❃ Bab 23 ❃

16.9K 1.9K 39
                                    

Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.

_Q.S Az-Zumar ayat 10_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Tiga bulan telah berlalu semenjak wafatnya Sang Ibu. Aulia telah kembali ke rumahnya, begitu pun dengan Aida dan keluarga kecilnya.

Aulia telah mengikhlaskan kepergian ibunya. Jika ditanya apakah rumah Khadijah sekarang kosong? Jawabannya tidak. Rumah itu kini menjadi panti asuhan, di bawah naungan yayasan milik Yusuf.

Aulia duduk tersenyum menatap foto pernikahannya dengan Yusuf berukuran jumbo yang terpajang di ruang utama rumah mereka.

Yusuf yang selama ini selalu menyayanginya, memberikan kepadanya rasa cinta, dan selalu ada untuk Aulia, membuat ia benar-benar mencintai laki-laki itu. Kini, Aulia telah menyerahkan segenap hidupnya untuk suaminya. Kebahagiaannya bergantung kepada laki-laki itu.

Julukan 'Perawan Tua', telah berganti menjadi 'Ustazah'. Bukan hanya karena ia merangkap menjadi istri seorang ustaz, tetapi juga karena ia menjadi guru pembimbing santri-santri di bawah umur sepuluh tahun yang ada di pondok pesantren.

Berbagai macam salat sunnah dan hafalan surah-surah pendek ia ajarkan. Tak hanya itu, Aulia juga mengajarkan tentang Iman, Islam, dan Ihsan untuk menanamkan akhlak terpuji di hati santri-santrinya.

Aulia memutuskan pergi ke dapur guna memasak makan malam untuk Yusuf. Tangannya terulur mengeluarkan bahan-bahan yang akan ia gunakan untuk memasak dari dalam kulkas.

Paha ayam, sayur kangkung, dan kentang, menjadi pilihannya saat ini. Ia akan memasak ayam kecap dan kentang balado kesukaan Yusuf, serta tumis kangkung kesukaannya.

"Sayang banget Mas Yusuf nggak suka sayur, padahal kangkung enak banget," gumam Aulia sembari memotong sayur kangkung dan mencucinya di wastafel.

Setelah lama berkutat dengan alat-alat dapur, kini menu makan malam itu telah matang. Dengan cepat, ia mem-platting makanan itu dan menaruhnya di meja makan.

"Lima menit lagi, Mas Yusuf pulang," gumam Aulia sambil merapikan riasannya dan menambahkan sedikit bedak tipis dan lipstik untuk memperbaiki penampilannya.

Istri juga perlu bertandan untuk suami, bukan? Hal itu akan menambah pahala tersendiri untuk istri jika membuat suami senang.

Suara ketukan pintu membuat senyum Aulia kian mengembang. Dengan berlari kecil, ia membukakan pintu dan menyambut kepulangan Yusuf dengan ramah.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam," jawab Aulia mengambil tangan kanan Yusuf dan mencium punggung tangannya.

"Mas, Lia udah masak ayam kecap sama kentang balado kesukaan kamu. Kita makan bareng-bareng, ya."

"Maaf, Lia. Tapi, aku tadi udah makan malam bareng sama temen di luar. Kamu makan sendirian aja, ya. Aku harus ke pesantren, malam ini ada jadwal buat ngajar," jawab Yusuf mengusap lembut puncak kepala Aulia dan berjalan meninggalkannya menuju ke kamar.

Ribuan kerikil terasa menimpa pundaknya. Mengapa harus seperti itu? Tak biasanya Yusuf tak ingin memakan masakannya. Terkadang sekenyang apa pun, laki-laki itu akan selalu memakan masakannya.

Tak ingin berpikiran negatif, Aulia berjalan menyusul Yusuf ke kamarnya.

"Lia, aku berangkat dulu, ya. Assalamu'alaikum," ucap Yusuf keluar dari kamar meninggalkan Aulia yang diam termenung.

Di mana usapan lembut di kepalanya yang biasa Yusuf lakukan? Mana kecupan hangat yang biasanya didaratkan di keningnya sebelum suaminya pergi?

Aulia merasa, Yusuf sedikit berubah. Aulia menatap pantulan dirinya di cermin, mencoba mengamati apa ada yang salah dengan penampilannya. Namun, tak ditemuinya sesuatu yang berkurang dari tampilannya. Hanya saja, tubuhnya sedikit lebih berisi. Ya, pipinya semakin chubby dan jangan lupakan lengannya yang sedikit besar.

"Apa karena ini?" tanya Aulia menyentuh lengan dan pipinya.

Aulia mengembuskan berat napasnya. Ia memutuskan untuk mencuci baju Yusuf terlebih dahulu sebelum makan, tak mau nantinya lupa jika tak langsung dilaksanakan.

Tangan Aulia terulur mengambil kemeja berwarna navy yang baru saja dipakai oleh suaminya. Hidungnya membau kemeja itu memastikan baju itu masih wangi atau tidak. Tubuh Aulia menegang saat mencium bau, parfum perempuan. Aulia memastikan hidungnya telah salah karena bau parfum itu bukan bau parfum miliknya. Namun, selama apa pun ia menciumnya, baunya tetap sama.

Air mata Aulia menetes begitu saja saat ia menemukan noda lipstik yang menempel di dada sebelah kanan baju kemeja itu. Tangannya menutup tak percaya mulutnya. Dadanya sesak, ibarat ribuan belati menusuk hingga ke ulu hatinya.

Aulia menyenderkan punggungnya ke tembok dan memeluk kedua lututnya.

"Kenapa Mas Yusuf tega sama Lia," lirih Aulia meremas kuat kemeja itu.

"Apa yang ada di dunia ini tidak lain hanyalah mimpi yang dialami oleh orang yang sedang tidur. Dia merasakan kesenangan di dalamnya selama beberapa saat, dan kemudian terbangun untuk menghadapi kenyataan." Aulia menggigit kecil bibir bawahnya mencoba menghapus noda lipstik yang menempel di kemeja itu.

"Ya Allah, berikan Lia kesabaran untuk menghadapi segalanya di masa depan. 'Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas'."

.

.

.

.

.

Jangan lupa vote.

Salam

Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang