Dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya.
_Q.S Al-Isra' ayat 34_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Suasana yang ramai tak membuat atensi Aulia teralihkan dari wajah laki-laki yang ada di sebelahnya. Yusuf mengajaknya keluar tadi untuk mereka bertukar cincin dan menandatangani buku nikah.
Aulia masih tak percaya dengan semua ini. Rasanya, seperti mimpi. Aulia mengamati cincin pernikahan dari perak yang melekat di jari manisnya dan jari manis suaminya sambil tersenyum.
"Kenapa?" bisik Yusuf di telinga Aulia saat mereka tengah duduk di atas pelaminan.
"Nggak papa," jawab Aulia memalingkan muka.
Kini, Aulia dan Yusuf telah mengganti pakaian mereka, dengan baju pengantin senada. Bawahan jarik bermotif batik, dengan baju berwarna hitam di hiasi dengan ornamen-ornamen sederhana berwarna emas, serta rangkaian bunga melati yang menggantung di leher Yusuf, dan sebagai hiasan pelengkap yang menjuntai ke bawah dari kepala Aulia.
Baju yang mereka kenakan memang sederhana, tetapi terlihat mewah dan cocok untuk mereka.
Aulia kembali menatap wajah tampan suaminya dari samping. Hidung mancung, kulit putih, dan sorot mata teduh menjadi daya tarik Yusuf.
"Kenapa Ustaz nikahin Lia?" tanya Aulia untuk kesekian kalinya membuat Yusuf tersenyum.
"Stop call me Ustaz. I'm your husband," ucap Yusuf tak memperdulikan pertanyaan Aulia.
"Kenapa Mas Yusuf nikahin Lia?" tanya Aulia mengulang pertanyaannya dengan mengganti panggilan 'Ustaz' menjadi 'Mas'.
"Karena aku cinta sama kamu," jawab Yusuf singkat.
Pipi Aulia bersemu merah. Mendengar kata 'cinta' yang belum pernah ia dengarkan dari mulut seorang pun, membuat dadanya bergejolak entah perasaan apa.
"Kamu lupa masa kecil kita? Aku pernah bilang sesuatu sama kamu," ucap Yusuf membuat Aulia mengingat sekilas memori yang hinggap di ingatannya.
Aulia berlari kecil menghindari panggilan ibunya untuk makan. Saat ini, Aulia berada di rumah teman ayahnya dan ia dipaksa untuk makan sayur brokoli yang sedari dulu tak ia sukai.
"Lia, kamu kenapa sembunyi?" tanya Yusuf menghampiri Aulia yang juga tengah bersembunyi sama sepertinya.
Aulia saat itu masih berumur lima tahun, sedangkan Yusuf berusia delapan tahun.
"Lia nggak mau makan brokoli," ucap Aulia menutup mulutnya menggunakan kedua tangannya.
"Emang Lia udah pernah coba brokoli?" tanya Yusuf membuat Aulia menggelengkan kepalanya. Gadis kecil itu tak menyukai sayur itu karena menurutnya bentuk brokoli tidak sebagus buah strawberry, buah nanas, ataupun buah naga kesukaannya.
"Harusnya Lia coba dulu sekali, setelah itu baru tau gimana rasanya, enak apa enggak," ucap Yusuf mengusap lembut punggung tangan Aulia.
"Iya, nanti Lia coba," katanya pasrah.
"Kak Yusuf kenapa sembunyi?" tanya Aulia membuat Yusuf duduk pasrah di tanah.
"Yusuf nggak sengaja ngilangin botol susu punya adek," jawab Yusuf terduduk di tanah.
"Terus, Kak Yusuf nggak minta maaf?"
"Enggak."
"Kak Yusuf nggak boleh gitu. Kata Abi, kalau salah itu harus minta maaf. Kita nggak boleh lari dari masalah," nasehat Aulia membuat Yusuf menatap Aulia intens.
"Jadi, Yusuf harus minta maaf?" tanya Yusuf membuat Aulia mengangguk.
"Tapi Yusuf takut Abi sama Umi marah."
Aulia mengeluarkan Juz 'Amma kecil yang selalu dibawanya untuk menghafalkan surah-surah pendek. Gadis kecil itu memberikan Juz 'Amma itu kepada Yusuf.
"Untuk apa?"
"Coba Kak Yusuf hafalin Surah Al-Insyirah. Di situ ada ayat yang menyatakan, sesungguhnya sesudak kesulitan itu ada kemudahan. Nanti kalau abi uminya Kak Yusuf denger Kakak bisa hafal surah itu, Aulia yakin kalau Kak Yusuf nggak akan dimarahin."
Aulia dengan sabar dan telaten mengajari Yusuf Surah Al-Insyirah, sampai Yusuf hafal dan fasih dalam melafalkan ayat beserta artinya.
"Makasih, Lia."
"Sama-sama, Kak. Ini Juz 'Amma-nya buat Kak Yusuf aja. Nanti, kalau Kak Yusuf udah hafal juz tiga puluh, Kak Yusuf harus hafalin tiga puluh juz Al-Qur'an, setelah itu, Kak Yusuf nikahin Lia," ucap Lia membuat Yusuf tersenyum.
"Aku janji, nanti kalau udah gede bakal nikahin Lia," ucap Yusuf menautkan jari kelingking miliknya dan milik Aulia.
Aulia menggigit bibir bawahnya ketika teringat kekonyolannya dulu saat kecil. Malu, itulah yang tengah dirasakan oleh Aulia saat ini.
"Jadi, Mas Yusuf beneran nepatin janji itu?" tanya Aulia membuang mukanya ke arah lain karena malu.
"Iya."
"Kenapa?" tanya Aulia kembali mentap suaminya.
"'Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa, dan penuhilah janji, karena janji itu pasti diminta pertanggungjawabannya', Qur'an Surah Al-Isra' ayat tiga puluh empat," jawab Yusuf menggenggam erat tangan Aulia.
Kemesraan mereka menjadi bahan sorak-sorakan para tamu undangan. Aulia melepas tangan yang ada digenggaman suaminya. Ia benar-benar lupa kalau saat ini sedang duduk di atas pelaminan bersama dengan sang suami.
Terkadang, cinta ibarat pengelihatan. Hanya terfokus pada satu titik tanpa memerdulikan fokus titik yang lain.
.
.
.
.
.
Gimana? Baper gak?
Baper aja lah, ya.
Susah banget bikin part romantis, karena aku seringnya bikin part sedih😣.
Jangan lupa vote, komen, dan share cerita ini ya.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Ficção Adolescente🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...