Seorang pria tampan dengan tubuh tinggi dan tegapnya itu tampak berdiri tegak di tengah sebuah ruangan. Sebut saja lantai yang kini tengah di pijaki oleh sepasang kaki panjang pria itu adalah sebuah ruang tamu.
Sungguh sangat di sayangkan mana kala wajah tampan itu justru terlihat tertekuk dan memberengut. Sangat kontras dengan suasana cerah di dalam ruangan bernuansa cream tersebut. Bibir tipis itu tampak terkatup rapat dengan kedua alis hitam tebalnya yang hampir menyatu, seakan membentuk utuh satu garis lurus. Tidak juga terlihat pergerakan berarti dari tubuh besar tersebut, selain gesturnya yang terlihat cukup kaku.
Namun rasa penasaran akan suasana di tempat itu nyatanya mulai menyeruak dari dalam hatinya. Sepasang netra dengan manik hitam miliknya mulai bergerak acak ke kanan maupun kiri, mengamati seluruh penjuru ruang tamu yang baru beberapa menit lalu di masukinya tersebut.
Hm , rumah besar ini tentunya tidak kalah mewah dari tempat tinggalnya yang tidak lain rumah milik orang tuanya.
Mata elang itu belum juga berhenti dan terus bergerak hingga menelisik di setiap sudut ruangan luas di sekitarnya. Karena rumah itu jelas sekali terasa begitu asing bagi dirinya yang baru pertama kali ini memasuki serta menginjakkan kaki di dalam rumah tersebut.
Ah , jelas saja! Seharusnya siapapun bisa menilai dan paham dengan sikapnya yang seperti ini. Anggap saja pria itu adalah seorang tamu di rumah ini. Meski kedatangannya kali itu karena memang atas keinginan dari sang pemilik rumah.
Lantas di manakah sekarang keberadaan sang pemilik rumah besar ini? Setelah seorang pelayan mempersilahkannya untuk masuk, pria itu masih saja bertahan dengan tetap berdiri di tempatnya semula. Padahal pelayan yang sekarang ini tidak di ketahui di mana keberadaannya itu sempat pula mempersilahkannya untuk duduk.
Ah , sudah pasti sekarang ini sang pelayan sedang memberitahukan pada tuannya akan kedatangannya.
1 menit
3 menit
5 menit
Tepat 6 menit berlalu dengan begitu cepat dan waktu 6 menit berharganya seakan terbuang percuma hanya untuk diam menunggu. Sudah pasti, bahwa seorang pelayan yang tadi membukakan pintu untuknya dan mempersilahkannya masuk telah menyampaikan kedatangan dirinya pada sang majikan. Tapi mengapa sang pemilik rumah lama sekali keluar untuk menemuinya?
Entah telah berapa kali ujung sepatu hitam mengkilat itu mengetuk lantai di bawahnya. Hingga ketukan kaki itu terhenti mana kala mata hitamnya terpaku menatap pada sebuah pigura foto besar yang terpajang dan menggantung beberapa meter di samping kirinya.
Sebuah pigura besar di sana, yang tidak lain foto keluarga dengan empat orang di dalamnya. Terdiri dari pasangan pria dan wanita paruh baya dengan di apit oleh sepasang gadis berwajah sama di samping kanan dan kirinya. Jika menilik bagaimana dari rupa kedua gadis itu, sudah bisa di pastikan bahwa mereka adalah sepasang saudara kembar.
Ah , jika saja pria itu di hadapkan pada kedua sosok itu secara langsung, rasanya pasti akan cukup sulit untuk bisa membedakan antara kedua gadis tersebut secara mereka adalah kembar identik. Mulai dari hidung kecil mancungnya, dahi lebar serta bibir mungil keduanya juga tampak sama di bingkai dengan wajah cantiknya yang bulat telur.
Kedua ujung bibir mungil itu sama-sama tertarik memperlihatkan sebuah senyum, namun tetap saja kedua senyum itu terlihat jauh berbeda. Salah satunya tengah menunjukkan senyum melengkung ke atas dengan sorot mata berbinar, sedangkan satu yang lainnya hanya terlihat menarik kedua ujung bibirnya membentuk garis lurus. Jelas sekali bahwa senyum itu adalah senyum paksa dan tidak sampai ke dalam mata indahnya yang tampak bening berkilau.
Setelah di telisik dan di perhatikan lebih dalam lagi, ternyata ada satu hal yang menurutnya terlihat cukup menonjol dan tampak berbeda dari semua kemiripan di antara kedua gadis tersebut. Yaitu sepasang mata indah yang lebih terlihat menyerupai mata rusa si gadis dengan senyum paksa di dalam sana. Wajah cantiknya pun juga terlihat jauh lebih mungil dengan pipinya yang tampak tirus.
