Sesungguhnya Tuhanku amat dekat lagi memperkenankan (doa hamba-Nya).
_Q.S Hud ayat 61_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Mentari telah turun berganti menyinari belahan bumi yang lain. Sinarnya yang cerah pun telah berganti menjadi seberkas cahaya samar mega merah yang mengudara di ufuk barat.
Aulia memejamkan matanya mencoba merasakan rasa kantuk yang menerjang dirinya. Selama beberapa hari yang lalu, sejak ia menemukan noda lipstik di kemeja Yusuf, ia tak bisa tidur. Yusuf pun seakan menjadi lebih jauh darinya.
Yusuf sering pulang larut malam, bahkan tak pulang sama sekali. Jangankan untuk mengobrol, menatap pun jarang mereka lakukan. Yusuf pergi sebelum fajar menyingsing, dan pulang ketika tengah malam.
Rasa bimbang, khawatir, takut, dan ragu bercampur menjadi satu. Bimbang akan pernikahannya di masa depan, khawatir jika nasehat terakhir ibunya tak dapat terlaksana dengan baik, takut jika ia akan menanggung semua deritanya sendirian, serta ragu jika Yusuf mencintainya.
Kemarin, Yusuf meminta izin padanya lewat telepon, bahwa ia akan ke luar kota selama dua hari untuk mengurusi cabang baru perusahaannya. Sebenarnya Aulia tak masalah, tetapi tak bisakah suaminya itu meminta izin langsung dengannya?
Aulia memutuskan untuk membereskan ruang kerja Yusuf yang lama tak terjamah. Sudah dapat dipastikan ruangan itu penuh dengan debu.
Saat sedang membersihkan laci, ia menemukan beberapa kuitansi pembayaran mobil dan rumah. Awalnya Aulia pikir, itu adalah kuitansi rumah yang ia tempati dan mobil yang selalu Yusuf gunakan namun, ia salah. Tertera di sana, kuitansi rumah dan mobil itu atas nama perempuan bernama 'Aisyah'.
"Jadi, namanya Aisyah," gumamnya menatap kosong kuitansi dan menyimpannya kembali ke dalam laci.
Cairan bening kristal mulai keluar dari pelupuk matanya dan mengalir membentuk aliran sungai kecil di pipinya. Rasa sesak mulai menjalar dari ulu hatinya menuju ke seluruh tubuhnya.
Sakit mengetahui fakta bahwa orang yang kita cintai memperdulikan orang lain, bukan? Mungkin tak apa-apa jika hanya sekedar membatu, tetapi apakah harus melebihi batas wajar?
Aulia terus menangis hingga suara mobil milik Yusuf terdengar di luar rumah. Ia mengusap kasar air matanya dan pergi ke wastafel untuk mencuci muka.
"Assalamu'alaikum, Sayang. Aku pulang," ucap Yusuf memasuki rumah dengan membawa banyak oleh-oleh di kedua tangannya.
"Wa'alaikumsalam," jawab Aulia tersenyum tipis dengan mencium punggung tangan suaminya.
"Aku bawa oleh-oleh buat kamu," ucap Yusuf menyodorkan sebuah paper bag yang diterima baik oleh Aulia.
Yusuf mengusap lembut puncak kepala Aulia dan masuk ke dalam kamar untuk melaksanakan ritual mandinya.
Beberapa menit berlalu, Yusuf keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menggantung di lehernya. Bau khas sabun mandi tercium di indra pembauan Aulia. Perempuan itu sengaja berpura-pura sedang membaca buku dengan posisi kaki bersila duduk di atas ranjang.
"Lia, aku pergi dulu, ya," pamit Yusuf sambil memakai kemeja lengan pendek berwarna maroon dipadukan dengan celana panjang berwarna hitam.
"Ke mana?" tanya Aulia membuat pergerakan Yusuf berhenti sebentar. Hal itu membuat rasa sakit kembali menyerang hatinya.
"Ada urusan sebentar," jawabnya sambil menyisir rambut.
"Sepenting itukah urusanmu? Bahkan, kamu baru aja pulang."
"Maaf, tapi ini bener-bener penting. Assalamu'alaikum."
Yusuf pergi tanpa menatap sedikit pun ke arah Aulia membuat perempuan itu menggigit kecil bibir bawahnya menahan isakan yang akan lolos.
"Waalaikumsalam."
Sepenting itu kah perempuan itu untukmu, Mas?
**✿❀ J B R ❀✿**
Tasbih bergerak indah mengikuti alunan jari yang menggerakkannya. Gumaman demi gumaman terlantun pelan beriringan dengan irama lajunya tasbih.
Air mata pun juga seakan berzikir memuja kepada-Nya dengan menunjukkan eksistensinya yang keluar dari mata.
Aulia baru saja melaksanakan salat tahajud, ditemani oleh rasa sakit dan air mata sebagai saksi bisu.
"Ya Allah, Tuhan Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengetahui. Ampunilah kesalahan yang suami hamba lakukan jika yang ia lakukan adalah salah. Berilah ia petunjuk jalan yang benar untuk kembali berada di jalan-Mu. Jika memang Mas Yusuf adalah jodoh Lia, kembalikanlah ia pada Lia. Namun, jika bukan, berikanlah Lia keikhlasan supaya bisa melepas Mas Yusuf untuk perempuan lain dan berikanlah hamba kesabaran untuk melewati ini semua. Rabbana atina fid-dunya khasanah, wa fil-akhirati khasanah, waqina 'adzabannar, Aamiin."
Nggak pernah Lia bayangkan akan sesakit ini, Ya Allah. Kabulkanlah doaku, karena 'sesungguhnya Tuhanku amat dekat lagi memperkenankan (doa hamba-Nya)'.
.
.
.
.
.
Hai-hai.
Kembali lagi sama cerita Jodoh di Bulan Ramadan.
Semoga, dengan adanya bulan yang suci ini, akan membawa keberkahan untuk kita semua. Dan semoga, pandemi ini segera berakhir, Aamiin.
Ayo, yang sider, nggak mau nambah pahala dengan memencet tombol bintang di pojok kiri bawah?
Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ya.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Teen Fiction🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...