Malam itu Gavel kembali terbangun dengan mimpi buruk. Mimpi yang selalu datang setiap kali dia memejamkan matanya. Ini sudah lumrah terjadi sejak sepuluh tahun yang lalu karena tragedi yang menimpa dirinya dan keluarganya, jadi Gavel sudah terbiasa dengannya. Seperti biasa, setelah dihantui mimpi itu setiap malam, dia tak bisa kembali tidur karenanya dia memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar taman. Namun, dia beruntung... Karena pada saat itu, Amore terlihat duduk di kursi taman seraya memandang langit malam.
Gavel tersenyum melihatnya, dia berencana untuk menggunakan kesempatan ini untuk mendekati Amore. Dia ingin memiliki gadis itu seutuhnya, dia juga ingin hati Amore menjadi miliknya. Gavel sadar kalau hatinya jatuh pada Amore sejak pertama kali mereka bertemu di toko perhiasan. Dia merasa tertarik pada Amore karena tatapan matanya yang misterius seakan menyembunyikan banyak rahasia dan penderitaan dibaliknya.
Waktu itu, Amore menatapnya dengan mata yang bahkan tak menunjukkan kegugupan atau ketakutan sama sekali, seakan-akan dia berani menghadapi semuanya, kematian sekalipun. Itu seperti dia sudah pernah mengalaminya sekali.
Gavel ingat, mungkin alasan Amore memilih permata emerald di toko perhiasan sebelumnya karena dia memiliki warna mata yang sama dengan permata itu. Gavel agak menyesal, kenapa dia tak mengalah saja padanya waktu itu agar Amore bisa memilikinya.
Tapi, sekarang dia bisa menebusnya. Gavel akan membuatkan kalung untuk Amore dengan permata itu. Amore mungkin tak tahu ini, namun alasan Gavel memilih permata itu karena dia bisa merasakan energi sihir darinya. Meski gavel tak bisa melakukan sihir, dia cukup berbakat untuk merasakan energi sihir berkat kekuatan artefak terkutuk yang tertanam dalam tubuhnya.
Lalu pertemuan kedua mereka di pesta itu... Gavel selalu memperhatikan gerak gerik Amore. Gavel takut gadis itu akan jatuh hati pada Putra Mahkota dan akan kehilangan kesempatan untuk mendekatinya. Sikap Amore yang sangat mengejutkan juga terkadang membuatnya merasa lucu. Apalagi saat dia tiba-tiba menyiramkan wine ke wajah Putra Earl Edgar bernama Tesar itu. Dan tanpa sadar kakinya melangkah maju ketikaTesar ingin menyakiti Amore. Dia sengaja menakut-nakuti Tesar dengan menunjukkan aura membunuh yang biasa dia tunjukkan pada musuhnya, sehingga Tesar ketakutan hingga membasahi celananya. Namun, Gavel merasa gugup saat Amore ingin menyentuh wajahnya karena luka kecil akibat tamparan Tesar. Gavel takut kalau reputasi Amore akan semakin buruk saat Gavel berusaha bersikap baik padanya, jadi dia sengaja menunjukkan sikap dinginnya.
Tapi, Gavel tak mampu berpura-pura lagi. Apalagi saat Amore dengan sukarela memberinya proposal untuk bertunangan. Seakan dunia berpihak padanya, alasan Amore ingin bertunangan dengannya adalah karena dia tak ingin menjadi kandidat Putri Mahkota. Apakah Tuhan mendukung Gavel? Entahlah, yang jelas Gavel sangat senang karena Amore tak memilih Putra Mahkota dibandingkan dirinya.
Gavel kira setelah itu, semuanya akan berjalan lancar seperti yang diinginkannya. Namun, masalah lagi-lagi datang saat Amore menghilang tiba-tiba. Marquis mengiriminya pesan dan bertanya apakah Amore pergi bersama dengannya. Karena menurut kesaksian Henry, pengawal pribadi Amore, seorang pelayan menyampaikan pesan dsri Gavel agar Amore mengikutinya.
Dengan itu, Gavel menyangkalnya. Dia tak pernah mengunjungi Amore saat pagi, dan langsung menyelidiki siapa yang memiliki dendam pribadi pada Amore sehingga melakukan penculikan itu. Dengan mudahnya, Gavel menyelidiki pelaku dari insiden yang hampir membuatnya gila. Sementara penyelidikan masih tetap berlangsung, Gavel mencari Amore dengan kekuatan benda terkutuk ditubuhnya, dan bergegas menyelamatkannya.
Dengan pernyataan Amore sendiri, pelaku itu berasal dari faksi Putra Mahkota, yaitu putri tertua Marquis Carden. Gavel dengan kejam memutus semua kerja sama bisnisnya yang berkaitan dengan keluarga Carden, hingga mereka mengalami kerugian besar. Dan perlahan tapi pasti, diam-diam Gavel menghancurkan keluarga itu. Meski Amore tak tahu ini, Gavel yakin nantinya Amore akan berterimakasih dan tak keberatan dengan keputusannya.
Gavel sekali lagi tak bisa menyembunyikan kebahagiannya ketika dia resmi bertunangan dengan Amore.
Jantung Gavel berdegup kencang ketika dia mencium Amore dan merengkuh tubuhnya malam itu. Dia berusaha menahan keinginannya untuk melakukan lebih dari itu.Dia tak ingin membuat Amore takut, jadi dia akan mendekatinya perlahan. Dia juga berjanji pada dirinya sendiri agar tak menyentuh Amore sampai dia dan gadis itu menikah nantinya. Itu sulit. Namun, Gavel harus bertahan. Dengan begitu dia akan memiliki Amore seutuhnya.
Keesokan paginya, ketika mereka sarapan bersama Gavel tersenyum geli ketika mendapati Amore yang salah tingkah saat berhadapannya. Dia terang-terangan menggoda Amore hingga gadis itu sangat terkejut sampai-sampai menyemburkan air yang tengah diminum ke wajah Gavel.
Gavel sama sekali tak perduli, malah dia tak keberatan jika Amore kembali melakukan itu. Yang dia perdulikan hanyalah reaksi lucu yang ditunjukkan Amore padanya.
"Jadi, itu benar." Gavel masih tak kehilangan senyumnya seraya menahan tangan Amore yang wajahnya semakin memerah seperti tomat. "Kau tak berani menatapku saat ini karena kau selalu teringat ciuman semalam setiap kali menatap wajahku?"
Amore semakin panik, dia menggigit bibirnya dan dalam hati merutuki kebodohannya karena tak mampu menyembunyikan sikap itu.
"Aku tak keberatan, pandangi aku sepuasmu maka kau akan terus mengingat ciuman kita semalam." Gavel tersenyum lalu genggaman tangannya yang berada di lengan Amore mengendur, dia berpindah menggenggam punggung tangan Amore, sengaja membimbing tangannya agar saputangan yang tengah digenggamnya mengelap sisa-sisa air di wajah Gavel.
"Ugh, hentikan itu." Amore mengerang malu, dia tak tahan lagi dan akhirnya menutupi sebagian wajahnya dengan punggung tangannya yang bebas.
Gavel semakin tersenyum lebar dan mengecup punggung tangan Amore yang semakin membuat Amore tak sanggup lagi dan akhirnya menarik paksa tangannya dan langsung berlari keluar ruang makan menuju kamarnya.
"Ada apa Lady? Kenapa sudah kembali?" Tanya Maria bingung ketika Amore kembali kekamarnya seraya mengipas-ngipas wajahnya yang memanas.
"Lady, wajahmu merah. Apa kau demam?" Maria menghampirinya dan menyentuh keningnya.
"Tidak. Aku tidak sakit." Amore menggeleng kuat lalu duduk di kasurnya seraya melamun, merutuki dirinya yang bersikap salah tingkah dan berlari karena malu. Apa yang akan dipikirkan Gavel tentangnya nanti?
Saat itu, seseorang mengetuk pintu kamarnya, Maria langsung membukanya dan terkejut ketika pelayan area dapur membawakan troli makanan.
"Apa ini?" Maria menatap pelayan dapur dengan bingung.
"Ini perintah Duke." Jawab pelayan itu lalu langsung pergi.
Maria membawa troli makanan itu ke dalam kamar dan menyajikannya di hadapan Amore. "Katanya ini dari Duke."
Amore tersenyum masam, Gavel pasti memperhatikan kalau Amore baru beberapa sendok menyentuh makanannya saat bersamanya tadi. Amore tak menolak, karena dia memang kelaparan.
"Bagaimana aku menghadapinya mulai sekarang?" Keluh Amore pelan seraya mengunyah makanannya. Sementara itu, Maria tak mengatakan apa-apa. Dia hanya tersenyum kecil, berpikir bahwa Duke benar-benar menyukai dan memperhatikan Nonanya. Itu membuat Maria juga ikut senang.
***
23 Juni 2021

KAMU SEDANG MEMBACA
Trash Lady
Fantasy🌸2. Reincarnation Series #3 in Romance (2/07/2021) #4 in Fantasi (4/07/2021) Warning! 15+ Dulu aku gadis lemah penyakitan yang akhirnya mati tanpa seorangpun disisiku. Seumur hidupku aku hanya berbaring di kasur rumah sakit dan tak bisa melakukan...