18. Penguntit

19.4K 3.8K 106
                                    

Amore berjalan dengan banyak hal dipikirannya. Dia berusaha menerka-nerka siapa yang tengah menguntit dirinya saat ini. Tapi lagi-lagi yang terlintas dipikirannya hanyalah satu orang. Itu Gavel.

Dia teringat pembicaraan tentang artefak ditubuh Gavel yang mampu melacak Amore yang juga memiliki benda terkutuk yang mirip dengannya.

Entah mengapa Amore sangat yakin kalau yang mengikutinya saat ini adalah Gavel. Diam-diam Amore tersenyum saat memikirkan sebuah ide jahil untuk mengerjainya. Amore sengaja berjalan cepat ke arah kediaman Bourche, saat hampir sampai di jalan utama dia tiba-tiba melambat, lalu sesaat kemudian berjongkok dan merintih kesakitan.

Melihat semua kejadian itu, orang yang menguntitnya langsung menampakkan diri dan berlari menghampirinya dengan tergesa-gesa.

Tap! Ketika tangan Gavel menyentuh pundak Amore, gadis itu langsung tersenyum seraya menarik lengan Gavel berniat untuk mengerjainya agar kehilangan keseimbangan dan jatuh. Namun, keinginan Amore tidak terjadi karena perbedaan kekuatan antara dirinya dan Gavel. Gavel hanya tertarik sedikit sehingga kini wajah Gavel berada tepat didepan wajahnya yang tengah menengadah dengan posisi berjongkok.

Untuk sesaat Amore sangat terkejut dan tanpa sadar menahan napasnya, hingga Gavel kemudian menyentil dahinya dan menyadarkannya, "Bernapaslah." Ucapnya tenang namun sudut bibirnya sedikit melebar.

"Augh." Amore terjatuh dengan pantat menghantam tanah seraya menggosok-gosok keningnya yang terasa perih.

"Bangunlah." Gavel mengulurkan tangannya sambil tersenyum geli karena rencana Amore tak berhasil padanya.

"Kau!" Amore memelototinya kesal, masih dengan posisinya yang terduduk ditanah.

"Tak mau bangun?" Gavel memiringkan kepalanya dengan lucu yang membuat Amore makin mendumal kesal.

Melihat Amore belum juga menerima uluran tangannya dan bangun dari posisi terjatuhnya Gavel tak tahan lagi. Dia tiba-tiba mengangkat tubuh Amore dan menggendongnya.

"Waaa! Apa yang kau lakukan?!" protes Amore seraya memberontak dan berusaha turun.

"Kau tak lihat? Aku menggendongmu." Balas Gavel cuek seraya berjalan sambil menggendongnya.

"Kenapa menggendongku? Turunkan!"

"Kukira kau tak mau bangun tadi, makanya kugendong."

"Jangan banyak alasan. Bilang saja kalau kau ingin menggendongku." Cibir Amore mengejeknya.

"Itu juga benar." Gavel mengangguk setuju.

Amore menatapnya dengan lelah, "Turunkan aku."

"Tidak mau."

"Dasar gila!" Rutuk Amore semakin emosi.

"Aku gila karenamu." Balas Gavel santai.

"Jangan bercanda." Amore berusaha mengatur emosinya dan kembali menatapnya.

"Aku tidak sedang bercanda."

"Kenapa kau mengikutiku?"

"Untuk mengamatimu."

"Kenapa?"

"Memastikan perasaanku."

Bukannya kaget, Amore malah mengerutkan dahinya dengan heran, "Jadi? Bagaimana perasaanmu?"

Gavel terdiam sesaat lalu berhenti berjalan dan menatap Amore dalam-dalam. "Sepertinya aku suka padamu."

Amore memiringkan kepalanya dengan lucu, kemudian memegang kening Gavel dengan telapak tangannya. "Kau sakit?"

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang