❃ Bab 7 ❃

18.2K 2.1K 23
                                    

Sesungguhnya barang siapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa.

_Q.S Ali Imran ayat 76_

🄷🄰🄿🄿🅈

🅁🄴🄰🄳🄸🄽🄶

**✿❀ J B R ❀✿**

Embun menetes dari pucuk-pucuk daun membasahi jalanan yang masih belum dilalui oleh insan yang berlalu-lalang. Suara khas dedaunan yang tertiup angin berpadu manis dengan kicauan burung emprit yang beterbangan di udara, sesekali bertengger di tangkai tanaman padi.

Matahari masih belum muncul sepenuhnya dari dasar bumi membuat udara di pedesaan masih terasa segar.

Aulia dan Aida berjalan dengan menenteng dua plastik berisi bahan kebutuhan dapur yang baru saja mereka beli dari pasar.

Setelah salat subuh tadi, Khadijah meminta kedua putrinya untuk berbelanja kebutuhan dapur, mulai dari sayuran, bumbu-bumbu dapur, tempe, ayam, dan ikan. Entahlah, Aulia merasa ada yang aneh dengan ibunya. Biasanya, ibunya hanya berbelanja di warung depan rumah. Tetapi dari kemarin, ibunya pergi ke pasar setiap pagi, kecuali pagi ini. Seperti, akan ada acara besar, mungkin.

"Tumben Umi nyuruh kita belanja, Kak. Biasanya, Umi belanja cuman di warung," ujar Aulia memecah keheningan.

"Aku juga nggak tau, Dek. Mungkin, akan ada acara," jawab Aida membuat Aulia mengernyitkan dahinya.

"Acara apa? Lia kok nggak tau? Apa mungkin tujuh bulanannya Kak Aida?"

"Nggak mungkin, lah. Aku tujuh bulanannya masih dua bulan lagi."

Aulia diam tak menimpali ucapan Aida. Matanya fokus menatap orang-orang yang sedang memanen padi. Para laki-laki memotong batang padi dan menumpuknya menjadi satu tumpukan, sedangkan para perempuan menyabetkan batang padi ke sebuah alat yang terbuat dari bambu berbentuk prisma segitiga sehingga bulir-bulir padi rontok dari tangkainya.

Mereka bekerja dengan giat. Panas terik matahari dan hujan deras tak menyurutkan semangat mereka untuk bekerja. Menurut Aulia, pekerjaan yang paling mulia adalah petani. Usaha mereka yang sangat berat tak sebanding dengan bulir-bulir padi yang dihasilkan. Belum tentu juga panen mereka seratus persen berhasil, karena terkadang gagal panen yang disebabkan oleh hama dan cuaca yang buruk.

Aida tersenyum ke arah Aulia. Aulia merasa aneh dengan senyuman Aida, meskipun tak ayal ia juga membalas senyuman itu.

Sekitar sepuluh menit berjalan, mereka telah sampai di depan rumah, disambut oleh pelukan hangat dari Faisal.

"Umi, Khaul," panggil Faisal mencium punggung tangan Aida dan Aulia lalu memeluk keduanya bergantian.

"Hm, Isal pasti ada maunya," ujar Aulia membuat Faisal tersenyum menampakkan gigi-giginya yang ompong.

"Coklat buat Isal mana?" tanya Faisal menengadahkan kedua tangannya ke arah Aulia dan Aida.

"Emang Khaul sama Umi beliin Isal coklat?" tanya Aulia membungkukkan badannya  sehingga kepalanya dan kepala Faisal sejajar.

Faisal menarik ujung bibirnya ke bawah. Matanya menatap kesal Aulia yang tersenyum penuh arti ke arah Faisal.

"Khaul sama Umi tadi udah janji, lho! Janji itu nggak boleh diingkari! Dosa!" seru Faisal mengangkat jari telunjuknya dan sesekali menghentak-hentakkannya ke udara seperti orang yang sedang berdakwah.

"Emang ada dalilnya?" tanya Aulia meniru logat milik Faisal. Saat Aulia menasehati Faisal, bocah kecil itu selalu menanyakan, 'emang ada dalilnya?'.

"Ada. Dalam Qur'an Surah Ali Imran ayat tujuh puluh enam, Allah berfirman, 'sesungguhnya barang siapa menepati janji dan bertakwa, maka sungguh, Allah mencintai orang-orang yang bertakwa'. Dalam Hadis Riwayat Muslim, dikatakan bahwa, 'tanda-tanda orang munafik ada tiga, yaitu jika berkata dusta, jika berjanji mengingkari, dan jika diberi amantat khianat'. Allah juga menjelaskan dalam Al-Qur'an Surah An-Nisa ayat seratus empat puluh lima, 'sungguh, orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka'. Jadi, kalau Khaul masih mau mengingkari janji, maka Khaul termasuk golongan orang-orang munafik. Na'udzubillah min-dzalik," ucap Faisal mengusap dadanya.

"Faisal tau dalil-dalil itu dari siapa?" tanya Aulia menatap heran Faisal. Pasalnya, Aida tidak pernah mengajarkan Faisal tentang dalil-dalil seperti itu.

"Umi sama Abi nggak pernah ajarin Faisal dalil, loh."

"Isal dulu pernah denger Abi ceramah di masjid tentang dalil janji," jawab Faisal memilin ujung bajunya.

"Isal langsung hafal?" tanya Aulia menatap heran Faisal. Tidak mungkin, kan jika anak sekecil itu langsung mengingat semua hal hanya dengan sekali dengar?

"Iya, Isal sampai rumah langsung inget-inget terus Isal catet dan hafalin."

"Pinter," ucap Aida mencium pipi kanan Faisal.

"Umi enggak marah?"

"Ya enggak, dong."

Faisal memeluk erat tubuh Aida. Ia sangat takut jika ibunya marah karena ia tanpa izin menghafal dalil-dalil yang ayahnya lafalkan.

"Peluk-peluk nggak ajak Abi, nih?"  tanya seseorang membuat atensi Faisal dan Aida terarah kepada sumber suara.

"Abi," lirih Faisal berlari ke arah Musa dan memeluknya erat, diikuti oleh Aida.

Aulia menatap tersenyum ke arah keluarga kecil bahagia itu. Ia berharap, suatu saat nanti ia akan mendapatkan keluarga seperti mereka, semoga.

.

.

.

.

.

Gimana part ini?

Y

ang pengen punya keluarga kayak Aida?

Author minta votenya, yah. Terima kasih.

Salam


Dita Lestari

Jodoh Bulan Ramadan (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang