itu pergi ke masjid bersama. Aulia dan Aida mengikuti kedua anak berbeda jenis itu dari belakang, sesekali mereka mengobrol.

Tak membutuhkan waktu sampai lima belas menit, mereka telah sampai di masjid.

"Assalamu'alaikum," ucap Aulia dan Aida bersamaan.

"Wa'alaikumsalam," jawab mereka serempak, lalu bangkit dari duduknya dan mencium punggung tangan Aulia dan Aida.

"Berhubung hari ini hari Senin, Kak Aulia sama Kak Aida akan mengetes bacaan salat kalian. Tapi, sebelumnya Kakak mau tanya, siapa yang besok mau puasa?" tanya Aulia membuat semua anak mengangkat tinggi jari telunjuk mereka menunjuk atap.

"Nafika juga mau puasa?" tanya Aulia membuat Nafika menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Nafika nggak mau puasa, Nafika nggak kuat," jawab Nafika membuat Aulia diam mematung.

Sekilas memori masa lalu terlintas dalam pikirannya. Sejenak, pikirannya mengeluarkan kepingan memori yang selama ini ia simpan.

"Siapa di antara kalian berdua yang besok mau puasa?" tanya lelaki paruh baya yang sedang duduk di depan kedua putrinya.

Kedua gadis berjilbab itu mengangkat kedua tangannya ke udara.

"Lia juga mau puasa?" tanya lelaki itu membuat Aulia menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa?"

"Lia nggak mau puasa, Lia nggak kuat."

"Kalau Lia mau masuk surga, Lia harus puasa. Kalau enggak kuat, Lia bisa puasa setengah hari dulu."

"Iya, Abi. Lia puasa."

Aulia tersentak ketika Aida menepuk pelan pundaknya.

"Kenapa?" tanya Aida.

"Nggak papa, Kak."

"Jangan bohong, 'robbikum a'lamu bikum', 'Tuhanmu lebih mengetahui tentang kamu'."

Aulia tersenyum dan menyentuh telapak tangan Aida, menandakan kalau ia baik-baik saja.

"Kalau Nafika mau masuk surga, Nafika harus puasa. Kalau enggak kuat, Nafika bisa puasa setengah hari dulu," ucap Aulia menatap Nafika yang juga tengah menatapnya.

"Iya, Kak Aul. Nafika puasa."

"Anak-anak, kita wajib melaksanakan puasa di bulan Ramadan. Kenapa? Karena puasa itu adalah perisai, seperti disebutkan dalam hadis, 'puasa itu perisai yang dipergunakan seorang hamba untuk membentengi dirinya dari siksaan neraka', Hadis riwayat Imam Ahmad. Kalian tau perisai?" tanya Aida membuat anak-anak bersemangat menjawab bahwa mereka mengetahuinya.

"Umi," panggil Faisal mengangkat jari telunjuknya ke atap.

"Iya, kenapa, Nak?"

"Dulu Isal pernah ikut Abi ke masjid, terus salat banyak-banyak itu buat apa, Umi?"

"Isal pernah ikut Abi salat tarawih?" tanya Aulia membuat Faisal mengangguk antusias.

"Jadi itu namanya salat tarawih?"

"Iya, salat tarawih adalah salat sunnah yang dilakukan pada malam bulan Ramadan, hukumnya sunnah muakkad atau sunnah yang sangat dianjurkan."

"Kak Aul, tahun kemaren Risma ikut salat tarawih di rumah Nenek. Tapi kenapa cuma ada delapan rakaat?" tanya Risma.

"Itu karena perbedaan mazhab. Menurut Mazhab Imam Syafi'i, Imam Hanafi, dan Imam Hambali, salat tarawih dikerjakan dua puluh rakaat. Mazhab Imam Maliki, salat tarawih dikerjakan tiga puluh enam rakaat. Tarawih dua puluh rakaat, itu berdasarkan salat yang dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab, sedangkan tarawih delapan rakaat, dilakukan berdasarkan hadis, 'Dari Aisyah, sesungguhnya ia berkata, 'yang telah dikerjakan Rasulullah SAW., baik pada bulan suci Ramadhan atau yang lainnya tidak lebih dari sebelas rakaat', Hadis Riwayat Bukhari."

"Jadi yang bener yang mana, Kak?"

"Semuanya bener, itu tergantung madzhab yang kita anut. Yang salah itu, yang tidak melaksanakan salat tarawih," jawab Aida.

"Besok, Kak Lia kasih tau keutamaan-keutamaan salat tarawih. Tapi, sekarang kita belajar caranya salat tarawih dulu, ya."

"Iya, Kak."

.

.

.

.

.

Gimana part ini?

Udah tau, kan kalau salat tarawih itu bilangannya macem-macem? So, jangan saling menyalahkan.

Salam


Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang