Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
_Q.S Ath-Thalaq ayat 2_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Yusuf mengernyitkan dahi saat masuk ke dalam rumah. Pasalnya, beberapa kali ia mengucapkan salam tak ada yang menjawabnya.
Aulia ke mana, sih? tanya Yusuf dalam hati.
Tanpa melepas sepatu kulit hitam oxford ala kantoran yang mengalas di kakinya, Yusuf menuju ke kamar atas.
"Aulia," panggil Yusuf sambil membuka pintu kamar. Matanya menatap setiap sudut kamar mencari keberadaan Aulia. Namun, tak didapatinya wanita itu di sana. Suara gemercik air terdengar dari dalam kamar mandi membuat Yusuf tersenyum tipis.
Aulia keluar dari kamar mandi dengan tangan yang masih mengeringkan rambut panjangnya menggunakan handuk.
"Mas Yusuf," gumam Aulia membuat Yusuf tersenyum manis. Dengan cepat, Aulia memalingkan mukanya. Ia tak ingin lemah lagi di hadapan Yusuf.
"Hei, kamu kenapa?" tanya Yusuf mendekat ke arah Aulia lalu mengambil alih handuk dan mengeringkan rambut sangat istri dari belakang.
Aulia tak bisa! Dia lemah, lemah di hadapan Yusuf. Ia tak bisa membenci suaminya. Ia benci pada dirinya sendiri karena tak bisa membuat hati suaminya tetap berada di pihaknya.
Aulia meneteskan air matanya. Bibirnya terkatup rapat untuk menahan isakannya. Awalnya, ia mampu namun, semakin lama, ia tak bisa. Isakan itu lolos begitu saja dari bibirnya.
Yusuf membalikkan badan Aulia yang bergetar karena menangis. Kedua tangannya bertumpu pada pundak sang istri.
"Kamu kenapa nangis? Kangen sama Umi?" tanya Yusuf membuat Aulia menggeleng pelan.
"Enggak? Terus kenapa?"
Aulia melepaskan tangan Yusuf yang ada di pundaknya. Ia berjalan menuju laci meja dan mengambil sesuatu di sana.
"Jangan pura-pura mencintai, karena itu hanya akan menyakiti," ucap Aulia memberikan foto dan kuitansi itu di tangan Yusuf lalu masuk kembali ke kamar mandi.
Yusuf diam termenung menatap foto itu. Ia masih belum paham dengan perkataan istrinya. Siapa yang pura-pura mencintai? Dia tulus mencintai Aulia. Apa karena foto dan kuitansi ini?
"Lia, buka pintunya. Kamu dengerin dulu penjelasan aku," ucap Yusuf mengetuk pintu kamar mandi.
Lima menit ia mengetuk pintu, tak ada tanda-tanda Aulia akan membukanya.
"Kenapa jadi gini?!"
Yusuf mengacak-acak kesal rambutnya. Bukan ini yang dia mau. Yusuf mendesah kecewa saat panggilan masuk dari sekretarisnya tertera di layar ponsel.
"Assalamu'alaikum," ucap Yusuf membuka pembicaraan.
"Wa'alaikumsalam. Maaf, Pak. Klien yang dari Singapura telah menunggu."
"Saya masih ada urusan. Bisa tolong handle sebentar?"
"Maaf, Pak. Klien kita mengancam akan membatalkan kerja samanya kalau Bapak tidak juga datang saat ini."
"Baik. Lima belas menit lagi, saya sampai," ucap Yusuf meletakkan ponselnya di atas nakas dan mengambil file dokumen yang akan ia gunakan untuk meeting.
"Maaf, Lia. Tapi aku pasti akan jelasin semuanya sama kamu setelah pulang dari kantor. Maaf udah buat kamu nangis," gumamnya menatap pintu kamar mandi lalu berjalan ke luar kamar.
Aulia keluar saat tak menemukan tanda-tanda keberadaan Yusuf di sana. Ia mantap kosong pintu kamar sambil tersenyum masam.
"Lia yakin, Allah akan ngasih jalan terbaik untuk Lia. 'Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar'."
Saat hendak duduk di ranjangnya, Aulia melihat ponsel Yusuf yang terletak tertinggal di atas nakas.
"HP Mas Yusuf ketinggalan. Nanti kalau ada yang penting gimana?"
Setelah lama bergelut dengan pikirannya, ia memutuskan mengantar ponsel itu ke kantor Yusuf.
**✿❀ J B R ❀✿**
"Mbak, Mas Yusuf-nya ada?" tanya Aulia kepada resepsionis yang telah mengenalnya dengan baik.
"Bu Aulia, lama nggak ke sini. Pak Yusuf ada di ruangannya, Bu. Baru saja selesai meeting. Mau saya antar?"
"Nggak usah. Saya sendiri aja. Terima kasih, Mbak."
"Iya, sama-sama, Bu."
Aulia telah sampai di depan ruang CEO milik Yusuf, setelah ia menaiki lift hingga ke lantai tujuh.
Samar-samar, ia mendengar suara seorang laki-laki dan perempuan saat ia hendak mengetuk pintu. Aulia mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu dan sedikit membuka pintu.
Jantungnya serasa berhenti berdetak. Darahnya seakan berhenti mengalir. Tubuhnya menegang di tempat, dan tangannya bergetar hebat.
Pemandangan di depannya membuat dada bagian kirinya sakit. Napasnya sesak bersamaan dengan air mata yang lolos tanpa dosa membentuk aliran sungai kecil di pipinya.
Suaminya, Yusuf, sedang berpelukan dengan seorang wanita. Wanita itu, sama seperti orang yang ia lihat di foto.
Aulia menatap sendu ke arah Yusuf. Terlihat sekali, suaminya sangat menyayangi wanita itu.
Kenapa kamu tega sama Lia, Mas? Apa salah Lia? Kenapa Mas Yusuf nikahin Lia, kalau Mas Yusuf mencintai orang lain?
Aulia menutup pelan pintu itu. Dia berjalan cepat untuk pergi sejauh mungkin dari Yusuf. Ia tak ingin melihat wajah laki-laki itu.
"Mbak, saya titip HP ini, tolong nanti kasih sama Mas Yusuf, ya," ucap Aulia mencoba memaksakan senyumnya.
"Loh, bukannya Ibu tadi udah masuk ke sana?"
"Saya ada urusan mendadak. Permisi."
Aulia pergi dari sana tanpa mendengar jawaban dari resepsionis itu. Percayalah, berpura-pura tersenyum saat sedang menangis itu sakit. Ia berharap, ini pertama dan terakhir kalinya ia mengalami hal itu.
.
.
.
.
.
Jangan lupa vote
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Teen Fiction🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...