❃ Bab 3 ❃

20.5K 2.3K 38
                                    

Jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu.

_Q.S Al-Baqarah ayat 45_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Sinar mentari masuk melalui celah-celah jendela menyilaukan mata yang baru saja terbuka menampilkan iris mata berwarna coklat gelap. Bulu mata indahnya berusaha menghalangi cahaya yang masuk di retina matanya.

Aulia mengerjapkan mata sembari mengusap kelopak matanya, mencoba menyesuaikan cahaya mentari yang masuk ke dalam iris matanya.

"Astaghfirullah, Lia ketiduran," lirihnya sembari terbangun memakai jilbabnya dan merapikan tempat tidurnya.

Setelah salat subuh tadi, Aulia membaringkan tubuhnya yang terasa pegal. Ia sama sekali tidak berniat untuk tidur setelah salat subuh.

Aulia keluar dari kamarnya setelah menunaikan kegiatannya di dalam kamar mandi, seperti gosok gigi, cuci muka, dan mandi. Ia berjalan menuju dapur berniat untuk membantu ibunya memasak, tetapi tak dijumpainya siapa pun berada di sana.

"Umi," panggil Aulia menuju ke ruang tamu.

"Umi ke mana, sih pagi-pagi udah pergi?" tanyanya sambil menelusuri sudut demi sudut ruangan yang ada di rumahnya.

Karena tak juga menemukan ibunya di mana pun, Aulia memutuskan untuk duduk di teras rumahnya sambil membaca surat kabar yang berada di atas meja.

"KHAUL!" teriak seorang anak laki-laki membuat Aulia bangkit dari duduknya.

"Faisal," lirih Aulia saat melihat anak dari kakaknya sedang berlari menuju ke arahnya sambil membawa banyak coklat batangan di tangan kanannya.

Faisal memeluk erat Aulia dan menenggelamkan kepalanya di leher Aulia yang tertutup oleh jilbab.

"Isal kangen sama Khaul," lirihnya tepat di telinga Aulia.

"Khaul juga kangen sama Isal."

Khaul merupakan singkatan dari 'Khoolah Aulia'. Khoolah sendiri dalam bahasa Arab adalah panggilan dari seseorang kepada tante dari pihak ibu.

"Isal ke sini sama siapa?" tanya Aulia sambil memakan coklat yang disuapkan oleh Faisal.

"Sama Umi, sama Jiddah," jawab Faisal menunjuk ke arah Aida dan Khadijah.

Jiddah adalah panggilan untuk Nenek dalam bahasa Arab.

"Jadi, Umi tadi jemput Kak Aida? Kok nggak bilang sama Lia? Kan Lia bisa ikut jemput."

"Kamu tadi lagi tidur. Umi nggak tega bangunin kamu."

Aulia beralih memeluk tubuh kakaknya yang lebih kecil darinya. Dahinya mengernyit saat merasakan perut Aida sedikit lebih besar.

"Kakak berangkat dari Sumatra kapan? Kok Mas Musa nggak ikut?" tanya Aulia sembari mempersilakan Aida dan Faisal masuk ke dalam rumah.

"Kakak berangkat kemaren sore. Mas Musa ke sini hari ke sepuluh puasa," jawab Aida sambil tersenyum.

"Khaul, kata Umi, Isal mau punya adek," ucap Faisal sambil mengelus perut ibunya dengan sayang.

"Beneran, Kak?" tanya Aulia menatap ke arah Aida.

"Iya, Dek. Kandungannya masuk umur lima bulan."

"Selamat, Kak," ucap Aulia mengelus perut Aida.

"Makasih," jawab Aida mengelus punggung tangan Aulia yang menyentuh perutnya.

"Pengen perempuan apa laki-laki, Kak?"

"Laki-laki perempuan sama aja, yang penting sehat, lengkap, dan nantinya jadi anak soleh atau solehah."

Aulia duduk di samping Aida dan membantu Faisal membuka bungkus coklat batangan.

"Kakak tumben puasa ke sini? Biasanya ke sini pas Lebaran."

"Mau bantuin Umi," jawab Khadijah sambil menghidangkan beberapa cemilan dan minuman di meja.

"Bantuin apa?"

"Bantu-bantu siapa tau nanti di rumah kita ada acara," jawab Khadijah tersenyum penuh arti ke arah Aulia.

Aulia termenung memikirkan kira-kira acara apa yang akan ibunya selenggarakan di rumahnya.

Apa mungkin tujuh bulannya Kak Aida? Tapi, kan masih lama, batin Aulia.

Aulia menatap Aida yang tengah memperhatikan Faisal yang sedang bermain dengan Nafika.

Sejak Faisal datang, Nafika langsung berkunjung ke rumahnya. Gadis kecil itu sangat suka dengan apa pun yang asing, termasuk teman baru. Jiwa sosial Nafika dan Faisal yang sama-sama tinggi membuat mereka mudah akrab satu sama lain.

"Kakak udah mau punya dua anak aja," ucap Aulia membuat Aida mengalihkan atensinya kepada Aulia.

"Kamu yang sabar, masalah jodoh, insyaallah Allah telah menyiapkan yang terbaik untuk kamu," jawab Aida membuat Aulia tersenyum tipis.

"Kalau masalah jodoh, Lia enggak terlalu mikirin itu. Lia yakin Allah akan ngasih yang terbaik buat Lia. Lia cuma kasihan sama Umi yang selalu dibicarain orang-orang karena salah satu putrinya jadi perawan tua," ucap Lia sambil menyeka air matanya yang hampir lolos dari pelupuk matanya.

Aida mengelus lembut punggung adiknya dan mencium pelipis Aulia.

"Kamu dan Umi cukup sabar, Allah telah berfirman dalam Qur'an Surah Al-Baqarah ayat empat puluh lima, 'wasta'inu bissobri wassholah, wainnaha lakabirotan illa 'alal-khosyi'in', yang artinya, 'jadikanlah sabar dan salat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu amat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'."

.

.

.

.

.

Hai gaes🖐 jangan lupa vote dan komen, yah. Itung-itung nambah pahala.

Salam

Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang