Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.
_Q.S Thalaq ayat 4_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Senyum tak pernah lepas dari wajah cantik Aulia. Dengan bersenandung kecil, perempuan itu melipat beberapa bajunya ke dalam koper.
Empat hari sudah ia tinggal di rumah Yusuf, besok adalah hari Lebaran. Ia tak sabar pergi ke rumah ibunya besok setelah melaksanakan salat id.
"Umi mau Lia bawain oleh-oleh apa, ya?" tanya Aulia pada dirinya sendiri.
Karena tak juga menemukan jawaban atas pertanyaannya, tangan Aulia terulur menyentuh ponselnya yang ada di atas nakas untuk menelpon ibunya.
"Kok nggak diangkat, sih?!"
Aulia mengembuskan berat napasnya. Dengan langkah gontai, ia keluar kamarnya menuju ke ruang makan.
"Udah pulang, Mas?" tanya Aulia memijat pelan bahu Yusuf yang tengah terduduk di kursi ruang makan.
"Iya, capek banget. Siang ngurus perusahaan, malam ngurus santri," jawab Yusuf membuat Aulia tersenyum.
"Semoga, lelahmu menjadi lillah, dan semoga semua usaha suamiku ini akan menjadi padang pahala untuk Mas di akhirat nanti."
Yusuf tersenyum lalu memegang pergelangan tangan Aulia dan mendudukkan Aulia di pangkuannya.
"Dan semoga, pengabdian dan ketulusan istri cantikku ini menjadi bibit kebaikan yang nantinya akan tumbuh di ladang pahala nanti, Aamiin."
Yusuf menaruh kepalanya di pudak Sang Istri dan menghirup kuat aroma tubuh Aulia membuat sang empu memberontak.
"Mas, ini masih puasa, jangan macem-macem!"
"Nggak macem-macem, cuma satu macem," ucap Yusuf melingkarkan lengannya ke perut Aulia.
Yusuf melepaskan pelukan itu tatkala mendengar suara kumandang azan dari masjid. Dengan senyum yang mengembang, Aulia dan Yusuf memakan santapan berbuka puasa.
Setelah berbuka puasa, mereka melaksanakan salat magrib dan isya berjamaah di rumah. Suara takbir hari raya menggema indah memenuhi gendang telinga membuat Aulia menitikkan air matanya.
"Nggak tau kenapa Lia senang dan sedih bersamaan," ucapnya sambil menyenderkan kepalanya di dada bidang suaminya.
Karena tak mampu menjawab apa pun, Yusuf hanya mengusap lembut surai Aulia dan menyeka air mata Sang Istri.
Pergerakan Yusuf terhenti saat ponselnya di atas nakas berbunyi.
"Halo, Assalamu'alaikum," ucap Yusuf memulai percakapan.
" ... "
"Baik, sebentar."
"Sayang, sebentar ya. Aku ke rumah Umi dulu," izin Yusuf diangguki oleh Aulia.
Aulia menaruh kepalanya di antara kedua lututnya. Dua puluh menit sudah Yusuf pergi namun, tak kunjung kembali.
"Mas Yusuf ke mana, sih?" tanyanya pada diri sendiri sembari bangkit dari duduknya dan melangkahkan kakinya ke ruang tamu.
Saat ia berjalan menuruni tangga, suami dan mertuanya tengah berjalan ke arahnya dengan raut wajah yang tak dapat diartikan.
"Umi, Abi, mau ke mana?" tanya Aulia mencium punggung tangan mertuanya.
"Lia, kita ke rumah Umi Dijah sekarang, ya."
"Emang kenapa, Abi?"
"Takut besok malah macet. Mas denger, di gang depan ada perbaikan jalan besok," jawab Yusuf sambil tersenyum tipis.
"Lebaran ada yang kerja perbaiki jalan?"
"Iya."
"Ya udah, Lia ambil koper dulu," ucap Aulia hendak kembali ke kamar untuk mengambil koper sebelum akhirnya tangannya digenggam erat oleh Yusuf.
"Nggak usah. Biar Umi sama Abi aja yang bawa. Kita berangkat sekarang."
"Tapi...," ucap Aulia terpotong oleh ucapan ibu mertuanya.
"Kata Ali bin Abi Thalib, 'Kehidupan itu cuma dua hari. Satu hari berpihak kepadamu dan satu hari melawanmu. Maka pada saat ia berpihak kepadamu, jangan bangga dan gegabah. Dan pada saat ia melawanmu, bersabarlah. Karena keduanya adalah ujian bagimu'."
Aulia benar-benar tak paham dengan apa yang sedang terjadi. Tak ada yang mampu ia lakukan selain mengangguk dan mengikuti suaminya berjalan ke mobil.
Yusuf mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata. Aulia merasa, tingkah laku Yusuf berbeda setelah menerima telpon dari seseorang tadi.
"Mas, kenapa kemudiin mobilnya cepet banget, sih?" tanya Aulia menremas kuat bajunya.
"Mas," panggil Aulia karena tak mendapat jawaban apa pun dari Yusuf.
"Kamu diem dulu, aku lagi fokus nyetir. 'Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya'."
Tak ada pilihan lain yang Aulia lakukan selain diam. Diam dengan pikirannya yang bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi, bersamaan dengan pikiran-pikiran negatif yang mulai merambah otaknya.
Dua jam mereka menempuh perjalanan dalam keterdiaman, mereka telah sampai di depan rumah.
Yusuf membukakan pintu untuk Aulia dan menggandeng tangannya.
"Mas, sebenernya ada apa, sih?" tanya Aulia menghentikan langkah Yusuf. Laki-laki itu membalikkan badannya dan menatap penuh ke arah Aulia.
"Lia, maafin aku nggak bilang dari awal. Tapi...," ucap Yusuf menggantungkan kalimatnya.
"Tapi kenapa, Mas?"
"Umi Dijah sakit, Lia."
.
.
.
.
.
Lagi-lagi feel-nya nggak dapet karena udah ngantuk😖.
Cuma berharap para readers suka part yang gak jelas ini🙁.
Jangan lupa vote dan komen.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Genç Kurgu🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...