Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan Dia menjadikan di antara-mu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.
_Q.S Ar-Rum ayat 21_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Aulia sambil membalikkan badannya menatap sang suami.
Tubuhnya semakin menegang saat melihat seseorang laki-laki yang berbeda dari yang ia bayangkan sedang tersenyum ke arahnya.
"Ustaz Yusuf," gumam Aulia menatap lelaki yang memakai setelan tuxedo hitam dipadukan dengan dasi berwarna serupa, dan kemeja berwarna putih.
Lelaki bernama Yusuf itu menutup pintu kamar dan berjalan mendekati Aulia.
Aulia mengerjapkan matanya tak percaya. Pikirannya tergerak memikirkan sosok yang sedang berdiri di depannya.
Sosok laki-laki yang pertama kali melamarnya saat ia masih berusia tujuh belas tahun, dan ia menolaknya dengan alasan usianya masih sangat muda.
Bukan hanya itu, alasan Aulia menolak Yusuf waktu itu adalah karena Yusuf masih berstatus menjadi santri, sedangkan Aulia menginginkan lelaki yang telah matang usia, pekerjaan, juga pemikiran.
Siapa sangka jika dua tahun setelah penolakan lamaran itu, Yusuf diangkat menjadi ustaz dan memegang kendali perusahaan milik keluarganya. Menyesal? Ada sedikit penyesalan di hati Aulia, tetapi ia yakin, suatu saat Allah akan memberinya jodoh yang lebih baik untuknya.
Lama Aulia tak pernah melihat Yusuf setelah penolakan lamaran itu, lalu sekarang lelaki itu tengah berdiri di depannya sambil tersenyum kepadanya.
Aulia mengambil kemonceng yang ada di meja riasnya saat Yusuf berjalan mendekat ke arah Aulia.
"Jangan maju!" seru Aulia menodongkan kemonceng ke arah Yusuf.
"Ustaz ngapain ke sini?! Suami Lia mana?!"
Yusuf berhenti, masih mempertahankan senyumannya. Hal itu membuat Aulia semakin memundurkan tubuhnya hingga punggungnya membentur tembok.
"Aku...."
"Oh, jangan-jangan Ustaz Yusuf udah bunuh suami Lia, iya?! Ustaz Yusuf pasti bunuh dia sebelum Ustaz Yusuf masuk ke sini, kan?!" seru Aulia memotong ucapan Yusuf.
"Lia, aku...."
"Ustaz Yusuf keluar sekarang! Lia nggak mau timbul fitnah di sini! Kita bukan mahram!"
Karena Yusuf tertawa, Aulia mengarahkan kemonceng yang ada di tangannya untuk memukul kencang bahu dan lengan Yusuf.
"Lia, sakit," adu Yusuf menutupi lengan yang akan dipukul oleh Aulia.
"Ustaz keluar, sekarang!"
Aulia terus memukuli bahu Yusuf, sampai Khadijah datang menghentikan aksi Aulia.
"Aulia, kamu kok lama...Astaghfirullah, Lia kenapa kamu mukulin suami kamu?" tanya Khadijah merebut kemonceng yang ada di tangan Aulia.
"Suami?" beo Aulia menatap tak percaya ke arah Yusuf.
"Iya, dia suami kamu. Kenapa kamu pukulin?" tanya Khadijah sambil mengusap-usap bahu Yusuf yang mungkin memar karena pukulan Aulia.
"Suami? Bukannya suami Lia Pak Abdul yang punya istri tiga itu?" tanya Aulia mengabaikan pertanyaan sang ibu.
"Pak Abdul?"
"Kata Faisal, nama suami Lia Abdullah. Di sini, yang namanya Abdullah cuma Pak Abdul yang punya tiga istri."
Khadijah tertawa mendengar jawaban dari putrinya. Dirinya tak habis pikir dengan pemikiran anaknya. Mana mungkin seorang ibu membiarkan putrinya menjadi istri keempat dari seorang lelaki renternir?
"Nama aku, Muhammad Yusuf Abdullah," ucap Yusuf membuat Aulia diam mematung. Ia tak menyangka jika laki-laki yang tadi dipukulinya itu adalah suaminya. Sungguh, Aulia merasa malu sekarang. Image-nya hancur di depan suaminya di hari pertama pernikahan.
"Umi tinggal keluar dulu, ya. Mungkin kamu perlu bicara sama Lia," ucap Khadijah mengusap pelan bahu Yusuf.
Setelah Khadijah pergi, Yusuf menatap Aulia dengan tatapan intens. Aulia yang ditatap seperti itu merasa malu dan menundukkan pandangannya. Dengan sentuhan kecil di dagunya, kepala Aulia terangkat menatap wajah tampan sang suami.
"K—kenapa Ustaz nikahin Lia? Lia dulu pernah nolak lamaran Ustaz Yusuf," ucap Lia kembali menundukkan pandangannya.
"'Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir'. Aku mencintaimu karena Allah, dan karena Allah-lah, aku berjuang untuk kamu," ucap Yusuf sambil mencium kening Aulia lama.
Jantung Aulia berasa berpacu lebih cepat kali ini. Tanpa sadar, seulas senyum terpatri di bibirnya yang indah.
"Kita keluar, orang-orang nungguin kita," bisik Yusuf di telinga Aulia dan menggenggam tangan Aulia erat membuat Aulia menggigit kecil bibir bawahnya.
.
.
.
.
.
Gimana part ini?
Gemes nggak?
Kasih Vote ya.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Novela Juvenil🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...