Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.
_Q.S Yusuf ayat 87_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Angin malam bertiup menerbangkan dedaunan yang telah kering terkontaminasi cahaya panas matahari di siang hari. Suara jangkrik kembali terdengar bersamaan dengan bacaan Al-Qur'an yang dibaca merdu oleh Aulia.
Gadis bermukena putih itu baru saja melaksanakan salat isya berjamaah dengan ibunya, lalu meneruskan kegiatannya membaca Al-Qur'an di dalam kamarnya.
"Tabaarakasmu Rabbika dzil-jalaali wal-ikraam. Shodaqallaahul'adziim," lafal Aulia mengakhiri bacaan Surah Ar-Rahman disertai dengan menutup dan mencium Al-Qur'an.
Aulia masih duduk di posisi semula tanpa melepas mukenanya. Dirinya menatap foto yang menunjukkan dua perempuan dan satu anak laki-laki yang berumur empat tahun. Ingatannya berputar pada kejadian enam tahun silam.
Aulia dan Aida berjalan berdampingan dari masjid menuju ke rumah mereka.
Aida Azizah Bassamah, nama yang berarti perempuan cantik yang berhati mulia dan murah senyum, adalah kakak dari Aulia. Perbedaan usia mereka terpaut tiga tahun.
Aulia mengerutkan keningnya saat melihat banyak kendaraan berada di depan rumahnya.
"Kenapa banyak mobil, Kak?" tanya Aulia menatap Aida yang juga tengah menatapnya.
"Kakak juga nggak tau, Dek. Tadi kita berangkat belum ada rame-rame," jawab Aida menatap mobil-mobil yang berada di depan rumah.
Aulia dan Aida memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Mereka khawatir jika terjadi sesuatu kepada ibu mereka.
"Assalamu'alaikum, Umi," ucap Aulia dan Aida bersamaan.
"Aulia, Aida," panggil Khadijah bangkit dari duduknya.
Aulia dan Aida mencium punggung tangan ibu mereka, lalu mereka dipersilahkan duduk oleh orang-orang yang tak mereka kenali.
Aida dan Aulia menundukkan pandangan mereka saat melihat ada seorang pemuda yang duduk di sofa berdampingan dengan seorang wanita paruh baya.
"Jadi, kedatangan kami kemari, ingin melamar anak Anda, Aulia sebagai istri dari Musa," ucap laki-laki paruh baya sambil tersenyum menatap Aulia.
Aulia mendongakkan pandangannya menatap Khadijah yang sedang tersenyum kepadanya.
"Umi, tapi Aulia masih delapan belas tahun, sedangkan Kak Aida udah dua puluh satu tahun," lirih Aulia menatap Aida yang duduk di sampingnya.
Aida tersenyum lalu mengelus lembut punggung adiknya.
"Kakak nggak papa, Dek. Kalau memang Ustaz Musa adalah jodoh kamu."
Aulia tahu kalau Aida ada perasaan lebih kepada Musa yang notabene adalah anak dari sahabat almarhum ayahnya. Gadis itu juga mempertimbangkan, usia Aida lebih matang untuk menikah daripada usianya. Lagi pula, ia juga tak memiliki perasaan lebih kepada Musa.
"Jadi, Aulia ini adiknya Aida? Bukan sebaliknya?" tanya wanita paruh baya yang duduk di samping Musa.
Memang, perawakan Aulia lebih tinggi dan sedikit lebih besar daripada Aida yang sedikit pendek dan lebih kurus.
"Iya, usia Aulia masih delapan belas tahun," jawab Khadijah.
"Bagaimana, Ustaz Musa?" tanya Khadijah menatap Musa yang sedang menatap Aida. Musa mengalihkan atensinya dan tersenyum menatap Khadijah.
"Siapa pun, asalkan Umi dan Abi merestui dan meridhai," jawab Musa.
Pernikahan mereka terjadi satu minggu setelah adanya lamaran tersebut. Satu sisi, Aulia senang karena kakaknya akan segera bertemu dengan imamnya, tetapi di sisi lain, Aulia bersedih karena nantinya Aida akan dibawa pergi oleh suaminya.
Benar saja, Aida diboyong ke rumah Musa yang terletak jauh di Pulau Sumatra.
Setahun menikah, Aida dan Musa dikaruniai seorang anak laki-laki bernama Faisal Mubarrak.
Aulia mengusap foto Faisal sambil tersenyum. Rindu? Tentu ia sangat rindu dengan ponakannya itu. Mereka bisa bertemu hanya setahun sekali, itu pun setiap Lebaran.
"Andai aja waktu itu Lia terima lamaran Mas Musa, pasti anak Lia sekarang sebesar Faisal."
Aulia meletakkan kembali foto itu disertai helaan napas berat yang keluar dari bibirnya.
"Astaghfirullah, Lia nggak boleh gitu. Mungkin emang Mas Musa udah jodohnya Kak Aida. Jodohnya Aulia nanti akan didatangkan oleh Allah di waktu yang tepat," sesal Aulia kemudian melepas mukenanya lalu membaringkan tubuhnya di ranjang sambil membaca doa tidur dan sholawat hingga matanya terpejam sempurna.
"'Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir'," lirih Khadijah yang sedari tadi mengamati dan mendengar segala keluh kesah putrinya di balik pintu kamar Aulia.
.
.
.
.
.
Holla pembaca yang budiman. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di sini. Vote kalian sangat berarti untuk author😊. Salam Ramadan.
Salam
Dita Lestari
![](https://img.wattpad.com/cover/265404238-288-k823862.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Dla nastolatków🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...