❃ Bab 12 ❃

18.3K 2.1K 78
                                    

Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

_Q.S An-Nisa ayat 19_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Suara gemercik air langit yang menetes di jalanan dan dedaunan pohon terdengar sangat syahdu. Angin kencang acapkali berembus membuat tanaman melambai-lambai menggigil kedinginan.

Aulia terdiam menatap bintang-bintang di langit yang tertutup oleh awan hitam, membuat sang rembulan enggan menampakkan dirinya.

Setelah salat tarawih, ia berada di dalam kamar, hanya sekedar untuk memandang air hujan yang menetes di dedaunan. Dirinya merasa enggan keluar kamar, karena semakin bertambah banyak anggota keluarga yang berada di rumahnya. Mereka bahkan sampai tidur di lantai ruang tamu karena sudah tidak mendapatkan kamar untuk mereka tempati.

Atensi Aulia teralihkan saat terdengar suara ketukan pintu kamarnya. Dengan gerakan malas, Aulia beranjak dari ranjangnya dan membukakan pintu. Dilihatnya wajah Faisal yang hanya sebatas perutnya, dengan coklat batangan di tangan kanannya dan segelas susu coklat di tangan kirinya.

"Khaul, Isal boleh masuk?" tanya Faisal menatap Aulia dari bawah.

"Boleh, Sayang," jawab Aulia mengambil alih segelas susu coklat karena sedikit lagi, susu itu akan tumpah ke lantai.

Mendengar persetujuan dari Aulia, Faisal langsung masuk ke kamar dan hendak duduk di ranjang, tetapi tidak sampai. Melihat itu, Aulia meletakkan gelas itu di atas meja dan mengangkat tubuh mungil Faisal yang kesusahan untuk menaiki ranjang.

"Isal jangan cuma minum susu coklat doang, harusnya minum susu putih biar cepet tinggi, kayak Nafika."

"Isal nggak suka, Khaul."

"Kenapa?"

"Nggak enak."

"Tapi Nafika suka."

"Selera orang beda-beda, Khaul."

Aulia mengembuskan napasnya pelan. Berdebat dengan Faisal tak akan pernah ada ujungnya. Anak itu selalu memiliki berbagai macam alasan untuk mempertahankan pendapatnya.

Aulia merebut coklat batangan yang dipegang oleh Faisal dan menyerahkan segelas susu coklat untuk diminum. Faisal mengambil kembali coklat batangan yang Aulia letakkan di pahanya setelah susu coklat itu tandas tak tersisa.

"Isal jangan makan coklat terus, nanti giginya sakit."

"Kan Isal selalu gosok gigi kalau udah makan coklat, Khaul."

"Terserah Isal, deh."

Keheningan kembali menyelimuti kedua insan berbeda usia itu. Aulia kembali menatap dedaunan dan hujan, sedangkan Faisal yang masih fokus memakan coklat batangan. Hari ini, Faisal telah menghabiskan tiga coklat batangan setelah berbuka puasa. Biasanya, Faisal akan menghabiskan coklat lima batang perhari jika tidak berpuasa. Aulia jadi heran, padahal dulu Aida saat mengandung Faisal, sama sekali tidak suka dengan yang namanya  coklat.

"Calon suaminya Khaul ganteng," ucap Faisal membuat atensi Aulia teralihkan dari menatap dedaunan menjadi menatap Faisal.

"Isal tau dari mana?"

"Tadi pas Khaul pergi sama Umi, Abi radio call sama calon suaminya Khaul."

"Video call, Isal," ralat Aulia.

"Iya, maksud Isal gitu."

Aulia mengatupkan rapat bibirnya. Kenapa calon suaminya malah menghubungi calon kakak iparnya daripada calon istrinya?
Lagi pula, mengapa dia enggan membeberkan identitasnya kepada calon istrinya? Memangnya setampan apa calon suaminya itu?

Banyak spekulasi yang muncul dalam pikirannya saat ini. Namun, yang paling dominan adalah siapa nama calon suaminya?

"Isal, kamu tau nggak siapa nama calon suaminya Khaul?" tanya Aulia. Siapa tahu Faisal mengenal calon suaminya, kan?

"Em, Isal lupa, Khaul."

"Jangan lupa, dong. Ayo, coba Isal inget-inget lagi."

Aulia menggigit kecil bibir bawahnya. Matanya tak berhenti menatap intens Faisal yang sedang mengingat-ingat sebuah nama.

"Kalau nggak salah, namanya Abdullah."

Abdullah? Aulia mengerutkan keningnya. Seingatnya, di daerah sini tak ada lelaki bernama Abdullah. Kalaupun ada, itu adalah seorang renternir tua yang sudah memiliki tiga istri.

Tunggu ... Aulia membulatkan matanya. Mulutnya setengah terbuka saat ia mengingat sesuatu.

"Isal, apa calon suami Khaul udah tua?"

"Iya," jawab Faisal membuat Aulia  menatap nanar hujan yang masih turun.

Ya Allah, apa Umi ingin Lia jadi istri keempatnya Pak Abdul? tanya Aulia dalam hati.

Ingin rasanya Aulia menangis sejadi-jadinya saat ini. Namun, ia masih mengingat bahwa di kamar ini tidak hanya ada dirinya sendiri, tetapi juga ada Faisal.

Lagi pula, kalau memang Pak Abdul adalah takdirnya, Aulia bisa apa?

Aulia hanya bisa berdoa, semoga jalan yang akan ia tempuh nanti, adalah jalan yang diridhai oleh Allah dan Aulia bisa sabar serta ikhlas dalam menjalaninya.

Tanpa Aulia dan Faisal ketahui, Khadijah mendengarkan percakapan Aulia dan Faisal sembari tersenyum.

"'Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak'."

.

.

.

.

.

Ada yang suka part ini?

Atau ada yang kurang suka part ini?

Maafkan diriku yang lagi tak punya inspirasi ini. 😣😣😣

Jangan lupakan untuk Vote.

Salam

Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang