"Letakkan tanganmu seperti ini, Nona." Henry mengajari dan mengarahkan Amore untuk belajar memegang pedang dan mengayunkan pedang. Tentu saja dia menggunakan pedang kayu untuk belajar di awal.
Pedang terkutuk itu masih menempel di ditangannya dengan tato yang mencolok di punggung tangannya. Rumor tentangnya yang diakui pedang terkutuk telah tersebar, banyak orang yang terkejut dan ngeri ketika melihat sosoknya. Apalagi setelah dia mendapatkan tanda terkutuk itu. Tapi Amore tak perduli, menurutnya itu cukup keren sebagai tato.
Beberapa prajurit kediaman Marquiz Bourche yang lewat melirik dengan rasa kagum akan kecantikan Amore, sekaligus bergidik takut ketika mengetahui sifat agresif dan reputasi Amore yang buruk. Semua orang berpikir sama, sikap buruk Amore menutupi kecantikannya.
Amore tersenyum ketika merasakan betapa lincahnya tubuhnya saat ini. Tubuh Amore yang sehat dan bugar sangat berbeda dengan tubuhnya sebagai Sarang dulu.
"Kalau sulit, jangan ragu untuk bilang Nona. Jangan dipaksakan." Ujar Henry hati-hati.
"Tidak. Aku senang bisa belajar melakukannya." Amore tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. "Ajari aku setiap hari."
"Tidak. Itu tidak baik. Kau harus istirahat setiap tiga hari sekali, Nona." Tolak Henry tegas.
Amore terkejut dengan penolakannya. Baru kali ini Henry dengan tegas menolak permintaanya. Biasanya dia paling hanya akan ragu-ragu dan membujuknya perlahan agar Amore terhindar dari masalah.
"Baiklah. Aku mengerti." Jawab Amore patuh.
Amore melanjutkan latihannya setiap hari. Kadang dia berlatih pedang, beladiri tangan kosong, atau latihan memanah. Kenneth seringkali mengunjunginya, tentu saja dia membujuk kakak perempuannya itu untuk tidak berlebihan yang nantinya akan melukai dirinya sendiri.
"Apakah tubuhmu baik-baik saja?" Tanya Ibunya khawatir saat mereka makan malam seperti biasanya. Sudah hampir sebulan Amore menjalani pelatihan ketat itu.
"Aku baik-baik saja, Bu. Jangan khawatir." Jawab Amore meyakinkan.
Memang tubuhnya sakit sekali saat awal memulainya. Tapi kini dia mulai terbiasa dengan latihan itu. Dia kini yakin dengan bakat yang dimiliki tubuh Amore. Dia memang tak memiliki bakat sihir seperti Alea, atau otak dan kharisma seperti Kenneth. Tapi dia memiliki kelebihan lain dalam hal kekuatan fisik, apalagi penampilannya.
"Kak, kita diundang ke pesta dansa Pangeran ketiga. Ini debutnya dalam bermasyarakat dengan statusnya sebagai Pangeran." Kata Kenneth tiba-tiba.
"Bagaimana dengan Alea?"
"Aku masih 13 tahun, ingat? Setidaknya aku harus 15 tahun jika ingin ikut." Jawab Alea sambil mengunyah makanannya.
Amore hanya mengangguk singkat. "Kapan pestanya?"
"Dua hari lagi. Kau harus menyiapkan gaunmu." Kenneth menjawab.
"Aku sudah punya banyak gaun." Amore memikirkan puluhan gaun yang dia beli sebulan yang lalu. Bahkan masih banyak yang belum dia pakai.
Tiba-tiba Amore teringat sesuatu. Kalau tidak salah di pesta ini Kenneth akan bertemu dengan pemeran utama wanita, Violett Douran untuk pertama kalinya. Seorang Putri bangsawah rendahan berpangkat Baron.
Violett adakah gadis cantik dan lugu. Karakter yang membuat seorang Kim Sarang menghela napas berkali-kali. Dia sangat tidak menyukai karakter Violett, bukan karena dia jahat atau melakukan sesuatu yang buruk. Tapi Violett mengingatkan dirinya pada dirinya dulu, saat masih menjdi Kim Sarang. Lemah, tidak berdaya, dan hanya bisa mengandalkan orang lain.
Dia paling benci ketika mengingat saat-saat itu. Saat dia menjadi gadis lemah penyakitan yang tidak berdaya. Itu membuatnya muak. Karena itu dia sangat menyukai karakter Amore yang begitu berani, unik dan gila.

KAMU SEDANG MEMBACA
Trash Lady
Fantasía🌸2. Reincarnation Series #3 in Romance (2/07/2021) #4 in Fantasi (4/07/2021) Warning! 15+ Dulu aku gadis lemah penyakitan yang akhirnya mati tanpa seorangpun disisiku. Seumur hidupku aku hanya berbaring di kasur rumah sakit dan tak bisa melakukan...