Siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.
_Q.S An-Nur ayat 52_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Langit masih belum berhenti menangis. Mentari pun nampak malu-malu bersembunyi di balik awan hitam. Angin berembus pelan membawa suhu rendahnya, dingin menusuk hingga ke tulang-tulang.
Aulia turun dari taksi setelah ia membayarnya. Aroma tanah basah khas pedesaan yang sangat segar membuat tubuh Aulia sedikit rileks.
Aulia tersenyum tipis saat melihat rumah lamanya. Sekilas, bayangan ia di masa kecil hadir di fatamorgananya.
Di sana, ada Abdurrahman yang tengah mengajari Aida naik sepeda, Aulia yang mengejar sepeda milik Aida, dan Khadijah yang sedang menyiapkan cemilan di teras rumah. Sangat terlihat sekali bahwa mereka adalah keluarga yang bahagia. Senyum Aulia meluntur, saat kilasan bayangan itu hilang.
"Abi, Umi, Lia kangen," lirihnya sambil berjalan menjauhi rumah itu.
Ia memutuskan untuk pergi ke makam Khadijah dan Abdurrahman. Ia berharap, dengan berbagi cerita dengan nisan mereka, itu dapat meringankan bebannya, serta dapat mengurangi kerinduannya kepada mereka.
"Assalamu'alaikum, Abi, Umi. Lia dateng jengukin kalian. Kalian kangen nggak sama Lia? Lia kangen banget sama kalian," ucap Aulia mengusap lembut nisan ibu dan ayahnya bergantian.
Aulia menggigit kecil bibir bawahnya. Hatinya sakit, matanya memanas ingin mengeluarkan sesuatu dari kelopaknya.
"Abi, Umi, Lia sedih banget. Mas Yusuf selingkuh sama perempuan lain. Padahal Lia udah percaya banget sama Mas Yusuf."
Tak dapat dipungkiri, ia telah sangat mencintai laki-laki itu, walaupun usia pernikahannya masih sebatas biji jagung. Perlakuan Yusuf yang mengistimewakannya membuat cintanya semakin bertambah besar. Tetapi ia tak bisa membenci laki-laki itu meskipun perlakuan Yusuf telah sangat melukai hatinya.
"Umi benar, dunia ini penjara bagi orang yang beriman, dan surga bagi orang yang kafir."
"Aulia," panggil seseorang membuat tubuh Aulia menegang. Suara dari orang yang dicintai dan orang yang telah melukai hatinya, suaminya.
Aulia membalikkan badannya. Matanya menyorot sendu ke arah Aisyah yang sedang menggenggam erat tangan suaminya. Untuk apa mereka ke sana kalau hanya untuk menunjukkan kemesraan mereka?
"Mau apa Mas ke sini? Biarkan Lia pergi jauh dari Mas Yusuf. Silakan Mas Yusuf bahagia dengan perempuan lain."
Berat mengatakan kalimat itu untuk orang yang ia cintai. Melepas orang yang dicintai demi bahagia dengan orang lain, mungkin mudah diucapkan, tetapi susah untuk dilaksanakan.
Diam-diam, Aulia menyeka air matanya. Baru saja ia berhasil belajar mencintai Yusuf, tiba-tiba mendapati kejadian seperti itu. Ibarat kamu susah payah meniup balon, tetapi dengan sekejap, orang lain memcahkannya.
"Lia, dia adik perempuanku," ucap Yusuf membuat Aulia melotot.
"Adik perempuan?"
"Kamu inget, kan kalau aku punya adik perempuan?" tanya Yusuf membuat Aulia menggeleng.
"Iya, Mbak. Aku Aisyah, adiknya Mas Yusuf. Maaf udah buat Mbak berpikiran macem-macem," ucap Aisyah berjalan mendekati Aulia.
"Tapi kenapa Mas Yusuf nggak kenalin kamu sama aku?"
"Aisyah belakangan ini ada banyak masalah, Mbak. Jadi nggak sempet. Maaf, ya."
"Aku yang harusnya minta maaf karena udah berpikiran macem-macem sama kamu," ucap Aulia menyeka air matanya.
"Suami Aisyah kecelakaan. Lima bulan suaminya koma, dia dirawat di Jakarta, sedangkan Aisyah harus mengurus usaha suaminya yang ada di Surabaya. Beberapa hari yang lalu, suaminya sadar dari komanya. Jadi, Aisyah memutuskan untuk tinggal dan menetap di Jakarta. Karena suaminya amnesia sementara, aku mencoba ingetin dia tentang Aisyah. Tadi, suaminya udah inget sama Aisyah, makanya Aisyah dateng ke kantor aku buat ngabarin berita itu. Lalu, kamu tau sendiri, kan setelahnya?"
Yusuf berjalan mendekati Aulia membuat jantung Aulia berdetak sangat kencang. Ia takut, malu, juga marah secara bersamaan. Takut jika Yusuf marah padanya, malu karena ia berpikiran dangkal tentang masalah ini, dan marah karena Yusuf tak memberitahunya sejak awal.
Yusuf memeluk erat tubuh istrinya. Ia sangat rindu dengan istrinya itu. Sama seperti Aulia, Yusuf pun khawatir, sedih, dan marah kepada dirinya sendiri. Khawatir jika nantinya Aulia akan meninggalkannya, sedih karena Aulia belum sepenuhnya percaya padanya, dan marah karena telah membuat Aulia sakit hati.
"See, 'siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya, serta takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan'," bisik Yusuf di telinga Aulia.
Aulia tersenyum dan membalas tak kalah erat pelukan Yusuf. Senyumnya luntur saat tiba-tiba kepalanya mendadak pusing, pasangannya kabur, dan berakhir ia kehilangan kesadarannya.
"Aulia!"
.
.
.
.
.
Btw, Aulia kenapa, tuh? Tak apa, nanti kalau terjadi apa-apa, dudanya Yusuf juga mau. 😆
Mas Yusuf, Author padamu.
Heh! Suami orang, nggak boleh modus!
See, Yusuf itu tipikal laki-laki setia. Jadi, yang kemaren su'udzon sama Yusuf, buruan minta maaf, sebelum lebaran. 😂
Jangan lupa vote, yah. Dua part lagi menuju ending.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Teen Fiction🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...