Kebaikan tidak sama dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, sehingga yang memusuhimu akan seperti teman yang setia.
_Q.S Fusshilat ayat 34_
🄷🄰🄿🄿🅈
🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶
**✿❀ J B R ❀✿**
Kelopak mata Aulia terbuka menampilkan iris mata berwarna coklat gelap. Bulu mata panjangnya mencoba menghalangi sinar lampu yang masuk ke dalam retina matanya.
Aulia mengernyitkan dahi tatkala menyadari bahwa ia tidur di ranjang. Seingatnya, tadi malam ia tertidur di atas sajadah dengan mukena yang masih melekat di badannya.
Matanya menangkap sosok laki-laki tampan yang tertidur pulas di sampingnya. Hatinya damai melihat pahatan wajah ciptaan Tuhan yang sempurna. Sudah dapat dipastikan, laki-laki itu yang telah memindahkannya ke atas ranjang.
Tangan Aulia terulur menyentuh pipi Yusuf. Diusapnya lembut pipi itu dengan perlahan supaya tidak mengganggu tidur suaminya.
Tak bisakah wajah ini hanya tersentuh olehku saja? Tak bisakah hati ini tetap tinggal dan menetap pada hati yang semestinya? Tak dapatkah suamiku hanya mencintaiku saja? Izinkan hanya aku yang bisa mencintai pria ini, Ya Allah, batin Aulia.
Memperhatikan wajah Yusuf semakin membuat hatinya sakit. Pikiran negatif mulai masuk di kepalanya. Membayangkan wajah tampan itu disentuh wanita lain, membayangkan suaminya bahagia bersama wanita lain, dan masih banyak lagi pikiran negatif yang ditujukan kepada Yusuf.
Saat hendak mengambil tangan itu dari wajah suaminya, Yusuf mencekal tangannya dan menahan tangan Aulia supaya tidak beranjak dari wajahnya.
Mata itu terbuka menangkap sosok wanita cantik yang kini merangkap sebagai istrinya.
"Sudah puas memandang wajahku?" tanya Yusuf tersenyum dengan suara serak khas bangun tidur.
Aulia tak menjawabnya. Matanya terpaku pada iris mata hitam yang juga tengah menatapnya intens.
"Kenapa diam?"
Entah mengapa, jantung Aulia berdebar. Senyum Yusuf yang manis membuatnya semakin ... jatuh cinta. Ya, Aulia rasa, itu cinta. Ingin rasanya membenci pria di hadapannya, tapi mengapa ia tak bisa? Seakan-akan, napas suaminya adalah napasnya juga.
Yusuf memajukan wajahnya mendekati wajah Aulia. Hidung mereka nyaris bersentuhan. Aulia mengerjapkan mata membuat Yusuf gemas. Dengan perlahan, ia mengecup singkat bibir sang istri.
"You are my addiction, Aulia."
"Pernahkah kau mencintai wanita lain selain aku?" tanya Aulia membuat Yusuf tertawa.
"Kenapa tertawa?"
"Kamu, adalah yang pertama, terakhir, dan satu-satunya yang ada dalam cintaku. Aku, hanya akan mencintai satu orang wanita, dalam hidupku," ucap Yusuf mencubit pelan hidung Aulia.
"Ali bin Abi Thalib berkata, 'jangan menjelaskan tentang dirimu kepada siapa pun, karena yang menyukaimu tak butuh itu, dan yang membencimu tak percaya itu'."
"Apa kamu nggak percaya?" tanya Yusuf membuat Aulia terdiam. Pikirannya menyuruhnya untuk tidak percaya, tetapi entah mengapa hatinya mengatakan bahwa ia percaya.
Yusuf mengambil telapak tangan Aulia dan menempelkannya di dadanya.
"Kau merasakannya?" tanya Yusuf membuat Aulia mengangguk.
"Jantungku selalu berdetak lebih kencang jika ada di dekatmu, darahku mengalir deras di seluruh tubuhku, membuat denyut nadi ini berkedut semakin kencang. Aku benar-benar mencintaimu, Aulia. Jika Allah saja telah meridhai cinta ini, kenapa aku harus mencintai orang lain?"
Bukannya semakin membenci pria itu, Aulia malah baper dengan kata-kata Yusuf. Ia merutuki hatinya yang sangat mudah untuk bahagia di dekat Yusuf.
Bisanya gombal, batin Aulia.
"Aku nggak gombal, ini tulus," ucap Yusuf membuat Aulia mengernyitkan dahinya.
Dari mana dia tau? tanya Aulia dalam hati.
"Aku tau dari raut wajahmu."
Aulia tak ingin mengumpati Yusuf dalam hati lagi. Percuma, kan laki-laki itu akan mudah menebaknya.
"Emang kamu kenapa tanya-tanya kaya gitu?"
"Kita nggak tau, kan isi hati orang lain? Tapi Allah Maha Tahu. 'Kebaikan tidak sama dengan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, sehingga yang memusuhimu akan seperti teman yang setia'," ucap Aulia bangkit dari tidurnya menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu karena azan subuh telah berkumandang.
Maafin aku, Lia.
.
.
.
.
.
Mau bilang apa sama Aulia?
Mau bilang apa sama Yusuf?
Mau bilang apa sama Author? (Gaada ya?) 😄
Ada yang baper gak sama kata-kata Mas Yusuf. 😄
Oke, cukup sekian dan terima kasih.
Jangan lupa vote.
Salam
Dita Lestari
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)
Fiksi Remaja🥈Juara 2 Festival Ramadan with Nezha Publisher 'Perawan Tua' adalah gelar yang disematkan oleh penduduk desa setempat untuknya. Usia dua puluh empat tahun sebenarnya masih terbilang muda untuk usia menikah. Namun, bagi penduduk desa usia matang men...