❃ Bab 10 ❃

18.9K 2.2K 93
                                    

Boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.

_Q.S Al-Baqarah ayat 216_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

"Siapkan diri kamu, lima hari lagi ijab qabul akan dilafalkan oleh imammu," ucap Khadijah lembut membuat Aulia membelalakkan matanya tak percaya.

"APA?!"

Apa yang ibunya bilang tadi? Ijab qabul?! Bahkan, Aulia tak tahu apa-apa tentang ini.

"Tapi siapa, Umi? Lia, kan nggak pernah nerima pinangan laki-laki," elak Aulia mencoba mempertahankan pendapatnya.

"Umi yang nerima. Umi harap, ini yang terbaik buat kamu, Nak."

"Tapi Lia harus tau siapa calon Lia, Mi."

"Ta'aruf setelah menikah."

"Tapi dulu Kak Aida nikah ta'aruf-an dulu sama Mas Musa. Kenapa Lia enggak? Gimana kalau nanti calon Lia nggak sesuai sama Lia?"

"Lia, 'boleh jadi kamu tidak menyukai sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui'."

Khadijah pergi keluar kamar meninggalkan Aulia yang masih termenung.

Lima hari lagi? Kenapa ia baru tahu sekarang? Kenapa saat lelaki itu mengkhitbahnya, ia tak mengetahui apa pun?

"Lia emang pengen punya jodoh, tapi nggak gini caranya," gumam Aulia beranjak dari duduknya menuju ke meja makan karena waktu berbuka puasa telah tiba.

"Assalamu'alaikum," ucap Aulia saat melihat banyak sanak kerabatnya yang telah duduk di meja makan.

"Wa'alaikumsalam," jawab semuanya serempak. Di sana, ada adik-adik dari ibu dan ayahnya yang datang dari luar Pulau Jawa beserta anak mereka.

Rumah Aulia memang cukup besar. Ada enam kamar di rumah itu, tiga kamar mandi, dan halaman belakang yang luas. Jadi, dapat dipastikan mereka akan menginap di sana.

"Calon manten makannya harus banyak biar sehat," ucap Fatimah mengambilkan nasi, sayur, dan lauk di piring Aulia untuk berbuka.

"I—iya. Makasih, Khoolah," ucap Aulia sedikit canggung.

Aulia makan dengan diam. Pikirannya berkelana tentang pernikahannya. Memang, selama ini doa-doanya kepada Allah adalah menginginkan datangnya jodoh, tapi bukan seperti ini datangnya jodoh yang ia harapkan.

"Lia," panggil Khadijah membuat Aulia tersentak dari lamunannya.

"Iya, kenapa, Umi?"

"Besok kamu fitting baju pengantin, ya. Sekalian akan ada foto prewedding."

"Iya, Umi."

Prewedding? Itu artinya, Lia bakal ketemu sama dia. Pokoknya Lia harus tanya dari mana dia tau Lia, batin Lia.

**✿❀ J B R ❀✿**

Detik demi detik berlalu, waktu pun berputar sesuai hukum alam. Sang rembulan telah digantikan tugasnya oleh sang mentari.

Kicauan merdu burung-burung yang beterbangan sama sekali tak membuyarkan lamunan Aulia. Setelah salat subuh, Aulia duduk termenung menatap hamparan sawah yang luas membentang dari jendela kamarnya.

Tanaman padi yang telah ditanam oleh para petani menjadi atensi Aulia saat ini. Tanaman itu melambai-lambai mengikuti irama angin.

Setelah sahur pagi tadi, Aulia memberanikan diri bertanya kepada Khadijah tentang calon suaminya.

"Umi, apa Lia kenal sama calon suami Lia?" tanya Aulia sambil duduk di depan kursi ibunya.

"Umi nggak tau, Nak. Umi juga belum pernah liat calon suami kamu seperti apa, tapi Umi kenal sama abi uminya calon suami kamu."l

Aulia menghela napasnya berat. Saat ini, pikirannya menjadi tidak tenang.

Coba bayangkan, bagaimana jika kamu dijodohkan oleh orang tuamu, sedangkan orang tuamu saja belum pernah bertemu dengan calon suamimu? Bimbang, bukan?

Aulia memantapkan hatinya. Semalam, ia telah melaksanakan salat istikharah. Pikirannya memang menolak pernikahan ini sebelum ia bertemu dengan calon suaminya, tetapi entah mengapa hatinya berkata sebaliknya.

"Robbi hablii milladunka zaujan thoyyiban, wayakuuna shoohiban, lii fiddiini waddunyaa wal aakhiroh. Ya Rabb, berikanlah kepadaku suami yang terbaik di sisi-Mu, suami yang juga menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia, dan akhirat, Aamiin," doa Aulia kemudian memantapkan langkahnya keluar untuk menemui Aida yang akan menemaninya untuk fitting baju pengantin dan foto prewedding.

Sementara di lain tempat, seorang lelaki sedang melaksanakan salat duha. Tasbih berwarna hitam legam bergerak indah di antara jari-jemarinya.

"Robbi hablii milladunka zaujatan thoyyibah, akhtubuhaa wa atazawwaju biha watakuunu shoohibatan, lii fiddiini waddunyaa wal aakhiroh. Ya Rabb, berikanlah kepadaku istri yang terbaik dari sisi-Mu, istri yang aku lamar dan nikahi dan istri yang menjadi sahabatku dalam urusan agama, urusan dunia, dan akhirat, Aamiin."

Pria itu tersenyum dan memandang foto seorang gadis yang tengah duduk dengan gamis berwarna maroon dengan jilbab senada.

Ya Allah, semoga Aulia bisa menjadi pelengkap ibadahku menuju keridhaan-Mu, Aamiin.

.

.

.

.

.

Deg-degan banget nulis part ini.

Kalian deg-degan nggak? Ya deg-degan, kalau nggak deg-degan udah mati.

Jangan lupa tinggalkan vote.

Salam


Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang