8. Faksi

26K 4.7K 159
                                    

Amore mengernyit ketika terbangun dari tidurnya. Badannya terasa kaku dan sakit, sepertinya ini terjadi karena dia terlalu keras berlatih. Untunglah hari ini hari liburnya berlatih pedang, jadi dia bisa melakukan apa pun yang dia inginkan.

Saat itu, Maria mengetuk pintu kamarnya sebelum masuk.

"Nona, apakah anda sudah bangun?" Maria masuk ketika Amore dengan malas menatapnya dari posisi tidur.

"Biarkan aku tidur lebih lama. Aku tak ingin melakukan apapun."

Maria terlihat bermasalah atas jawaban Nonanya itu. Menyadari ekspresinya Amore bertanya, "Ada apa?"

"Marquis meminta anda untuk sarapan bersama."

Amore pasrah, dia tak bisa menolak permintaan Marquis. Dengan malas dia bangun dan berjalan ke arah kamar mandi dengan Maria yang membantunya menyiapkan pakaian.

Setelah bersiap-siap, Amore keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua dan turun ke arah ruang makan.

Marquis dan anggota keluarga lainnya juga sudah berada di meja makan. Seperti biasa, Amore adalah yang terakhir datang.

Alea tersenyum masam pada kakaknya karena datang selalu terlambat, tetapi Marquis tak pernah memarahinya. Sementara jika dia yang terlambat, ayahnya itu akan langsung memelototinya.

Setelah Amore duduk Marquis mulai mengambil alat makannya sehingga semua orang mengikutinya.

"Ayah, apa ada yang ingin dibicarakan?" Tanya Amore melirik Marquis.

Tak biasanya dia menyuruh semua orang berkumpul saat sarapan. Mereka biasanya hanya bisa berkumpul saat makan malam, mengingat Marquis selalu sibuk mengurus semua usaha keluarga Bourche, sementara Marchioness selalu sibuk mengurus kastil Bourche, Kenneth yang sibuk berlatih dan membantu Marquis, sementara Alea yang terkadang tak ada dirumah karena dia adalah seorang petualang. Hanya tersisa Amore yang selalu sendiri menikmati sarapannya didalam kamar. Dia satu-satunya yang memiliki waktu luang terbanyak.

"Ini soal masa depanmu." Marquis berdeham membulia pembicaraan.

Amore mengernyit, perasaannya tak enak. Dia rasa dia tahu kemana arah pembicaraan Marquis saat ini.

"Aku belum lama berpisah dari Tesar Ayah. Untuk saat ini, biarkan aku sendiri. Aku belum ingin memikirkannya." Ucap Amore langsung.

"Ya ayah juga tahu itu. Tapi, Putra Mahkota sepertinya tertarik padamu. Yang Mulia Raja juga membujukku untuk memasukkan namamu dalam kandidat pemilihan Putri Mahkota." Marquis menatap Putrinya dengan wajah rumit.

Amore membeku saat itu. Sendok dan garpu yang berada ditangannya langsung terjatuh dan menimbulkan suara berisik di ruang makan.

"Bukankah itu keterlaluan? Kenapa mereka melakukanny? Mereka tahu kalau kami berada di pihak netral kan?" Bantah Kenneth tak terima.

"Itu benar. Tapi untuk saat ini masalah ini masih bisa diatasi. Aku sudah menolaknya dan membicarakan ini dengan Raja. Tapi... Aku tidak yakin ke depannya bagaimana." Marquis terlihat khawatir, dia saat ini berada diposisi netral, tapi Raja berusaha menariknya ke sisi Putra mahkota. Jika sampai keseimbangan yang selama ini dia jaga menjadi runtuh, mungkin akan ada kudeta di negeri ini.

Amore sadar dari keterkejutannya lalu menatap Marquis dengan linglung. "Ayah, aku..."

"Aku tahu sayang. Ayah tak akan memaksamu untuk menikahi orang yang tidak kau cintai. Aku akan membiarkanmu memilih sendiri pasanganmu." Marquis tersenyum lembut menenangkan putrinya.

Amore menghela napas lega saat itu, dia tak ingin berada di tengah-tengah kekacauan untuk perebutan takhta.

Didalam cerita asli, Putra Mahkota yang patah hati karena Violett lebih memilih Kenneth, pada akhirnya memilih seorang gadis bangsawan dari faksinya. Meski dia terpaksa menikahi gadis itu, tapi pada akhirnya faksi Pangeran ketiga tak bisa melakukan kudeta karena mereka tertangkap basah atas aksi mereka yang berusaha mencelakai Putra Mahkota dalam berbagai macam cara.

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang