❃ Bab 13 ❃

18.3K 2K 37
                                    

Dan matahari beredar di tempat peredarannya. Demikian itulah takdir yang ditentukan oleh (Allah) Yang Maha Perkasa, lagi Maha Mengetahui.

_Q.S Yasin ayat 38_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Suasana masjid yang ramai, tidak membuat Aulia merasa tak kesepian. Nyatanya, sedari tadi pikirannya melanglang buana entah ke mana.

Suara berisik sebagian ibu-ibu yang menggunjing orang lain membuat Aulia menulikan pendengaranannya. Di bulan suci ini, seharusnya mereka memanfaatkan waktu untuk beribadah, berdzikir, serta mendekatkan diri kepada Allah, bukan menodai pahala-pahala mereka dengan menggunjing orang lain.

Berbeda dengan ibu-ibu, sebagian anak-anak memanfaatkan antara waktu salat magrib dengan waktu salat isya untuk bertadarus Al-Qur'an dan menghafalkan surah-surah pendek.

Terkadang, Aulia tak habis pikir dengan mindset orang tua yang tak merasa malu dengan anaknya. Tak jarang, anak-anak menyuruh orang tuanya untuk bertadarus bersama, tetapi tak diindahkan sama sekali oleh para orang tua.

"Aulia," panggil seorang ibu-ibu membuat lamunan Aulia buyar.

"Iya, ada apa, Bu?" tanya Aulia sambil tersenyum.

"Calon suami kamu ganteng, ya. Kemarin saya liat di butik sama ibunya lagi pesen baju nikah buat kamu," ujar ibu-ibu itu sambil tersenyum.

"Ah, iya," jawab Aulia singkat.

Pikirannya kembali tak fokus. Mengapa ibu-ibu itu mengatakan kalau calon suaminya itu tampan? Bukankah mereka sudah kenal dengan Pak Abdullah? Lalu, mengapa juga ibu-ibu itu bilang kalau calon suaminya bersama calon mertuanya? Bukankah ibu Pak Abdul telah meninggal satu tahun yang lalu?

Aulia menghela napasnya berat. Semua ini terasa tak masuk akal untuknya. Tak ada yang bisa ia lakukan selain berdoa pada-Nya semoga diberi kemudahan untuk segala urusannya.

**✿❀ J B R ❀✿**

Sang fajar telah muncul menyingsing datangnya cahaya dan meninggalkan kegelapan. Pohon-pohon bagaikan siluet lukisan, dengan langit sebagai kanvasnya.

Beberapa petani mulai berdatangan untuk menggarap sawahnya.

Aulia duduk di halaman belakang rumah, menatap hamparan sawah yang membentang luas di depannya.

Pagi-pagi buta setelah sahur dan salat subuh, ia duduk di sana tanpa menghiraukan hiruk-pikuk orang-orang yang sedang mempersiapkan pernikahannya.

Nanti malam, setelah salat tarawih, statusnya akan berubah, dari seorang lajang menjadi istri orang. Ia tak siap jika nantinya harus berjauhan dengan ibunya. Ingin sekali rasanya ia melarikan diri dari pernikahannya ini, tetapi hatinya seakan menolak untuk melakukan itu.

"'Dan matahari beredar di tempat peredarannya. Demikian itulah takdir yang ditentukan oleh (Allah) Yang Maha Perkasa, lagi Maha Mengetahui', Qur'an Surah Yasin ayat tiga puluh delapan," ucap Aulia saat matanya menangkap sinar jingga matahari terbit.

"Khaul," panggil Faisal membuat Aulia menolehkan kepalanya ke sumber suara.

"Isal udah bangun?" tanya Aulia sambil memangku Faisal yang sedang menggosok-gosok kelopak matanya.

"Iya, tadi kebangun gara-gara denger orang-orang pada ribut," jawab Faisal sambil menguap lebar, disusul dengan kedua tangannya yang digunakan untuk menutupi mulutnya.

Aulia terdiam fokus menatap tanaman padi yang berwarna hijau kekuningan karena terkena sinar matahari pagi. Burung-burung mulai bekerja keras mencari pundi-pundi makanan untuk mengisi perutnya. Aulia tersenyum sekilas mencoba melepaskan beban yang mengganggu pikirannya.

"Khaul, kita ke depan, yuk. Liat pelaminan," ajak Faisal menatap harap ke arah Aulia.

"Nggak, ah. Khaul males," jawab Aulia membuat Faisal mengerucutkan bibirnya.

"Bagus tau, Khaul."

Aulia akhirnya memutuskan untuk menuruti ajakan Faisal, setelah beberapa lama mereka berdebat, dan perdebatan dimenangkan oleh Faisal.

Aulia memandang pelaminan yang sederhana, tetapi terkesan indah di matanya. Pelaminan itu hanya memakai background tembok rumah yang berwarna jingga dan atap yang berwarna putih, serta lampu-lampu yang dipasang di sudut antara tembok dan atap.

Ada satu kursi panjang berwarna putih dan dua kursi single di setiap sisinya. Bunga-bunga dan daun lontar yang dihias sedemikian rupa, ikut andil juga dalam memperindah background, tak lupa tulisan indah 'Aulia dan Abdullah' yang menggantung di atas kursi panjang.

Aulia memandang pelaminan dengan tersenyum. Telah lama ia menanti hal ini. Hatinya sangat senang menerima, tetapi tidak dengan pikirannya.

Biasanya, orang-orang desa sering membicarakan keburukan orang lain, 'becik ketitik, ala ketara' adalah semboyan mereka. Namun, yang menjadi fokus pikiran Aulia saat ini adalah, kenapa orang-orang desa tak membicarakannya karena dinikahi oleh Pak Abdul, yang notabene sudah memiliki tiga istri? Mungkinkah Abdullah yang dimaksud itu orang lain?

Aulia memutuskan untuk melupakan hal-hal negatif yang bersarang di otaknya. Ia berlalu pergi ke kamarnya untuk melakukan ritual mandi dengan air hangat, lalu membaca Al-Qur'an supaya hati dan pikirannya menjadi tentram.

.

.

.

.

.

Gimana part ini?

Mungkinkah nanti Aulia lari dari pernikahannya?

Mungkinkah nanti Aulia bisa akur dengan istri-istri Pak Abdul yang lain? 😄😆

Jangan lupakan vote dan komen di bagian yang menurutmu menarik.

Terima kasih, semoga menjadi ladang pahala bagi para readers yang mem-vote.

Salam


Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang