3. Si Sampah

32.4K 5.5K 335
                                        

"Hey, bukankah itu Putri tertua Marquis?" Ujar seorang wanita bangsawan berbisik-bisik pada wanita disebelahnya.

"Iya, itu dia. Pantas saja tuan muda dari keluarga Earl Edgar itu meninggalkannya."

"Jadi benar dia ditinggalkan?"

"Kau tidak tahu? Mereka sudah tunangan sejak muda. Tapi tiba-tiba tunangannya itu meninggalkannya. Itu pasti karena perilakunya yang seperti sampah."

"Kasihan sekali Marquis Bourche memiliki putri sepertinya."

"Hey pelankan suaramu!" Bisiknya panik ketika melihat Amore berjalan menuju ke arah mereka.

Itu terlambat, Amore bisa mendengar semuanya. Dia tahu tapi dia hanya melirik sekilas ke arah dua wanita itu dengan tak tertarik. Amore menyeringai kecil dan melenggang pergi mengacuhkan segala rumor buruk tentang dirinya dengan santai.

"Putri, apa kau baik-baik saja?" Maria berjalan mendekatinya dari belakang dengan nada khawatir.

"Apanya?"

"R-rumor itu..."

"Ah, biarkan saja. Itu tidak penting." Amore lagi-lagi menanggapi dengan wajah malas.

Dari samping Henry menatap nonanya dengan raut wajah khawatir. Dia penasaran bagaimana gadis itu bisa menahan semua rumor buruk yang dia dengar langsung lewat telinganya. Padahal dulu jika dia mendengar hal seperti itu, dia akan langsung mendatangi orang tersebut dan akan langsung melukai dan mengacaukan segalanya. Henry memang baru dua bulan bekerja untuk Amore, tapi dia tahu betul bagaimana sifat nonanya.

Jadi bagaimana bisa gadis dengan tempramen buruk itu tiba-tiba saja menjadi cuek seperti ini? Memang sifat dan mulut kasarnya tak berubah, tapi ada beberapa hal yang berubah menurut Henry. Nonanya menjadi lebih tenang dan cuek. Entah itu hal baik atau buruk, dia tidak tahu.

"T-tapi..." Maria masih merasa marah mendengar nonanya telah dihina seperti itu.

"Jangan buang-buang energimu, Maria. Aku baik-baik saja." Katanya tersenyum kecil, seakan tahu perasaan Maria.

Henry memelototi para wanita yang berbisik membicarakan nonanya dengan wajah garang. Merasa dipelototi seperti itu mereka langsung buru-buru pergi menjauh. Walaupun Amore merasa baik-baik saja, Henry tidak bisa menerima nonanya dihina seperti itu. Jadi dia sengaja memasang wajah dingin dan garang agar orang-orang disekitar mereka tak berani membuka mulutnya.

Uhh, kenapa aku tiba-tiba merasa merinding. Amore mengeluh dalam hati dengan heran.

"Kita sampai Lady." Henry tiba-tiba berhenti didepan sebuah toko dan membukakan pintu toko untuk Amore agar gadis itu masuk terlebih dahulu.

"Selamat datang! Ah! La-lady Amore!" Sambut pegawai toko dengan ramah tapi kemudian tergagap setelah melihat wajah Amore.

Amore menatap laki-laki muda itu dengan acuh dan langsung melenggang menuju etalase perhiasan.

"Kenapa berdiri disana? Layani aku." Kata Amore kemudian saat pegawai laki-laki tadi hanya diam.

"Y-ya Lady!" Katanya tersentak sekaligus gugup. Amore bisa melihat pupilnya bergetar saat menatap ke arahnya. Tapi dia tidak peduli.

Amore terus berjalan menatap berbagai perhiasan di toko tersebut sampai dia melihat sebuah permata berwarna emerald. Amore langsung tertarik karena itu terlihat persis seperti warna matanya.

Saat dia mengulurkan tangannya ingin mengambil permata tersebut, sebuah tangan juga tiba-tiba terulur dan bersinggungan dengan miliknya.

Amore mengerutkan kening lalu menatap pada sang empunya. Laki-laki dengan garis wajah maskulin, tegas dan tampan kini sedang menatapnya. Amore menatap heran rambut hitam legam dengan mata merah ruby terlihat sangat kontras dihadapannya.

Trash LadyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang