❃ Bab 19 ❃

18.6K 2.1K 66
                                    

Dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar.

_Q.S Ar-Rum ayat 60_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Suasana sore hari di pedesaan dengan di kota sangatlah berbeda. Di desa, suara binatang-binatang, seperti burung, tokek, jangkrik, dan serangga-serangga lain sangat mendominasi dipadukan dengan angin yang berembus pelan menggoyangkan pohon nyiur dan batang padi. Sedangkan di kota, senja ditandai dengan meredupnya cahaya mentari, dipadukan suara mesin-mesin kendaraan dan klakson-klakson yang membisingkan telinga.

Aulia memandang bosan kendaraan yang berpacu cepat di jalan raya. Tak ada yang dapat ia lakukan selain berdiam diri dan mengamati. Siang tadi, ia keluar dari rumah ibunya untuk menuju ke rumah suaminya.

Perpisahan diiringi oleh isak tangis Aulia dan senyum cerah dari Khadijah. Hanya satu pesan yang Khadijah sampaikan kepada Aulia, yaitu supaya ia tetap menghormati dan melaksanakan apa pun yang suaminya perintahkan kepadanya. Ia kira, perpisahannya dengan ibunya akan sangat mengharukan seperti yang pernah ia tonton di film Bollywood.

Sedari tadi, Aulia hanya diam tak melakukan apa pun. Yusuf pun melakukan hal yang sama karena ia fokus menyetir mobilnya dengan kecepatan sedang.

Ibu dan ayah Yusuf menaiki mobil yang berbeda. Mereka sengaja memberikan ruang dan waktu untuk pengantin baru berduaan.

"Kamu kenapa diem dari tadi?" tanya Yusuf menatap Aulia sekilas.

"Emangnya mau ngapain?" jawab Aulia tanpa memperdulikan pertanyaan Sang Suami.

"Ya, ngomong gitu."

"Mas, kan lagi fokus nyetir. Lia nggak mau ganggu konsentrasi Mas Yusuf. Lagian kenapa, sih kita harus pindah sekarang? Kenapa nggak setelah lebaran aja?"

"Maaf, Lia. Tapi aku nggak bisa lama-lama ninggalin pesantren sama perusahaan."

Lia mengangguk pasrah. Ia juga tak boleh egois untuk memaksakan kehendaknya sendiri. Hidupnya sekarang adalah tanggung jawab suaminya.

Yusuf mengusap lembut punggung tangan Aulia menggunakan tangan kirinya, saat menyadari perubahan raut wajah Sang Istri.

"Nanti Lebaran, kita ke rumah Umi Dijah. Nggak mau sabar? Sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Qur'an Surah Ar-Rum ayat enam puluh, 'dan bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar'. Dunia ini ibarat bayangan. Kalau kamu berusaha menangkapnya, ia akan lari. Tapi kalau kamu membelakanginya dan meninggalkannya, maka ia tak punya pilihan selain mengikutimu."

"Iya, Mas. Lia ikhlas," jawab Aulia sambil tersenyum.

Dua puluh menit berlalu meninggalkan keheningan yang tadi melanda. Aulia yang tadinya malu-malu kepada Yusuf, mulai merasa nyaman mengobrol dengannya. Bahkan, tak jarang Aulia menggeplak ringan lengan Yusuf jika ia digoda oleh Sang Suami.

"Kita sampai," ucap Yusuf menghentikan laju kendaraannya di depan rumah mewah berwarna putih dengan pilar-pilar yang besar. Rumah itu memiliki lantai dua dengan ornamen-ornamen dinding luarnya terbuat dari batu-batuan alam asli.

"Masyaallah, bagus banget rumah kamu, Mas," ucap Lia sesaat setelah keluar dari mobil.

"Rumah kita," jawab Yusuf menggenggam erat tangan Aulia dan mengajaknya masuk ke dalam rumah.

"Umi sama Abi mana? Itu koper-koper Lia gimana?"

"Umi sama Abi nggak ke sini. Mereka pulang ke rumah mereka. Barang-barang kamu, nanti biar dipindahin sama Si Mbok."

"Emang rumah Umi sama Abi di mana? Kenapa nggak ke rumah kita dulu?"

"Rumah Umi sama Abi jauh," jawab Yusuf masih menggenggam erat tangan Aulia menuju ke dapur.

"Emang rumahnya di mana?"

"Di samping rumah kita," jawab Yusuf langsung mendapat geplakan keras dari Aulia di lengannya.

"Sakit, Lia!"

"Mana ada sebelah rumah jauh?!" seru Aulia tak diindahkan oleh Sang Suami. Yusuf lebih fokus mengusap-usap lengannya yang memanas karena geplakan dari istrinya.

"Kamu hobi banget bikin lengan aku sakit. Liat aja nanti malem, aku bikin kamu susah jalan," bisik Yusuf tepat di telinga Aulia yang tertutup jilbab, membuat tubuh sang empu meremang.

"Astaghfirullah, dosa apa Lia sampai dapet suami mesum gini, Ya Allah," gumam Aulia masih bisa di dengar oleh Yusuf.

"Tapi suka, kan dapet suami mesum?" tanya Yusuf mengedipkan sebelah matanya ke arah Aulia.

"Hih, pede," decak Aulia melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ah, aku nggak percaya. Jelas-jelas, kamu nikmatin waktu berdua sama ...," ucap Yusuf terhenti karena Aulia membekap mulutnya.

"Mau puasanya batal, hm? Katanya ustaz tapi omongannya nggak bisa disaring," ketus Aulia melepas tangannya dari mulut Yusuf.

"Ngomong gitu aja nggak boleh, lagian aku mesumin istri sendiri, bukan istri orang."

"Mas Yusuf bukan orang?"

"Astaghfirullah, berdosa banget kamu sama Suami."

Aulia memutuskan berjalan meninggalkan Yusuf yang masih mengucapkan kalimat istighfar. Semakin lama berbicara dengan Yusuf, kesabaran Aulia teruji. Lebih baik untuknya saat ini membersihkan dirinya dan mandi, lalu tidur menunggu waktu berbuka puasa tiba.

.

.

.

.

.

Maaf ya part ini sedikit. Aku nulisnya di detik-detik aku tidur. Ngantuk banget sumpah. Ide juga nggak muncul sama sekali😧

Oke lah. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian di kolom komentar atau klik tanda bintang di pojok kiri bawah.

Salam

Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang